Bab 3: Teman SMP

Calon pembeli bunga itu ternyata memiliki sebuah toko besar yang menjual tanaman. Ia pun merancang pertemuan dengan Zian di sana. Zian sekaligus mengunjungi kantornya.

Zian kini sudah bersiap untuk menemui calon pembelinya yang bernama Charen. Tapi, ia merasa penyakitnya sedikit rewel, tangannya terasa lemas hanya untuk diayunkan ke depan dan ke belakang.

"Penyakit ini semakin parah! Aku harus segera menyelesaikan urusanku!"

Lou Gehrig’s Disease adalah penyakit yang sudah menyiksa Zian, menghancurkan hidupnya, ia sampai harus pensiun dini dari militer.

"Aku harus segera mendapatkan uang untuk Bibi!"

Zian akhirnya berangkat ke tempat pertemuannya dengan Charen, ia memakai angkutan umum. Tidak butuh waktu lama untuk sampai, hanya butuh sekitar setengah jam.

Zian kini sudah di depan sebuah gedung besar. Ia mengecek alamat yang dikirimkan padanya untuk memastikan kebenaran alamatnya.

"Kurasa ini tempatnya?" ucap Zian memerhatikan bangunan toko itu secara seksama. Yah, besar dan megah.

Zian sebetulnya sudah mencari tahu identitas calon pelanggannya. Charen adalah seorang wanita keturunan dari keluarga kaya yang memiliki toko besar. Charen adalah pewaris perusahaan dari orangtuanya.

Zian celingukan sebentar untuk memutuskan bagaimana caranya masuk. Apa asal nyelonong dan bilang ada janji dengan Charen? Yah, dirasa tidak semudah itu.

"Apa aku harus menghubunginya dulu? Bilang jika aku sudah sampai." Zian membuka ponsel untuk mengabari Charen.

Sedangkan di dalam toko ....

Ada lima orang yang saling bercengkrama di sebuah ruangan. Dua wanita dan tiga pria. Salah satu di antaranya adalah wanita cantik yang ada selalu menjadi pusat perhatian orang-orang. Auranya memang lain dari yang lain.

"Charen, apa benar pemilik tanaman itu akan ke sini dan kau akan membelinya?" tanya wanita cantik itu dengan girang, namanya adalah Zanna Rianda. Ia begitu bersemangat saat Charen memberitahu jika ia akan membeli bunga yang sedang menghebohkan jagad maya. Itu adalah bunga anggrek hitam papua yang super langka. Bunga itu memiliki presentase tumbuh yang sangat kecil, sudah banyak orang yang mencoba dan gagal. Charen termasuk.

Ketiga orang lainnya tertarik pada pertanyaan Zanna. Ketiga orang lainnya yang merupakan lelaki menunggu jawaban dari Charen.

Charen sangat menyukai tanaman karena Zanna juga menyukainya. Begitu juga dengan Handi, Willy, dan Pichal. Mereka menyukai tanaman karena terpengaruh oleh Zanna dan Charen.

"Ya, harusnya sebentar lagi dia sampai?!" ucap Charen melirik jam tangan di lengan kirinya.

"Yah, aku tidak sabar untuk melihat bunga itu. Bukannya itu sangat menakjubkan?" ucap Zanna dengan mata berkaca-kaca.

"Tapi, apakah benar bunga itu bisa tumbuh selain di pulau Papua?"

"Ya, nampak sangat mustahil. Mungkin itu cuma tanaman imitasi."

"Yap, aku setuju. Dia mengeditnya seolah-olah itu bunga asli."

"Ini bukan dunia fantasi. Bunga itu terlalu khayal untuk menjadi kenyataan!"

Handi, Willy, dan Pichal tertawa terbahak-bahak, mereka memikirkan kemungkinan ada seseorang yang hendak menipu Charen. Yah, ia cari mati, begitu pikiran mereka bertiga.

