Bab 20: Kontrak yang belum berhasil

Zian baru ingin melepas jaket dan berniat mandi, tapi ponselnya yang berdering tidak dapat diabaikan. Meski ia agak malas, panggilan masuk itu tetap diterima. Si penelepon adalah Zanna.

"Halo, di mana kau sekarang?"

"Di rumah sih," balas Zian sambil melepas bajunya. Ia merasa agak aneh dengan nada ngegas dari Zanna.

'Apa dia marah?' pikirnya.

"Zian, kenapa kau lupa menandatangani surat perjanjian kontraknya?" Zanna agak berteriak.

Kekhawatiran Zian ada benarnya.

"Eh? Maaf sekali lagi, Zanna. Jadi, gimana?"

"Huh," perempuan itu mendesah dengan kasar. "Aku akan ke rumahmu dan membawa surat kontraknya. Jangan kemana-mana!" Zanna langsung mematikan sambungan teleponnya setelah itu.

"Ada-ada saja. Aku harus mentraktirnya agar dia tidak marah lagi."

Zian kemudian pergi ke kamar mandi. Setelah 20 menit di kamar mandi, Zian keluar dengan perasaan senang. Suasana hatinya sedang bagus, sampai melihat .....

Log panggilan masuk yang banyak. Semuanya datang dari Zanna. Zian baru teringat sesuatu, ia seketika menepuk jidat.

"Goblok! Aku sudah pindah dan lupa memberikan alamat baru!"

Zian buru-buru mengubungi Zanna. Namun, ia langsung disemprot.

"Kenapa tidak bilang-bilang kalau pindah?!"

"Hahaha, maaf, aku lupa. Oke, aku akan segera mengirim alamat rumahku yang baru." Zian langsung mengirim alamatnya via chat, langsung dibaca oleh Zanna.

"Kenapa tidak bilang dari awal, sih? Siapa yang sudah tau alamatmu?"

"Belum ada,"

"Oh, baiklah. Aku akan meluncur ke sana."

Perempuan itu menghentikan panggilannya. Zian lantas geleng-geleng.

"Dia memang lucu!"

Selagi menunggu kedatangan Zanna, ia masuk ke dalam lukisan untuk mengecek perkembangan para tanamannya, apalagi terkhusus dengan 3 kelopak warna.

"Wah, mereka tumbuh lagi."

Zian cepat-cepat keluar untuk mengambil wadah. Ia harus segera menyimpannya agar bisa keluar lagi.

Zian langsung memetik semuanya, ia harus memetik kelopak bunga itu sebanyak-banyaknya. Mungkin akan ada banyak orang yang akan terbantu karenanya, terlebih orang-orang terdekat.

Zian memutuskan untuk menyerap salah satunya. Ia memasukan ke dalam botol minumannya untuk bisa dipakai pada keadaan darurat.

Tiba-tiba ponsel Zian berdering lagi, itu dari Zanna.

"Kenapa lagi ini?" Zian langsung mengangkatnya.

"Umm, Zian. Aku tidak jadi ke sana, aku punya sedikit urusan."

"Oh, ya, tidak apa-apa. Selesaikan saja urusanmu!"

"Terima kasih." Zanna menutup panggilan itu setelahnya.

Setelah itu, Zian fokus untuk mengurus tanaman di dalam dimensi lukisan. Ia berencana memperlebar lahan untuk menanam. Janji menjadi pemasok restoran milik keluar Zanna.

"Sayur apa yang ditambah? Timun, kol, sawi, brokoli. Yah, mungkin harus semua jenis sayur yang ada."

Zian memesan banyak bibit sayur. Ia hari itu akan bekerja sangat keras di dalam dimensi lukisan. Pekerjaan itu hanya memerlukan waktu beberapa jam di waktu dunia nyata, tapi nyatanya Zian telah mengurus ladangnya selama seminggu lebih.

"Ini melelahkan! Apa aku perlu berenang dan menikmati pemandangan senja?"

Itu pilihan bagus. Kerja kerasnya harus diberi hadiah.

"Huh, ini sangat menegangkan." Zian menikmati malamnya untuk bersantai.

Keesokan harinya, Zanna bertamu ke rumah Zian pagi-pagi sekali. Ia mungkin mengharap sarapan yang lezat dari pria yang disukainya itu.

"Selamat pagi," sapa Zanna.

"Y-ya, selamat pagi," balas Zian masih mengucek mata. Ia baru bangun.

'Eh? Zanna datang dengan seseorang?' batin Zian kaget, ia melihat pria asing di samping Zanna.

"Zian, ini manager-ku. Namanya Daniel. Dia yang akan mengurus kontraknya."

"Oh, baiklah. Semoga kita bisa menjalin kesepakatan." Zian menjulurkan tangannya.

"Ya, semoga produksi sayuranmu itu legal." balas Daniel.

Zian sontak menaikkan sebelah alisnya.

"Apa yang kau katakan? Kata Zian temannya memproduksinya dengan baik." tegur Zanna pada Daniel. "Ngomong-ngomong rumahnya bagus. Kau memutuskan untuk tinggal dekat laut?"

"Ingin menyingkir dari hiruk-pikuk kota. Mari silahkan masuk."

Zanna dan Daniel masuk ke dalam. Zanna agak kagum dengan kemewahan di dalam rumah Zian, sementara Daniel hanya menunjukkan raut wajah dingin.

"Duduklah, aku akan membuat minuman dan beberapa kudapan." Zian pergi ke belakang.

Ia membuka kulkas dan mengambil minuman soda dan beberapa cemilan yang ia beli kemarin.

Zanna dan Daniel duduk di sofa dan mereka sibuk berdebat. "Jangan dekat-dekat! Masih ada ruang kosong."

"Aku jijik berada di sini."

"Apa sih yang kau katakan?

Zian datang dan menyela mereka. "Silahkan dimakan, jangan sungkan!"

Daniel langsung bergeser agak jauh dari Zanna.

"Terima kasih. Oke, kita mulai saja." Zanna mengkode Daniel untuk mengeluarkan kontrak kerja samanya.

"Iya, sebentar." Daniel nampak ketus dan setengah hati dalam melakukannya.

"Biar aku baca isi kontraknya!" ucap Zian meminta dokumennya. Daniel enggan memberikan, terpaksa Zanna yang melakukannya.

'Dia sepertinya tidak menyukaiku?!' batin Zian setelah menyaksikan perangai Daniel.

Zian membaca isi kontrak itu dan tidak ada yang aneh. Ia langsung mengangguk setuju, isinya menguntungkan kedua belah pihak.

"Baiklah, aku setuju."

Zanna memberikan Zian sebuah bolpoin untuk menandatangani kontrak. Namun, Daniel mencegahnya.

"Sebelum itu, aku mau tanya sesuatu."

"Ok, silahkan," jawab Zian santai.

"Kenapa kau yang menandatangani kontrak ini. Katanya Zanna ini adalah bisnis temanmu."

"Aku punya sedikit peran besar, dalam tanda kutip. Aku diberikan wewenang untuk memutuskan sesuatu."

"Kalian punya izin resmi?"

"Tidak."

"Kalian memiliki sertifikat kualifikasi kualitas, dan nama yang produksi, sehingga dapat dibeli untuk makanan dan minuman?"

Zian cuma diam.

'Huh, dia punya dendam padaku.' batin Zian.

"Hei, sepertinya tidak perlu berlebihan. Aku sudah mengecek sayurnya, kualitasnya sangat baik."

"Jangan mudah percaya Zanna, ini masih ilegal. Kita tidak tahu bahan kimia apa yang diberikan ke semua sayuran itu. Ini sangat berbahaya."

"Daniel!" Zanna tidak terima.

"Sudah tidak ada yang bisa kita bicarakan lagi. Sebaiknya kita pulang." Daniel hendak menarik Zanna, tapi ditolak.

"Aku tetap di sini!" kekeh wanita itu.

"Terserah. Terpenting kalian tidak bisa melakukan kontrak resmi." Daniel angkat kaki setelah itu.

"Huh, maaf ya Zian. Ini sangat sulit ternyata."

"Tidak masalah. Aku akan mengurus semua syarat itu. Kau tenang saja."

"Hei, bolehkah aku berkeliling ini dan masak sarapan lagi untukku?"

"Tentu saja."

.

.

.

.

Ini adalah novel dari misi kepenulisan yang editor Novel toon berikan, jadi maaf bila update sangat terlambat. Saya menunggu kerangka bab lanjutan untuk turun.

Sekian, maaf saya tidak bermaksud untuk hiatus. Dah ada novel yang hiatus, jadi sayang kalo ini juga mandek di tengah jalan.

Terpopuler

Comments

Bagong Panguci

Bagong Panguci

semangat updete thooor, cuma bisa kasih like, kopi, vote

2023-01-23

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!