Bab 18: Membeli rumah baru

Zian langsung meluncur ke rumah sementara yang disediakan oleh walikota untuk keluarga Raden. Rani sudah terlihat menunggu kedatangan seseorang.

"Oh, kak Zian. Kau mau ikut mengantrarku?" Rani melambai dengan semangat. Zian terkejut saat gadis itu cocok dengan seragam sekolahnya, ia nampak cantik.

"Tentu saja, lantas kenapa aku harus datang ke sini? Bagaimana, apa kau deg-degan?"

"Pastinya ... kata walikota Anis, sekolah itu adalah sekolah favorit di kota. Di sana penuh dengan orang-orang elit, aku jadi ragu bisa bergaul dengan mereka!?" Nada bicaranya berangsur-angsur murung.

"Tidak perlu cemas. Kau pasti bisa mendapat teman di sana."

"Umm, semoga."

Tidak berselang lama, mobil jemputan untuk Rani telah tiba. Di dalamnya ada asisten walikota, Anastasia yang berperan sebagai supir.

"Silahkan masuk!" ucapnya dengan nada datar.

"Terima kasih."

Zian dan Rani duduk di barisan belakang.

Anastasia langsung mengemudikan ke lokasi tujuan, tidak terlalu memakan banyak waktu. Mereka sampai di sekolah setengah jam kemudian.

Guru-guru gerbang telah berjejer, kentara jelas mereka akan menyambut seseorang. Orang yang dimaksud adalah Rani.

'Agak sedikit berlebihan sepertinya. Ini bisa menjadi beban tersendiri bagi Rara?!' komentar Zian dalam hati, ketika melihat sikap para guru.

Ia pun melirik Rani yang duduk di sebelahnya. Kaki kanan gadis itu bergetar.

"Jangan takut! Cukup tunjukan senyummu yang paling manis. Maka tidak akan terjadi apa-apa!" Zian menyemangati. Rani mengangguk.

"Ya, terima kasih."

Rani keluar dari mobil tanpa perasaan gelisah, ia berusaha percaya diri. Para guru sangat senang dengan kehadiran Rani. Zian tersenyum melihatnya dari dalam mobil.

Setelah perkenalan singkat dengan para guru, Rani kemudian masuk ke lingkungan sekolah. Sebelum itu, gadis itu melambai sebentar pada Zian.

Zian cuma tersenyum. "Rajin belajar, Rani."

Rani telah menghilang dari pandangan Zian.

"Jadi, ayo kita pulang. Sebelumnya terima kasih, Anastasia."

"Itu sudah menjadi tugas saya."

Anastasia mengemudikan mobilnya untuk putar balik dan melaju ke suatu tujuan. Di dalam mobil tidak tercipta banyak percakapan, mereka cuma sesekali bertukar kata.

"Umm, sebetulnya sudah ada rumah yang dirasa cocok untuk mereka." Anastasia mendadak berbicara. Ia melirik spion untuk melihat reaksi Zian.

"Oh, benarkah? Gimana rumahnya?" Zian menjadi antusias

"Harusnya itu adalah rumah yang paling cocok dengan mereka. Walikota Anis sendiri yang sudah memilihnya dengan sangat hati-hati dan penuh pertimbangan."

"Terdengarnya bagus. Hmm, sebetulnya aku juga sedang mencari rumah. Apa kau punya rekomendasi, Anastasia?" tanya Zian

"Bagaimana kriteria yang Anda inginkan?"

"Umm, kalau itu. Mungkin begini saja ...." Zian menjelaskan kebutuhannya terhadap rumah yang ia inginkan.

"Bagaimana, Anastasia, apakah ada?" Zian harap-harap.

"Saya sepertinya tahu dengan kriteria rumah yang Anda maksud. Saya punya saudara yang memiliki stand-one house," papar Anastasia.

Zian menjadi sedikit ragu dengan harganya, ia cemas jika tidak akan ramah di kantong. Ia kemudian bertanya pasal harga.

"Soal masalah harga itu bisa dinegosiasikan. Terpenting, apakah Anda ingin melihat keadaan rumah itu sekarang?" tawar Anastasia.

"Oh, bisa sekarang? Kalau begitu, tolong ya!"

Destinasi dibuah, mereka kini bergerak menjauhi pusar kota dan menuju pinggiran kota. Zian tidak menyangka dan tidak sabar melihat rupa dari calon rumahnya.

Kurang lebih satu jam perjalanan, Anastasia telah sampai mengantar Zian ke rumah saudaranya. Mereka kini berada di area pantai. Zian tidak menyangka letak rumahnya di dekat pantai.

"Mari ikuti saya!" Anastasia memandu jalan. Perempuan cantik itu melangkah dengan anggun.

Zian mengikuti di belakang sembari menikmati suasana khas area dekat laut. Angin yang berhembus kencang dan tanah berpasir putih.

"Silahkan masuk. Semoga bisa cocok dengan kriteria Anda."

Zian terdiam sesaat, ia melihat rupa bangunan luarnya. Itu adalah rumah dengan dua lantai, nampak mewah, bersih, serta agak minimalis. Namun, ia yakin jika dalamnya tidak sekecil itu.

Zian melangkah masuk ke dalam lingkungan rumah itu. Pekarangannya cukup luas, ada taman kecil dengan air mancur. Banyak tanaman yang membuat suasananya menjadi sejuk dan damai.

'Dilihat dari mana pun, ini adalah rumah yang bagus. Apa uangku cukup untuk membelinya?' pikir Zian was-was.

Zian mulai menjelajahi area dalam rumahnya. Di dalam ada 3 kamar tidur, 2 kamar mandi di lantai 1 dan 2. Dapur cukup luas, ruang tamu yang bergaya elegan. Di halaman belakang ada kolam renang yang mengarah langsung ke laut, jadi Zian bisa berenang sambil menikmati pemandangan laut yang indah.

"Ini benar-benar rumah yang bagus," kagum Zian.

"Saya senang bila Anda puas dengan rumah ini."

Waktunya untuk hal paling krusial, penentuan harga.

Pikiran si mantan tentara adalah apakah uangnya cukup?

"Jadi, berapa harga rumah ini?"

"Sepertinya tidak terlalu mahal. Anda bisa menawarnya, harganya cuma ...."

Zian hampir menghabiskan uang hasil dari penjualan anggrek hitam papua, bahkan ia perlu menyicil lagi.

"Senang berbisnis dengan Anda!" Anastasia tersebut saat berjabat tangan dengan Zian.

Setelah dari rumah itu, Zian diantar pulang ke rumah lamanya. Anastasia juga berjanji akan menjemput Rani saat sore dan Zian diajak.

"Sampai jumpa nanti sore," ucap Zian. Anastasia mengangguk dan mobil hitamnya melaju pergi.

Di sisa harinya, Zian memutuskan beres-beres rumah untuk rencana kepindahannya.

"Huh, harus ngumpulin uang lagi?" Zian tidak sabar untuk tinggal di rumah barunya.

Tidak terasa, Anastasia sudah datang lagi ke rumahnya untuk menjemput Rani. Mereka kemudian pergi ke sekolahnya

"Oh, bagaimana sekolahmu?" tanya Zian yang menghampiri Rani di dekat gerbang.

"Biasa-biasa aja sebetulnya, tapi mungkin sedikit menyenangkan," Rani tersenyum lebar.

"Oh, sepertinya bagus. Yah, kau bisa cerita lagi di rumah. Ayo, kita pulang." ajak Zian

Rani masuk ke mobil lebih dulu.

"Saya setelah ini akan mengantar Anda dan keluarga Raden ke rumah——"

"Oh, tidak! Tidak! Ini sudah kebanyakan. Untuk mengantar ke rumah baru, biar aku saja!"

"Tapi,——"

"Tidak apa-apa."

"Baiklah. Semoga kalian cocok dengan rumahnya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!