Bab 8: Membuat minuman penyembuh

"Jika bunga ini benar-benar bisa menyembuhkan penyakit? Jadi, apa yang sudah kulakukan? Aku menghabiskan semuanya, harusnya kuberikan pada ibunya Raden!" Zian mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

Meskipun penyakitnya dirasa telah hilang, tapi ketika ia mengingat ibu teman seperjuangannya itu juga mengalami sakit parah, dan bunga itu mungkin bisa menjadi harapan satu-satunya. Zian sangat menyesal karena tidak berpikir panjang.

"Bagaimana ini? Apakah kelopaknya bisa tumbuh lagi?" Zian sungguh menanti keajaiban, namun ketika keajaiban itu datang, ia malah tidak bisa menggunakannya secara maksimal.

Zian kini merasa orang paling bodoh dan jahat.

Hal yang bisa dilakukan Zian kini hanya berharap bila bunga itu bisa menumbuhkan kelopaknya untuk kedua kali. Selain itu, Zian juga harus memikirkan kondisinya.

Setelah melakukan kegiatan di dalam lukisan. Ia pada sore hari pergi ke rumah sakit untuk melakukan medical

check-up. Ia perlu bukti daripada menduga-duga.

Zian kini sudah berada di rumah sakit dan sedang melakukan serangkaian pengecekan. Ia harap-harap cemas, hatinya tidak bisa tenang.

'Apakah aku benar-benar sudah sembuh?' pikirnya saat Zian melakukan pengecekan terakhir.

"Terima kasih. Saya akan mengumumkan hasilnya. Silahkan tunggu sebentar," ucap dokter yang menangani Zian.

Si mantan tentara pun keluar dari ruangan dokter dan menunggu dengan sabar. Setelah setengah jam berlalu, dokter muncul dengan membawa secarik kertas. Ia juga tersenyum pada Zian.

Zian tidak mau senang dulu sebelum mendengar berita gembira itu dari dokter.

"Bagaimana, Dok? Apakah saya benar-benar sembuh dari penyakit itu?" tanya Zian.

Senyuman dokter itu semakin melebar, ia menyerahkan kertas itu sambil berkata. "Ini adalah sebuah keajaiban. Entah mengapa penyakitmu mendadak bisa sembuh. Ini sungguh kasus langka. Sebenarnya apa yang sudah kau makan atau lakukan?"

"Benarkah, Dok?"

"Untuk apa berbohong?! Silahkan lihat sendiri hasilnya."

Zian membaca kertas yang ia pegang. Seperti kata dokter, kertas itu juga memaparkan bahwa Zian berhasil sembuh dari penyakitnya.

"Terima kasih, Dok. Terima kasih." Zian menjabat tangan dokter itu dengan mata yang agak berkaca-kaca.

"Jangan berterima kasih padaku. Kau harusnya tau harus berucap syukur pada siapa?"

"Ya, saya sangat mengerti."

Tidak terelakkan jika ia kembali dari rumah sakit dengan senyum merekah. Namun, bisa mendadak sirna karena teringat ibunya Raden.

"Huh, aku harus yakin. Bunga itu pasti akan memiliki kelopak lagi?"

Zian masuk kembali ke dalam lukisan untuk memeriksa tanaman anggrek hitam papua miliknya. Semuanya tumbuh besar dan sehat, Zian lantas senang.

Ia berencana merayakan kesembuhannya dengan olahraga total seharian. Hal ini memang menjadi cita-cita Zian ketika sudah sembuh.

"Aku bisa berolahraga. Aku bisa menjadi tentara lagi. Aku ...."

Ya, Zian kepikiran jika bisa menjabat di satuan militer untuk kedua kalinya. Namun, ia juga berpikir bahwa semuanya sudah menjadi takdir. Jika ia tidak pensiun, ia tidak mungkin bisa menemukan lukisan ajaib peninggalan leluhurnya. Ia pun merelakan cita-citanya itu.

