Aku kaget melihat nya berdiri di depan ku saat ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku dan dia kini kembali bertemu.
"Tian, ngapain dia di sini?" Batin ku mulai bertanya-tanya.
Yah memang saat ini aku bekerja sebagai guru di sebuah TK yang cukup terkenal di kota Pekanbaru. Di mana hari ini adalah tugas ku atau jadwal piket ku untuk menyambut dan menunggu murid-murid ju datang ke sekolah di pintu gerbang.
"Dada..." Ujar Seorang anak perempuan melambaikan tangan kepada nya.
Saat melihat anak itu pergi pun dia tidak sengaja melihat ku yang berdiri tidak jauh dari posisi nya sekarang.
Bisa ku lihat dia pun tampak kaget bertemu dengan ku kembali di sini.
Tian pun berjalan perlahan mendekati ku. Saat itu aku jadi salah tingkah melihat Tian semakin dekat.
Sejujurnya hati ini masih merasa malu mengingat peristiwa beberapa tahun silam. Di mana aku pernah mengungkap kan perasaan hati ku kepada nya melalui Fia kakak sepupu ku.
Aku berbalik mencoba untuk menghindar dari nya. Namun belum sempat aku melangkah.
"Fitri" Tegur nya menghentikan langkah ku.
Aku menoleh ke arah nya.
"Tian" Balas ku dengan senyuman yang hambar.
"Ngajar di sini?" Tanya nya.
Aku mengangguk.
"Apa kamu sibuk? Ada yang mau aku bicarakan kepada mu" Jelas nya.
Aku melihat jam tangan ku.
"Masih ada setengah jam waktu masuk" Pikir ku.
"Aku mempunyai waktu hanya setengah jam" Jawab ku. Tian tampak tersenyum senang karena aku memberikan nya waktu untuk berbicara dengan ku.
Kami pun duduk di kursi yang berada di sekolah tempat di mana para anak-anak menunggu jemputan dari orang tua nya.
Lama kami saling terdiam. Rasa canggung kini menyelimuti hati kami berdua.
"Sudah lama kamu ngajar di sekolah ini?" Tanya nya mencoba untuk memecahkan kesunyian di antara kami.
"Gak kok, baru juga seminggu" Jawab ku apa adanya.
"Oh" Hanya itu yang berhasil keluar dari mulut nya. Diam lagi, sepi lagi. Hanya terdengar sayu-sayu suara kendaraan yang lewat di jalan raya.
"Anak tadi itu siapa?" Ujar ku penasaran.
"Oh, dia Sofi putri ku. Biasa nya sih yang mengantar nya sekolah supir ku. Tapi karena supir ku sakit saat ini dan aku pun libur kerja, jadi aku lah yang mengantarnya ke sekolah" Jelas Tian lagi.
"Oh" Kini balik aku yang mengatakan hal itu dan mengangguk.
Entah lah, semenjak tadi aku baru bertemu dengan nya, ada getaran-getaran yang aku pun merasa bingung dengan perasaan itu.
Seperti waktu itu aku suka kepada nya. Yah jujur saja cinta monyet ku ini sangat sulit untuk ku lupakan. Aku juga tidak tahu mengapa aku bisa seperti ini.
"Ya ampun Fitri, Sadar dia sudah beristri" Batin ku.
"Oh ya, sekarang kamu pindah di kota ini?" Tanya ku.
"Iya sekarang aku bekerja di perusahaan milik papa ku"
"Terus mama nya Sofi kerja juga? Apa dia berasal dari kota ini juga?" Tanya ku. Yah memang aku kuliah di kota ini. Tapi kota Pekanbaru bukan kota yang kecil. Jadi aku sama sekali tidak pernah bertemu dengan Tian dan juga keluarganya.
Wajar saja bukan aku bertanya karena aku tidak tahu. Walau bagaimana pun aku masih memiliki rasa kepada lelaki yang memiliki satu anak itu.
Tian menarik napas nya dalam-dalam dan di hembuskan nya kuat-kuat. Seolah-olah sangat berat dan sulit bagi nya untuk mengungkapkan tentang mama nya Sofi.
"Sebenarnya mama nya Sofi telah tiada. Dia sudah pergi untuk selama nya" Kata Tian dengan kesedihan yang mendalam.
"Ya Allah, maaf kan aku Tian. Aku tidak tahu dan aku tidak bermaksud untuk membuat mu sedih" Ujar ku penuh penyesalan.
"Gak apa-apa Fit. Ini bukan salah mu. Ini semua adalah salah ku" Ujar Tian menundukkan kepala nya. Bisa ku lihat bahwa Tian sangat merasa bersalah atas kepergian istri nya.
"Sebenar nya di Fia mengatakan kamu menyukai ku, aku memang sudah mencintai mu Fitri. Aku juga mencintai mu sangat-sangat mencintai mu. Hanya saja aku merasa malu dan merasa tidak pantas untuk mu. Yah kamu tahu sendiri kan bagaimana nakal nya aku dulu?" Tian mulai bercerita.
Aku hanya diam mendengarkan apa yang di ceritakan oleh Tian.
"Itu sebab nya aku tidak memberikan alasan demi alasan kepada Fia. Di mana alasan ku itu bukan karena aku tidak mencintai mu. Tapi ada faktor laen yaitu yang aku bilang tadi" Jelas nya lagi.
"Tersiksa bagi ku Fitri menahan rasa ini sendirian. Aku melempiaskan rasa ini dengan dekat dengan gadis-gadis. Meski aku bersama mereka tetap saja di hati ini ingin kan kamu"
"Tersiksa, sangat-sangat tersiksa. Di saat aku mendengar kamu akan melanjutkan sekolah mu di kota ini, aku semakin tersiksa. Di tambah ke dua orang tua ku bercerai. Aku semakin depresi sehingga yah kamu tahu aku terjerumus dengan barang terlarang itu" Jelas nya.
"Awal nya sih aku hanya coba-coba karena aku ingin menenangkan pikirkan ku yang kusut saat itu. Namun, semakin ke sini, semakin aku tidak lepas dari narkoba itu. Setelah dua tahun kamu pergi, aku di jodohkan oleh paman ku bersama Santi. Awal nya aku menolak perjodohan itu. Tapi paman ku memaksa dan akhirnya aku pun menikah dengan Santi"
"Setelah beberapa bulan kami menikah, aku semakin tidak bisa lepas dari narkoba itu. Di mana yah karena aku tersiksa menikah dengan orang yang tidak aku cintai itu. Yah karena narkoba juga lah yang membuat kau menyentuh Santi. Sehingga hadir lah Sofi di dalam rahim nya Santi. Dan setelah beberapa bulan Santi hamil, dia pun semakin stres melihat kelakuan ku. Dimana aku pengangguran, dan kerjaan ku hanya mengonsumsi narkoba. Hal itu lah yang memicu janin kami tidak tumbuh dengan baik. Lihat saja Sofi, dia gadis yang istimewa. Dan juga sangat sulit untuk menerima pelajaran. Butuh waktu berbulan-bulan untuk mengajari nya dengan satu materi saja. Dan Santi pun meninggal saat melahirkan Sofi. Dia mengalami pendarahan saat itu" Jelas Tian lagi.
"Kamu tahu saat aku menikah dengan Santi itu apa yang selalu aku pikirkan sehingga aku mengabaikan Santi?" Tanya nya.
Aku menggelengkan kepala ku.
"Kamu Fitri. Aku selalu memikirkan kamu. Yang ada di otak ku saat itu bagaimana caranya aku bisa bertemu dengan mu kembali" Jelas nya.
Aku hanya terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Aku bingung harus memberi komentar apa kepada nya saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments