Bab 16: Kerja sama bisinis?

Setelah menyelesaikan beberapa masalah dan terjerat masalah. Zian kini bisa kembali fokus pada bisnis tanamannya. Ia telah membuka online shop dan melakukan sedikit promosi. Sisanya cuma menunggu customer pertama muncul.

"Woah, ini sudah bagus! Mungkin aku bisa sedikit bersantai dan melanjutkan olahraga," ucap Zian tersenyum melihat tampilan online shop-nya yang lumayan bagus.

Ia pun melakukan olahraga ringan di dalam dimensi lukisan untuk memperpanjang waktu, sehingga bisa puas.

Tidak terasa, hari berkahir dengan cepat. Ia kini selesai makan malam dan berniat langsung tidur. Zian berdoa agar besok bisa menjadi lebih baik lagi.

Lalu, keesokan harinya ....

"Ugh, apa sih? Wo~ah!"

Zian menggeliat di tempat tidurnya, ia terganggu oleh getaran yang datang dari bawah bantal. Ia ingin melanjutkan tidur, tapi karena getaran di bawah bantal tak kunjung berhenti membuatnya untuk terjaga.

"Agh, siapa yang menelepon pagi-pagi?" jengah Zian memeriksa layar ponselnya. Ada nomor kontak yang tidak asing.

"Zanna?" gumam Zian.

Panggilan tak terjawab berjumlah 46 kali.

"Huh, dia terlalu niat!" Zian menerima panggilan teleponnya.

"Ada apa pagi-pagi gini?"

"Ah, Zian? Akhirnya, kau tidurnya terlalu lelap!"

"Ya maaf!"

"Tolong bukakan pintu! Aku sudah berada di depan rumahmu?"

"Hah?" Zian cepat-cepat keluar dan menuju pintu depan.

Saat sampai di depan pintu, ia mendadak kembali. Yah, ia mengambil Hoodie karena sedang bertelanjang dada. Ketika semua dirasa aman, Zian akhirnya membuka pintu.

"Selamat pagi, Zian," sapa Zanna seraya tersenyum manis.

"Pagi, Zanna." Zian membalas dengan anggukan.

"Ah, maaf. Kita malah bengong di sini. Silahkan masuk!"

Setelah dipersilahkan, Zanna baru masuk setelah melepas sepatu yang dikenakan. Ia melihat-lihat sekeliling dan merasa kagum, sebab bersih. Rumah pria yang tinggal sendirian biasanya sedikit berantakan, sementara Zian adalah kebalikannya.

"Silahkan duduk. Mau minum apa?" tawar Zian.

"Seadanya saja."

"Oke."

Zian pergi ke belakang sebentar untuk membuatkan minuman untuk Zanna, ia berencana menyeduh teh.

Setelah 10 menit berlalu, Zian kembali ke ruang tamu dengan nampan yang di atasnya ada secangkir teh.

"Terima kasih."

"Iya, silahkan diminum."

Ruangan menjadi lengang sesaat, tapi Zanna yang memulai pembicaraan.

"Zian, kau pasti terkejut kenapa aku bisa tau alamatmu?"

Kebetulan itu adalah topik yang ingin Zian bicarakan.

"Ya, bagaimana kau bisa tau?" Zian asal memakan umpannya.

"Aku bertanya pada Kema."

Zian blank sesaat, ia mencoba mencari nama itu di kepalanya. Ia lupa.

"Siapa dia?" Zian memiringkan kepalanya

"Kau tidak mengenalnya?"

"Lalu, kenapa aku bertanya?

"Ya ya, maaf. Kalian satu SMA, dia sekelas denganmu. Kema sekarang bekerja sebagai agen properti."

"Pertanyaannya, kenapa dia bisa tahu alamatku?"

Zanna hanya mengedikkan bahu. "Jangan tanya aku!"

"Sepertinya tidak perlu dicari tahu lebih mendalam."

Topik tentang Kema pun berakhir. Keheningan kembali muncul sampai suara aneh muncul. Itu datang dari perut seseorang——Zanna. Ia dengan malu-malu menutup mukanya.

"Oh, kau lapar, ya?"

"Aku dari semalam lupa makan, tadi juga lupa sarapan karena buru-buru, hehe." Zanna tersenyum kecut sambil memalingkan mukanya dari Zian.

"Huh, dasar! Apa perlu aku pesan online makanan? Aku belum memasak!"

"Tidak perlu! Tidak perlu! Maksudku, tidak ingin beli. Aku lebih baik makan makanan hasil masakanmu. Boleh, 'kan?" Mata Zanna berbinar-binar.

"Begitu, ya? Baiklah, aku tidak keberatan!"

Zanna langsung berteriak, "yeay!" Ia jingkrak-jingkrak karena senang.

Zian hanya geleng-geleng kepala, ia pergi ke dapur sebentar dan mengambil sesuatu dari kulkas.

"Makan ini dulu untuk mengganjal perut!" Zian menyerahkan sebiji tomat.

"Tomat? Tapi, kenapa bisa sebesar ini? Mirip apel malah?!" Zanna membolak-balikkan tomat untuk meneliti.

"Coba makan dan kau akan terkejut."

"Oke, semoga rasanya tidak mengecewakan."

Zian langsung pergi ke dapur. Teriakan girang seketika terdengar dari ruang depan. Ia tersenyum, reaksi itu sudah dalam prediksinya.

"Tomat macam apa ini? Zian, tomat jenis apa ini?" Zanna langsung pergi ke dapur untuk bertanya. Matanya sudah terlampau kagum pada sebiji tomat di genggamannya.

"Aku akan memberitahumu nanti. Aku ingin memasak dalam keadaan tenang!" pinta Zian. Zanna langsung mengerti dan kembali ke ruang depan.

"Hehe, maaf."

Orang tua Zanna memiliki bisnis restoran. Sebagai orang yang bakal juga menjalankan bisnis itu, ia sudah mengambil langkah-langkah untuk memajukan usahanya. Termasuk dengan sayur dengan rasa luar biasa ini, jika Zanna bisa mendapatkan sayur sejenis tomat pemberian Zian, restorannya pasti berkembang pesat.

Zian kembali ke ruang tamu dengan membawa empat jenis menu makanan, kesemuanya berbahan sayur. Zanna sudah ngiler dengan aroma yang dihasilkan, tapi ia masih bertindak seperti wanita anggun.

"Ku harap kau cocok dengan masakanku," ucap Zian menyajikan masakannya di hadapan Zanna.

"Apa yang kau katakan? Aku pasti cocok. Ayo, makan bersama-sama," ajak Zanna.

Menu sayur itu dimakan berdua sampai ludes, sisanya cuma piring dan suara sendawa.

"Aku tidak pernah merasa sebahagia ini saat sarapan. Masakanmu sangat enak, Zian. Apa sayur yang kamu gunakan sama dengan tomat itu?" tanya Zanna. Ia membantu membereskan piring-piring kotor dan mencucinya.

"Begitulah. Memangnya kenapa?" Zian juga membawa wadah makanan yang kotor. Mereka mencuci piring bersama di dapur.

"Keluargaku memiliki bisnis restoran. Belakangan ini mengalami sedikit penurunan!" bertahu Zanna.

"Kenapa?"

"Restoran kompetitor melakukan pembajakan juru masak paling ahli di restoran kami."

"Aku turut prihatin. Apa kalian sudah menemukan cara untuk mengatasi masalah utama?" tanya Zian.

"Kurasa ada?" jawab Zanna dengan semangat. "Sayuranmu sangat enak. Andai sayuran itu bisa dipasok ke restoran kami!"

"Ah, sayur-sayur itu. Aku mendapatkan dari seorang teman!" Zian berbohong.

"Begitu, ya? Kau tau dari mana dia mendapatkan sayuran itu atau dia yang menanam sendiri?"

Zanna nampak gelisah, Zian tidak tega melihatnya. Jadi, ia mengambil suatu keputusan untuk mencoba berbisnis di bidang kuliner.

"Jika pasokan yang diminta oleh restoran keluargamu tidak terlalu banyak. Aku mungkin bisa mengirimkan sayuran itu."

"Eh? Benarkah? Kau mau repot-repot melakukannya?"

"Bisinis adalah bisnis. Jika harganya cocok, kita bisa bekerja sama."

"Baiklah, jadi berapa banyak yang dapat kau beri?"

Terpopuler

Comments

car_ les

car_ les

mantap

2023-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!