"Aku tidak perlu menyesal. Aku mungkin bisa sukses dengan menjadi pengusaha."

Zian melatih tubuhnya selama hampir dua hari berturut-turut. Ia sungguh puas.

"Woah, ini menakjubkan!" lega Zian saat ia beristirahat sebentar untuk meminum air kolam.

"Aku merasa lebih kuat dari waktu aktif menjadi tentara." kagumnya memerhatikan otot di sekujur tubuh.

"Semua ini karena bunga ajaib itu!" ucap Zian memandang bunga yang tidak memiliki kelopak.

Selama dua hari ini, ia menunggu keajaiban. Namun, bunga itu tidak menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Meski begitu, Zian masih optimis dan yakin bila kelopak tiga warna utama akan muncul lagi.

Zian kemudian melanjutkan olahraganya sampai menuju hari ketiga.

"Unh ... tidurku semalam sangat nyenyak!" gumam Zian meregangkan pergelangan tangannya. Ia melirik jam, sudah pukul 9.

Ia sekarang adalah pengangguran, jadi tidak perlu khawatir bila bangun kesiangan. Begitu nyawanya telah terkumpul kembali, pria berambut bros itu langsung melakukan rutinitas yang biasa.

Yah, pergi ke dalam lukisan untuk mengecek para anggrek kesayangannya. Zian kini merasakan firasat baik.

"Pasti kelopaknya sudah muncul! Pasti kelopaknya sudah muncul!" Zian mengulang-ulang kalimat itu layaknya sebuah mantra.

Saat ia merasakan sudah berada di dalam dimensi lukisan. Zian membuka mata, ia langsung mendapati hal yang berbeda.

Dan itu adalah ....

"Kelopaknya benar-benar muncul lagi?" teriak Zian dengan girang. Ia langsung menghampiri bunga yang memiliki 3 kelopak dengan warna berbeda itu.

"Syukurlah, dengan begini. Bibi bisa sembuh. Aku sangat berterima kasih pada siapa pun yang sudah menciptakan lukisan ini!"

Zian keluar dari lukisan untuk mengambil plastik klip. Ia menggunakannya untuk menaruh kelopak bunga. Ia kemudian mengisi plastik itu dengan air kolam.

"Huh, aku harus segera membawa kelopak ini pada Bibi. Dia harus sembuh!"

Zian dengan hati-hati mulai mencabut kelopak bunga yang berwarna kuning. Ia tentunya tidak ingin ada kerusakan yang berujung hilang khasiatnya.

"Tenang! Jangan sampai aku menggunakannya lagi!" ucap Zian gugup. Ia perlahan-lahan mencabut kelopak warna kuning dan berusaha tidak menjatuhkan kelopak yang lain.

"Dapat!" Zian buru-buru memasukkan ke dalam plastik. Setelah beberapa saat, air di dalam plastik berubah warna menjadi kuning.

"Kurasa berhasil!" ucapnya tersenyum sumringah

Zian secara reflek menatap dua kelopak lainnya. Syukur tidak tercabut. Namun, bukan itu yang Zian pikirkan.

"Kemana pelindung yang melindungi bunga itu? Kenapa aku bisa menyentuhnya?"

Ya, itu adalah suatu keanehan. Zian tidak mau terlalu memikirkannya untuk sekarang. Ia bergegas keluar dari lukisan dan menuju dapur.

Ia membuat berencana membuat jus mangga agar tidak dicurigai.

"Semoga minuman ini memang bisa menyebutkan penyakit!?" Ia harap-harap cemas.

Semuanya sudah siap, ia akan pergi ke rumahnya Raden. Ibunya itu sudah dibawa pulang ke rumah.

"Tenang saja, Bibi. Kau bisa hidup dengan normal mulai sekarang."

Dengan keyakinan semacam itu, Zian menuju ke alamat rumahnya Raden.

"Kamu pasti akan sembuh!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!