Aku merebahkan tubuh ku yang terasa lelah di atas tempat tidur ku setelah kedua mertua ku dan Sofi pulang.
Perkataan dari mama mertua ku masih menghantui ku. Dimana mama mertua ku menginginkan cucu dari ku dan Tian.
"Apa aku salah selama ini karena tidak memberikan hak untuk suami ku? Tapi Tian nya yang tidak mau lantaran dia belum bisa mengontrol diri nya dari barang itu. Lagian ini juga karena kesepakatan nya bersama keluarga ku. Di mana salah nya aku?" Ujar ku berkata sendiri pada diri ku.
"Apa ini saat nya ya aku memberikan hak suami ku. Terlebih dalam beberapa saat ini dia seperti nya sudah mulai bisa melepaskan diri dari candu nya dengan sibuk beraktivitas di luar. Dan ku lihat dia juga tidak terlalu bergantung dengan obat penenang nya. Itu arti nya dia sudah mulai terlepas dari barang itu" Ujar ku lagi.
Aku berpikir sejenak.
"Ya ampun kenapa sih aku yang kebelet seperti ini? Tian nya saja bersikap biasa kepada ku dan dia bisa mengontrol diri. Masa aku nya yang begini sih. Aduh sadar Fitri sadar... " Ujar ku mengajak-ngajak rambut ku.
Aku merasa pusing sendiri memikirkan semua ini. Padahal Tian tidak terlalu memikirkan nya karena dia tahu dia masih belum bisa terlepas sepenuh nya dari barang itu. Dan jelas Tian mau memenuhi janji nya kepada keluarga ku.
Tian masuk ke dalam kamar kami dan berbaring di samping ku.
"Aduh, Tian sudah masuk dan berbaring lagi di samping ku. Terus aku harus bagaimana untuk memulai semua ini?" Pikirku lagi.
"Kamu kenapa?" Tanya Tian melihat ku gelisah seperti itu.
"Ini lo, malam ini panas banget ya. Aku merasa sangat gerah deh" Ujar ku sambari membuka baju yang ku kenakan. Yang tersisa hanya baju tetop dan celana pendek yang melekat di tubuh ku.
Yah sengaja aku berbuat begitu untuk mengundang syahwat nya Tian agar tergoda begitu.
Melihat aku bertingkah seperti itu, Tian hanya tersenyum tidak menanggapi sama sekali apa yang aku lakukan. Laki-laki cinta pertama ku itu kembali memejamkan mata nya.
"Uuuhff.... Dingin juga ya malam ini" Ujar ku lagi setelah lama terdiam dan terabaikan oleh Tian. Yah maksud ku berkata seperti itu agar Tian mau memeluk ku sih.
Tapi ternyata, Tian hanya mengambil selimut dan menutupi tubuh ku.
"Tadi kata nya panas, sekarang malah dingin. Jika panas kan ada ac sayang tinggal di nyalain saja. Gak perlu membuka pakaian mu seperti itu" Jelas Tian tersenyum sambil menyelimuti tubuh ku.
Aku menatap kesal ke arah Tian. Sungguh laki-laki ini sama sekali tidak tergoda dengan taktik wanita cantik ku.
"Kok kamu malah menyelimuti aku sih? Aku kan gak butuh selimut" Ujar ku membuang selimut yang menutupi tubuh ku itu dengan kesal nya.
Tian menatap heran melihat tingkah ku seperti itu.
"Aku tuh gak butuh selimut tahu. Aku mau kamu yang jadi selimut ku" Ujar ku lagi dengan memanyunkan mulut ku ngambek.
Tian kembali tersenyum melihat tingkah ku yang ngambek seperti anak kecil itu.
"Sayang, jangan mengundang ku. Aku tahu maksud mu. Pasti kamu kepikiran dengan apa yang di katakan sama mama tadi kan. Aku belum bisa melakukan itu. Aku belum sepenuh nya berubah sayang. Jadi aku mohon jangan bersikap seperti ini" Ujar Tian dengan lembut nya kepada ku.
"Tapi aku kasihan sama mama dan papa mu. Mereka sangat menginginkan cucu dari ku. Kamu juga kasihan karena tidak mendapat kan hak mu" Jelas ku menatap dalam-dalam kepada Tian.
"Fitri, istri ku tersayang., aku sudah berjanji kepada keluarga mu. Terutama kedua orang tua mu. Aku tidak akan melakukan hal itu sebelum aku berubah sepenuh nya. Aku tidak mau mengecewakan keluarga mu. Bukan kah seorang laki-laki itu harus berpegang teguh pada janji nya" Jelas Tian dengan mantap.
Aku hanya terdiam tidak bisa berkata apa pun saat itu.
"Sayang, jika aku sudah benar-benar berubah, aku pasti akan minta hak ku kepada mu" Ujar nya lagi mencium kening ku dan memeluk tubuh ku dengan hangat nya. Tentu saja aku terbuai dengan sikap lembut suami ku itu. Sungguh hati ini semakin terlove-love kepada nya.
Sulit bagi ku mencari laki-laki yang bisa berpegang teguh pada kata-kata nya seperti Tian. Ternyata Tian memang membuktikan janji-janji nya kepada ku dan juga keluarga ku. Terbukti saat ini dia belum pernah meminta hak nya dan berusaha menahan diri atas barang terlarang itu.
"Ternyata aku tidak salah dalam memilih seorang suami. Terima kasih ya Allah untuk sejauh ini Tian sudah membuktikan dia telah perlahan berubah. Dia sudah mulai solat dan juga mencoba terlepas dari barang-barang itu. Meski pun dia masih bergantung kepada obat penenang jika candu nya kambuh, tapi dia tetap berusaha untuk berubah menjadi yang lebih baik" Ujar ku dalam hati tersenyum dan semakin erat memeluk tubuh suami ku itu.
"Ya Allah, ridhoi dan permudahkan lah suami ku untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Berkahi lah setiap usaha nya untuk berubah ya Allah. Semoga dia bisa melalui masa-masa sulit nya ini. Aamiin" Doa ku dalam hati.
"Ayo kita tidur sayang. Sudah malam tidak baik jika kita bergadang" Ujar nya lagi.
"Tuh kenakan baju tidur mu itu. Nanti kamu malah kamu kedinginan dan masuk angin lagi. Secara ac di kamar ini lumayan dingin" Jelas nya meminta ku mengenakan pakaian tidur ku.
Aku tersenyum dan mengambil baju tidur ku yang tergeletak di lantai dan mengenakan nya kembali.
"Kamu ini kebelet banget ya mau melakukan hal itu" Goda nya.
"Apaan sih" Ujar ku salah tingkah.
"Malah gak ngaku lagi"
"Gak kok. Aku hanya kasihan sama kamu sama mama sama papa mu juga" Jelas ku mencari alasan.
"Lo, kasihan gimana? Aku saja biasa-biasa saja dan tidak terlalu menuntut mu. Malah kamu yang seperti ini. Harus nya aku sebagai suami yang over kepada mu" Ujar nya lagi tersenyum.
"Apaan sih, udah ah jangan bahas hal itu lagi. Tidur, tidur sudah malam" Ujar ku mencoba untuk menghindar dari perkataan yang membuat ku malu seperti itu.
Tian kembali tersenyum memandang ku yang berbaring dengan membelakangi nya. Yah secara aku lagi ngambek lantaran di goda seperti itu oleh suami ku. Malu dong di goda dan di bilang kebelet seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments