Bab 14: Bantuan datang

Giran buru-buru menuju ke gedung staf perwira setelah mendapat kabar kurang mengenakan dari teman lamanya, Zian. Panggilan telepon Zian sebelumnya membuat terkejut, pria itu mendapat masalah dengan polisi.

'Masalahnya Zian itu tidak boleh dibiarkan! Bisa-bisanya lembaga kepolisian negara ini bermasalah jika diisi orang-orang yang tidak kompeten!' batin Giran gusar.

Ia telah sampai di gedung yang dimaksud. Penghuninya nampak kaget, Giran buru-buru untuk menuju ke ruangan kepala staf perwira.

"Kepala staf, maaf atas kedatangan saya yang buruk. Tapi, ada sedikit masalah!" ujar Giran tanpa basa-basi. Ia tidak mempunyai banyak waktu untuk sekedar menanyakan kabar.

"Apa maksudmu?" kepala staf perwira nampak tertarik. Dari sebalik meja yang penuh dengan dokumen, ia bersiap mendengarkan cerita.

"Begini, Zian. Dia ....." Giran bicara secara runtut tentang apa yang dialami oleh temannya itu

*Brakkk!

Kepala staf perwira menggebrak meja sebagai reflek dari keterkejutannya

"Bisa-bisanya, ya?" Ia tersenyum pada Giran. "Kita harus segera mengurus masalah Zian. Mau bagaimana pun, dia adalah bagian dari keluarga kita!"

"Ya, memang harus segera dilaksanakan!" jawab Giran dengan tegas.

Kepala staf perwira mulai menghubungi beberapa orang dan menyuruh Giran agar menunggu sebentar.

".... oke saya mengerti." Kepala staf perwira menutup panggilan terakhirnya. Ia kemudian menatap Giran yang setia menunggu.

"Ayo berangkat ke lokasi." Giran diajak sekalian. "Kita bakar saja kantor polisi itu jika tidak mendapatkan keinginan kita!"

Sementara itu, di tempat lain. Tepatnya di balai kota.

Walikota yang merupakan Putri dari seorang dosen tua, Zian Zaidan pernah menyelamatkan nyawa ayahnya. Anis, nama walikota itu, ia kini mendapat laporan kurang sedap dari pangkalan militer yang ada di kotanya.

"Ada-ada saja. Tapi, ini masalah serius." Anis berdiri dari tempat duduk dan meja kebesaran walikota.

"Jaket Anda, walikota!" Asisten pribadinya menyerahkan jaket berwarna abu-abu. Mereka kemudian berangkat ke kantor polisi.

.

.

.

.

Rani dan Bibi menyusul Zian ke kantor polisi, mereka tentu tidak bisa tinggal diam mengetahui Zian akan ditahan.

"Zian?" panggil Bibi. Ia dan Rani dipersilahkan masuk ke ruang interogasi. Mereka berdua memang ingin didatangkan sebagai saksi, bukan, malah tersangka tambahan.

Agil juga berada di ruangan yang sama dengan Zian. Ia begitu ketakutan dengan apa yang dilakukan Zian terakhir kali pada dirinya.

Interogasi itu berjalan seperti biasa, Zian mampu menjawab semua pertanyaannya dengan lugas, alat pendeteksi kebohongan juga masih tetap mati. Ia berkata jujur.

Pihak dari polisi pun menjadi kesal, mereka mendapat perintah agar menjadikan Zian sebagai tersangka dan dihukum.

Tidak berselang lama, wakil dari kepolisian tingkat daerah tiba. Tak tanggung-tanggung, yang datang adalah wakil kepala polisi tingkat daerah. Ia sudah mendapat laporan yang dimanipulasi bahwa Zian menyandera seseorang di suatu tempat.

"Hei, apa-apaan ini? Kenapa kriminal seperti ini masih mendapat perlakuan lembut?" Ia memaki-maki pamannya Agil.

Tidak ada yang berani membantah, semuanya diam membungkam mulut. Ia selanjutnya menatap si highlight dengan kesal.

"Di mana kau menyembunyikan sanderanya?"

Zian seketika membuat kerutan di pelipisnya. 'Sandera? Ah, dongeng macan apa yang menyangkut diriku?'

Di sisi lain, Bibi dan Rani terkejut dengan pertanyaan yang dilayangkan ke Zian.

"Kalian tidak perlu cemas. Apa pun tuduhan yang diberatkan padaku, aku tidak akan ditahan. Mereka tidak akan bisa melakukannya!" Zian percaya diri, seolah menantang wakil kepala polisi tingkat daerah.

"Berani-beraninya kau bersikap begitu di kantor polisi? Kau sudah merasa hebat? Sebaiknya jangan bertele-tele, atau interogasi ini akan menjadi menyakitkan?!" Ia mengambil sekotak jarum yang disediakan. Alat penyiksaan.

"Aku benar-benar tidak menyandera seseorang, Pak. Untuk apa aku melakukannya?" sangkal Zian berpura-pura seolah ketakutan.

Si wakil kepala polisi tingkat daerah melirik alat pendeteksi kebohongan. Tidak ada reaksi.

'Apakah perkataan pria ini benar? Cih, tidak, sampah itu tidak bisa diandalkan!'

"Ini akan sangat menyakitkan jika kau tetap mengelak!" Ia merobek celana Zian, mengincar pahanya untuk ditusuk.

Sayangnya Zian tidak menggubris ancamannya.

"Oke, ruangan ini akan seperti neraka!"

"Apapun yang kalian lakukan di dalam, sebaiknya hentikan!" Suara teriakan terdengar dari luar. Suara itu familiar bagi para polisi.

Beberapa saat kemudian, pintu ruangan dibuka. Tamu yang datang tidak main-main.

"Walikota Anis dan kepala polisi tingkat daerah?" kejut mereka.

'Hah? Walikota? Kenapa bisa di sini?' bingung Zian. Tapi, ia melihat Giran dengan atasannya di militer. Tak tanggung, yang dibawa temannya itu adalah Letnan Kolonel.

"Kenapa pria itu ditahan?" tanya kepala polisi.

Wakilnya langsung menyembunyikan jarum yang dipegang dan menjelaskan apa yang ia telah ketahui.

Cerita yang dibuat-buat diperdengarkan Rani dan Bibi rasanya ingin mencela kebohongan yang keji itu. Untung mereka sadar bila hanya seorang warga sipil, tidak bisa berbuat banyak.

Di sisi lain, walikota tidak peduli dengan ceritanya. Ia lebih memilih bertanya Zian pasal namanya.

Zian terkejut dengan pertanyaan walikota. "Zian Zaidan."

'Oh, pria ini ternyata. Sepertinya yang diceritakan oleh ayah benar. Dia sangat tenang. Dia jelas tidak merasa bersalah. Huh, dan dia belum tau bahwa aku memiliki hubungan dengan pria tua yang diselamatkannya,' batin walikota Anis.

"Dia harus segera dihukum dengan berat. Dia juga punya indikasi sindikat seorang teror1s!?"

"Acara sandiwara ini harus dihentikan. Siapa saja yang berani menyentuh pria ini, kepalanya akan berlubang!" Letnan kolonel tanpa basa-basi mengeluarkan pistol dan menodong wakil kepala polisi.

Wakil kepala polisi tingkat

daerah terkejut hingga

membelalakkan matanya. Ia tidak berani bicara.

Kemudian, letnan kolonel memberitahu Zian agar ia

keluar dari dalam sana dengan tenang.

"Zian, keluarlah!"

Giran mendapat komando untuk melepaskan tali yang menjerat Zian. Tidak ada yang berani mencegah.

'Kenapa walikota dan pihak militer datang ke sini, bahkan kepala polisi. Apa gara-gara pria ini?' pikir wakil kepala polisi tingkat daerah.

"Kau bisa tenang, Zian. Biar kami yang mengurusnya," ucap Giran.

Zian mengangguk. "Terima kasih. Anda juga Letnan."

"Tidak perlu. Membantu teman adalah hal yang wajar," balas si Letnan Kolonel.

Orang-orang di ruangan itu kaget, mempertanyakan hubungan Zian dengan Letnan. Tapi, Bibi dan Rani biasa saja karena mengetahui Zian adalah mantan tentara.

"Hmm ... apakah aku legal untuk melakukan ini padanya?"

*Plak!

Zian tidak keluar ruangan, melainkan langsung memberi

tamparan kencang kepada wakil kepala polisi tingkat daerah, hingga semuanya terdiam.

Terpopuler

Comments

Sheninna Shen

Sheninna Shen

Aku suka alur ceritanyaaa!!!

2023-02-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!