Melihat Tian tidur pulas seperti itu aku pun datang mendekati nya. Aku duduk di bibir kasur tempat suami ku terlelap.
Tampa terasa beberapa air bening kini mengalir di pipi ku dan jatuh mengenai lengan suami ku beberapa tetes. Hal itu membuat Tian terbangun dari tidur nya.
"Fitri, kamu kenapa?" Tanya Tian bangkit dari rebahan nya melihat ku menangis.
Aku menjawab dengan menggelengkan kepala ku bertanda tidak ada apa-apa.
"Jika tidak ada apa-apa kenapa kamu menangis? Apa kamu marah dan kecewa kepada ku lantaran aku belum bisa terlepas dari barang itu?" Tanya nya kepada ku dengan memegang tangan ku.
Aku menundukkan kepala ku dan kembali menggelengkan kepala ku.
"Fitri, coba tatap mata ku. Jujur kamu kenapa?" Tanya nya.
"Apa yang membuat mu sedih? Katakan kepada ku agar aku bisa memperbaiki semua kesalahan ku" Tambah nya lagi seraya mengangkat dagu ku perlahan agar aku menatap mata nya.
Aku menatap mata suami ku itu. Sungguh rasa kecewa masih menghantui ku. Namun, aku juga merasa bersalah melihat suami ku seperti tadi.
"Sejak kapan kamu masih menyimpan barang itu?" Tanya ku lagi.
Tian tersentak mendengar pertanyaanku.
"Maaf kan aku Fitri. Barang itu memang sudah lama ada di sana. Itu sisa-sisa pemakaian ku yang dulu. Aku tidak pernah menggunakan nya lagi semenjak bertemu dengan mu. Dan maaf kan aku jika hari ini aku menggunakan nya karena obat ku sudah habis" Jelas Tian.
"Sudah lama? Apa perkataan mu itu bisa ku pegang? Aku tidak percaya bahwa kamu tidak menggunakan barang itu lagi. Secara barang itu ada bersama mu. dan aku pun tidak tahu bahwa barang itu ada bersama mu" Jelas ku mulai kecewa.
"Benar Fitri, aku tidak bohong kepada mu. Aku tidak pernah menggunakan barang itu lagi. Hanya karena obat ku habis saja lah barang itu terpaksa aku gunakan.
"Siapa yang bisa menjamin bahwa kamu tidak memakai nya lagi. Aku saja tidak tahu bahwa barang itu ada bersama mu" Ujar ku terus menangis.
"Benar Fitri. Aku berani sumpah jika aku tidak menggunakan nya lagi. Ini yang pertama dan yang terakhir semenjak aku bertemu dengan mu" Jelas nya memberikan ku keyakinan.
Aku menunduk terdiam. Aku sangat kecewa kepada suami ku itu. Yah karena dia masih menyimpan barang itu. Meski kata nya sisa-sisa. Tetap saja itu barang haram yang tidak pantas untuk di simpan atau di gunakan. Terlebih jika tiba-tiba polisi datang dan menggeledah rumah kami bagaimana? Pasti aku pun ikut terseret dalam hal ini bukan?
"Sayang, maaf kan aku. Percaya lah kepada ku. Aku tidak akan menggunakan barang itu jika tidak atas seizin mu" Ujar nya.
"Dan coba kamu lihat tadi, aku meminta izin kepada kamu untuk menggunakan barang itu bukan?" Tambah nya.
Iya benar Tian meminta izin dengan ku untuk memakai barang itu. Dan dia lebih memilih untuk tidak menggunakan barang itu dan bersembunyi di kamar mandi karena aku tidak memberikan nya izin.
"Padahal bisa saja aku menggunakan nya tampa izin mu bukan? Tapi aku tidak mau. Hal itu karena aku tidak mau mengecewakan mu" Ujar nya meyakinkan ku.
"Fitri, aku sangat menyayangi mu. Tidak mudah bagi ku untuk memiliki mu. Lama aku menunggu kamu datang kepada ku Tidak mungkin segampang itu aku membuat mu kecewa" Ujar nya lagi.
Aku terdiam mendengarkan untaian kata-kata nya.
"Maaf kan aku Fitri hari ini aku sudah membuat mu kecewa. Aku sudah mengingkari janji ku" Ujar nya bersimpuh di kaki ku.
"Tian, apa-apaan sih kamu. Ayo bangun" Ujar ku merasa tidak enak ketika Tian bersimpuh di kaki ku. Secara aku adalah istri nya tidak seharus nya dia seperti ini bukan.
"Bangun Tian. Jangan seperti ini" Tambah ku lagi.
"Aku meminta ampun kepada mu. Jika kamu sudah memaafkan ku, baru aku mau berdiri" Ucap nya.
"Iya, iya aku sudah memaafkan mu. Sekarang kamu berdiri" Ujar ku memegang bahu suami ku itu agar dia berdiri kembali.
"Apa benar kamu memaafkan ku?" Tanya nya meminta kepastian.
Aku mengangguk dan berusaha mengukir senyuman manis di bibir ku.
"Terima kasih Fitri. Aku janji sama kamu ini yang terakhir dalam hidup ku. Aku tidak mau membuat mu kecewa dan bersedih lagi" Ujar nya mantap.
Aku kembali tersenyum dan menatap bola mata suami ku itu.
"Maaf kan aku Tian" Ucap ku lirih.
"Maaf? Untuk apa kamu meminta maaf kepada ku?" Tanya nya heran.
"Aku telah membuat mu tersiksa seperti tadi. Aku tidak mau melibat mu seperti tadi" Ujar ku merasa bersalah.
"Tersiksa? Tersiksa bagaimana? Kamu tidak menyiksa ku kok sayang. Kamu melakukan ini karena untuk kebaikan ku juga" Jelas nya.
"Aku merasa bersalah Tian. Kamu menahan semua ini rasa sakit itu. Aku terlalu memaksa mu?" Tanya ku menatap dalam bola mata suami ku itu. Tak terasa beberapa air bening mengalir di pipi ku.
"Hei sayang" Ujar nya dengan lembut.
"Jangan kamu merasa bersalah seperti ini. Kamu tidak pernah menyiksa atau pun memaksa ku. Aku yang menginginkan semua ini. Aku berubah demi kamu. Karena cinta ku kepada mu. Tidak ada yang memaksa atau pun menyiksa diri ku. Semua ini ku lakukan atas kemauan ku sendiri" Jelas Tian dengan mantap.
"Tapi Tian... " Cepat-cepat Tian menutup mulut ku dengan telunjuk nya.
"Sudah ya sayang jangan di bahas lagi tentang hal itu. Sekarang mari kita bahas tentang masa depan keluarga kecil kita.
"Aku akan meminta paman ku untuk membawa ku ke tempat rehabilitasi agar aku bisa sepenuh nya terlepas dari barang terlarang ini" Ujar nya mantap.
Tentu saja aku kaget mendengar ucapan nya barusan. Itu artinya dalam beberapa bulan atau bahkan lebih dia pergi meninggalkan ku sendiri di sini.
Berat rasa nya untuk berpisah dari cinta pertama ku itu. Tapi aku bisa apa dia pergi untuk kebaikan diri nya dan juga keluarga kecil kami.
Dia melakukan itu agar dia bisa terlepas sepenuh nya dari barang terlarang itu.
Kembali aku menunduk kepala ku dan meneteskan air mata yang membasahi pipi.
"Sayang, kenapa kamu menunduk seperti itu? Aku pergi tidak lah lama. Aku pergi demi terlepas dari barang itu dan untuk kebaikan kita juga" Kata nya sambil memegang pipi ku yang basah karena air mata.
"Terima kasih sayang kamu sudah membuat ku berubah. Kamu juga sabar menghadapi ku selama ini. Aku sangat beruntung mempunyai istri seperti kamu" Ujar nya memeluk ku dengan hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments