Semuanya langsung melihat bunga itu secara seksama, memerhatikan tiap inci bagiannya. Masih ada beberapa yang meragukan keaslian sehingga sibuk menganalisanya.
Bunga itu terlalu fantasi untuk berada di tempat selain pulau Papua.
"Kau menawarkan berapa untuk bunga ini?" tanya Charen. Ia ingin membelinya, tapi ingin mengetahui tarif yang diberikan Zian. Charen sudah sangat ingin memiliki tanaman itu.
"Zian, bagaimana kalau 100 juta. Aku ingin membelinya. Maaf, ya, Charen. Jika kau ingin memilikinya kau harus menawarkan harga yang lebih tinggi. Aku tidak bermaksud menikungmu, lho, ya?"
Pernyataan dari Zanna mengejutkan Charen dan yang lainnya. Mereka mempertanyakan keputusannya.
"Maaf, Zanna Tapi, kurasa itu agak terlalu mahal. Aku tidak tau harga pasaran bunga ini karena bukan bidangku. Jadi, harganya tidak mungkin setinggi itu. Aku tidak nyaman jika ada yang membeli dengan harga yang terlalu di luar nalar," ucap Zian sedikit canggung.
"Aku tidak peduli. Aku yakin harga pasaran memang segitu untuk bunga yang luar biasa ini." Zanna meyakinkan Zian untuk menerima harga yang ia sodorkan.
"Zanna, itu terlalu tinggi. Kau yakin dengan itu?" tanya Willy.
"Tentu saja."
"Apa alasanmu?"
Zanna terdiam sebentar dan ia diam-diam melirik Zian. 'Aku melakukan ini hanya untuk membantunya. Meski dia akan mendapat dana tunjangan tiap bulan, tapi kurasa masih kurang,' batin Zanna.
"Tanaman hias adalah benda seni, 'kan? Aku menghargai itu," ucap Zanna mengada-ada.
Melihat percakapan itu, Zian cuma menghela nafas. 'Dia terlalu berlebihan!'
Zian lalu berkata dengan lesu. "Jika ada yang berminat silahkan berikan penawaran yang masuk akal. Aku akan memutuskanya." Ia menatap Charen dan yang lainnya.
"Hei, itu curang dan tidak adil! Di mana-mana harga paling tinggi yang menang. Apa-apaan ini? Kau aneh?" ucap Zanna dengan kesal, tapi sambil cengengesan. Tentu saja, ia menganggap Zian sangat aneh.
Zanna menggemukkan pipi sambil memalingkan muka. "Curang! Aku pasti kalah!"
Charen dan yang lainnya tidak percaya dengan apa yang terjadi. Zanna tidak pernah menunjukkan ekspresi seceria itu pada siapa pun. Ia sering cuma berbicara seperlunya dan tidak terlalu bergairah.
"Kau bisa menang jika tawaranmu masuk akal!" ucap Zian.
"Kalau begitu ... aku pasang 60." Charen yang pertama membeberkan tawarannya.
"Aku 58. Aku sudah memikirkannya, itu memang harga yang pantas!" selanjutnya Willy.
"Berikan saja tanaman itu padaku. 80 untuk tanamannya." Handi mengajukan harga yang lumayan tinggi.
"Aku 95." Zanna mengajukan tawaran baru.
Zian tanpa berpikir panjang langsung menjabat tangan Handi. Ia yang berhasil memenangkan pelelangan itu.
Handi menerima bunga yang luar biasa itu setelah melakukan pertukaran dengan Zian. Ia mentransfernya langsung ke rekening Zian. Namun, ia membelinya untuk Zanna. Ia tidak ingin wanita itu kehilangan uang sepeserpun dan membuatnya senang.
"Zanna, kau boleh menyimpannya," ucap Handi tiba-tiba.
"Huh? Kenapa? Kau yang berhasil mendapatkannya. Simpan saja untuk dirimu sendiri. Aku sungguh tidak bisa menerima pemberianmu." Zanna menolaknya secara halus.
Handi merasa remuk di dalam hatinya, uang yang ia keluarkan berujung sia-sia. Ia sebetulnya tidak terlalu menginginkan bunga milik Zian.
Handi menjadi terdiam untuk beberapa saat.
"Terima kasih. Aku sepertinya harus pamit. Maaf, padahal kau yang sudah mengundangku!" Zian menundukkan kepala pada Charen. Ia agak merasa tidak enak.
"Yah, inilah namanya bisnis. Aku tidak keberatan," balas Charen. "Maaf tidak bisa memberikan cemilan atau minuman. Aku tuan rumah yang buruk."
"Bukan masalah besar!"
"Hei, Zian. Kau tidak ada kendaraan, 'kan? Bagaimana jika aku mengantarmu. Ini akan menjadi reuni kita. Apa tidak masalah?" ucap Zanna, sedikit mengejutkan semua orang.
Terlebih Handi, ekspresinya jadi sedikit mengeras. Ia menatap Zian dengan pandangan yang menyiratkan sesuatu.
"Kau mau, 'kan, Zian?" Zanna meminta konfirmasi sambil tersenyum.
"Gimana, ya? Aku takut membuat kau repot, sih." Zian sedikit canggung untuk menerima tawaran dari Zanna.
"Siapa yang merasa direpotkan? Kita teman lama. Aku tidak masalah. Rumahmu dari sini dekat, 'kan? Charen pasti mengizinkan!" Zanna melirik Charen.
"Kalian bebas melakukannya!"
Zian mau tidak mau harus menyerah. Ia menerima tawaran Zanna.
"Oke, tunggu sebentar. Aku akan mengambil mobilku!"
'Perempuan itu ... apa aku pantas menerima perasaannya. Sedangkan penyakit ini. Yah, aku tidak ingin menyakiti hati siapa pun. Dia akan berujung sedih jika memilihku!' batin Zian menatap punggung Zanna yang semakin mengecil di pandangannya.
"Ayo, Zian. Silahkan. Jangan sungkan!" ucap Zanna dengan riang.
Zian dengan segan masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kursi pengemudi. "Maaf, sudah merepotkan."
"Huh, kau ini! Berhentilah bersikap tidak enakkan!"
Zanna menyetir mobilnya dan sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam. Obrolannya hanya sebatas bertanya tentang alamat.
Zian asyik memerhatikan ponselnya. Foto yang ia unggah kemarin masih sangat ramai dari para netizen.
Ia terkejut melihat salah satu komentar.
'Anggrek hitam papua? Apakah itu namanya?' batin Zian, ia langsung melakukan pencarian di internet. 'Hmm ... ternyata ini memang bunga yang sangat langka dan sulit tumbuh di tempat selain pulau Papua.'
Zian mendapatkan informasi jika anggrek hitam papua adalah tanaman yang sangat langka, cuma ada di Papua. Sedangkan bunga itu tidak bisa tumbuh di tempat lain. Apalagi bunga hitam itu di pulau Papua sendiri sudah jarang dijumpai.
"Umm, Zanna. Apakah kita bisa ke bank sebentar. Aku mau menarik sejumlah uang!" pinta Zian tiba-tiba.
Zanna lantas mengangguk, ia kemudian mencari bank terdekat.
'Apakah aku bisa berbisnis? Seperti menjual bibit bunga hitam ini di E-commerce? Pasti sangat menghebohkan jika bunga ini bisa tumbuh subur. Huh, air kolam itu terlalu luar biasa!' pikir Zian sedikit nyengir. 'Oh, apakah aku bisa bekerja sama dengan Charen.'
Zian kemudian keluar mobil setelah Zanna menemukan bank. Ia kembali sepuluh menit kemudian. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Kesunyian kembali, tidak ada yang mengambil inisiatif untuk membuka obrolan. Terlebih, Zanna, ia masih sibuk memilah kata dan itu membutuhkan waktu.
"Zian, apakah kau benar tidak mengingatku?" tanya Zanna, melirik Zian yang ada di sampingnya.
Zian diam sebentar sebelum bicara. Ia benar-benar tidak mengingat Zanna sebagai teman sekolahnya.
"Maaf." Zian sedikit menunduk.
"Kalau begitu, mari berkenalan dengan benar. Zanna Rianda."
"Aku Zian Zaidan! Aku kali ini tidak akan lupa!"
Setelah beberapa saat berkendara, Zian memutuskan untuk kembali ke tokonya Charen.
"Zanna, bisakah kita kembali ke tempatnya Charen? Ada sesuatu yang kulupakan?" pinta Zian tiba-tiba.
Zanna terkejut pada awalnya, tapi ia dengan segera mengangguk, ia pun putar balik.
Saat sampai di sana, mereka berdua langsung mencari Charen.
Wanita itu tampak terkejut melihat Zian dan Zanna kembali.
"Ada apa, Zian? Apa kau masih memiliki bunga anggrek hitam papua yang lain?" tanya Charen dengan penuh harap. "Aku akan membelinya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments