Rangkaian acara telah selesai di laksanakan dengan lancar.
Aku merebahkan tubuh ku di atas kasur tepat di kamar ku yang berada di hotel tempat di adakan resepsi pernikahan ku dan Tian.
"Aduh capek nya" Ujar ku merasa nyaman berbaring di kasur nan empuk itu.
"Capek banget beberapa hari ini sibuk dengan rangkaian acara dan sekarang waktu nya istirahat" Batin ku mencoba memejamkan mata.
Terdengar suara pintu kamar ku di buka. Aku membuka mata ku lebar-lebar.
"Ya Allah siapa yang masuk ke dalam kamar ku?" Batin ku gelisah. Aku bangkit dari rebahan ku dan duduk dia atas kasur ku.
Aku membulat kan mata ku melihat siapa yang masuk ke kamar ku.
"Tian, ngapain dia di sini?" Batin ku.
"Apa jangan-jangan dia akan meminta hak nya?" Tanya ku lagi dengan gelisah.
"Ya Allah, apa malam ini akan menjadi malam pertama kami?" Satu persatu pertanyaan mulai bermain di benak ku.
Tian datang perlahan mendekati ku. Dia menatap ku yang tampak gelisah. Saat itu aku mengenakan baju tidur ku setelah selesai bersih-bersih.
Laki-laki yang sudah menjadi suami ku itu perlahan mendekati ku dan duduk di samping ku. Dia pun menatap ku dengan intens dan memegang tangan ku.
Sontak hal itu membuat ku semakin gelisah dan deg degan. Maklum lah pengalam pertama kali nya jadi harap di pahami saja lah ya.
Tian terus menatap ku. Dia mendekatkan bibir nya di telinga ku.
"I love you" Kata nya. Mendengar ucapan itu dengan napas nya yang mengenai telinga ini membuat bulu kuduk ku merinding.
Ada getaran-getaran yang sulit ku arti kan saat itu. Yah getaran-getaran seperti pada orang umum nya yang penasaran dan ingin melakukan lebih.
Aku tersenyum kecut mendengar nya.
Tian kembali menatap ku dengan senyuman manis terukir di bibir nya.
"Kenapa kamu diam? Pasrah saja ku lihat" Ujar nya menggoda.
"Apa sih? Gak ah biasa aja" Ujar ku mencoba menguasai suasana hati ku yang mulai terbuai dengan bisikan yang membuat ku merinding.
"Pengen melakukan lebih ya?"
"Ha?" Tanya ku. Aku bingung harus menjawab apa. Jika aku bilang iya jelas itu akan membuat ku malu. Mau tarok di mana muka ku mengaku ingin melakukan lebih malu dong. Jika aku bilang tidak, ya jelas dong aku adalah orang yang munafik. Di mana hati berkata lain bibir menyampaikan lain. Aduh aku sendiri bingung harus menjawab apa.
Tian kembali tersenyum menatap ku yang kebingungan itu.
"Kenapa sih kebingungan gitu?" Tanya nya.
"Gak kok" Ujar ku yang aku pun tahu bahwa jawaban itu tidak nyambung dengan apa yang Tian tanyakan.
Tian menggenggam tangan ku.
"Fitri, kamu tenang saja ya. Aku tidak akan meminta hak ku saat ini. Kamu tahu kenapa?" Tanya nya.
Aku menggeleng kepala ku tidak mengerti.
"Karena aku sudah berjanji kepada keluarga mu bahwa aku tidak akan melakukan hal itu hingga aku benar-benar bisa terlepas dari barang terlarang itu. Bukan nya kamu ada saat ibu mu mengatakan itu ya?" Ujar nya mengingatkan ku.
"Ha? Oh iya aku ingat" Jawab ku mulai ingat. Secara karena bisikan cinta dari Tian saja membuat aku terbang melayang dan lupa segala nya.
Aku tersenyum kecut. Rasa nya malu sekali karena Tian bisa menguasai diri nya sedang kan aku tidak. Pokok nya sulit deh aku ungkapkan perasa ku saat itu.
"Kamu tenang aja ya. Malam pertama kita di tunda dulu hingga waktu nya tepat nanti" Ujar nya mencolek hidung ku.
Aku tersenyum manis sambil mengangguk setuju dengan apa yang Tian katakan tadi.
Tian mengecup kening ku dan membenam kan kepala ku ke dada bidang nya. Aku merasa sangat nyaman dan aman berada di dalam pelukan laki-laki yang sudah menjadi suami ku itu.
Dan pada akhir nya aku dan Tia terlelap.
***
Setelah menikah, kami pun pindah di rumah megah milik papa Tian. Secara rumah itu tidak ada penghuni nya karena papa Tian sedang berada di luar kota untuk mengerjakan bisnis baru nya.
Jadi dari pada rumah itu terbenggalai alangkah lebih baik kami tinggal di sana. Dan Sofi anak nya Tian ikut mama nya Tian dan tinggal bersama nya saat ini. Yah secara wanita paruh baya itu tinggal sendiri dan tidak ada teman nya. Jadi gadis mungil itu lah yang menjadi boneka di rumah nya sebagai teman nya di rumah.
Awal nya aku tidak setuju jika Sofi pergi bersama oma nya. Aku sangat sayang kepada nya. Dan aku pun merasa kesepian di rumah megah itu jika dia tidak ada.
Secara Tian sibuk bekerja di kantor dan aku yang sudah berhenti bekerja ini tinggal sendiri di rumah. Hanya Sofi lah teman ku di rumah itu.
Namun apa lah daya. Tian sebagai papa nya saja mengizinkan putri semata wayang nya pergi mengikuti oma nya.
Yah mau gak mau, suka gak suka aku pun harus berlapang dada mengizinkan nya pergi.
"Gak apa-apa, jika Sofi mau ikut dengan mama kita bisa apa. Biarkan dia bersama mama untuk beberapa waktu. Jika dia bosan, pasti dia akan kembali bersama kita" Begitu lah yang Tian kata kan kepada ku saat itu.
"Lagian, kita bisa menikmati masa pacaran kita bukan?" Tambah nya lagi.
"Terus, aku nya gimana? Ketika kamu pergi bekerja, aku tinggal sendiri di rumah" Jelas ku dengan nada yang manja.
"Kan ada bibi yang selalu menemani kamu di rumah. Jika kamu bosan, kamu bisa pergi jalan-jalan ke rumah orang tua mu. Tapi ingat ya atas izin dari ku. Jangan pakai keluar saja kamu tampa izin dari ku" Tegas nya.
Yah semenjak aku menikah dengan Tian pun aku sudah berhenti mengajar. Tian meminta ku untuk berhenti bekerja dan hanya fokus mengurus keluarga kecil ku. Dan karena sekarang dia sudah menjadi suami ku, otomatis aku harus mengikuti apa yang dia katakan.
Yaitu berhenti bekerja dan fokus dengan keluarga kecil kami.
"Sudah jangan sedih sayang. Sofi pergi nya tidak lama kok. Cepat atau lambat dia pasti kembali" Jelas nya memenang kan hati ku.
Aku hanya bisa tersenyum yang memang tampak di paksa kan.
Bagaimana pun Sofi pergi ikut oma nya. Secara oma nya lah yang merawat nya sejak dia masih bayi. Dan aku bisa apa ketika papa nya saja mengizinkan nya pergi. Secara aku hanya ibu sambung nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Komisah Komisah
semangat up nya thor
2023-01-24
3