"Karena itulah aku mengajukan pertemuan. Aku sudah menyuruhnya untuk membawa tanaman itu. Jadi, kita bisa menilai itu palsu atau asli," ucap Charen dengan tenang.

"Meski begitu, aku mengira itu asli, sih. Di foto terlihat sangat natural. Itu tidak diedit sama sekali," ucap Zanna membuka ponselnya dan melihat foto bunga yang diunggah oleh Zian.

"Teknologi sekarang sudah sangat maju. Kita susah membedakan antara yang asli dan palsu," sahut Handi.

Charen tiba-tiba mengecek ponselnya lalu menatap keempat orang yang bersamanya. "Dia sudah datang. Ayo, temui dia!"

Mereka pun keluar dari ruangan untuk menemui Zian.

Sementara itu, Zian masih diam di area parkir dan menunggu dengan sabar. Beberapa saat kemudian, ia melihat lima orang berjalan keluar dari dalam gedung dan mendekat ke arahnya.

"Halo, apa sudah menunggu lama?" sapa Charen dengan ramah.

Zian menggeleng, "Saya baru sampai."

"Oh, tapi jangan terlalu formal. Kita ternyata masih sebaya. Namaku Charen." Charen menjulurkan tangannya.

"Tapi, saya merasa minder. Meski umur kita berdekatan, tapi ...."

"Ini bukan sepenuhnya milikku. Aku hanya menjalankan. Kau tidak perlu segan!"

"Akan kucoba bersikap biasa!" Zian masih sedikit canggung.

"Ya, silahkan masuk!" Charen mempersilahkan Zian masuk ke bangunan toko itu.

'Sepertinya aku kenal orang itu? Siapa, ya? Eh? Bukannya dia ....' batin Zanna, ia sontak membelalakkan matanya.

"Hei, kau Zian, 'kan?" Zanna sedikit berteriak. Handi, Willy, Pichal terkejut dengan tingkah Zanna

"Zanna kau mengenal pria ini?" tanya Handi, ia diam-diam memandang Zian dengan tatapan sinis.

"Ya, aku mengenalnya. Dia adalah teman saat SMP!"

Zian tidak terlalu mengenal Zanna Tapi, fakta besar jika Zian memiliki banyak pengagum saat masih duduk di bangku sekolah. Ia adalah orang yang baik, suka menolong orang lain.

Saat Zanna pernah diganggu oleh seseorang, Zian datang untuk menyelamatkannya. Dan sejak saat itu, Zanna memiliki perasaan pada Zian dan tidak pernah melupakan keberadaannya. Dan takdir sudah mempertemukan mereka kembali.

"Ya, aku Zian Dan kau? Sejujurnya aku tidak terlalu mengingatmu," ucap Zian merasa bersalah sudah melupakan teman sekolahnya dulu.

"Karena kita jarang bicara dan berbeda kelas. Jadi, wajar saja." Zanna terus mengekor pada Zian dan bertanya. Tidak, ia sedang mengintrogasi.

"Kau tinggal di mana?"

"Dekat sini?"

"Apakah kau kuliah?"

"Aku masuk sekolah militer dan menjadi tentara."

"Wah, itu luar biasa. Tapi, tidak perlu heran, sih. Kau memang pantas mendapatkannya."

Zian membawa kabar buruk. "Yah, meski kemarin aku memutuskan untuk pensiun dini."

"Heh? Kenapa?" Zanna sangat terkejut.

"Ada sesuatu yang menghambat karirku."

"Jadi, kau sekarang nganggur? Ah, bagaimana kalau bekerja di sini? Kebetulan ada posisi kosong untuk manager toko."

'Kenapa Zanna tiba-tiba menjadi seantusias itu? Cih, pria itu dari gelagatnya hanya seorang penipu!' pikiran Willy yang sangat kesal.

"Tidak bisa seperti itu, Zanna Kita tidak boleh asal menyerahkan posisi sepenting itu pada orang asing. Kita tidak tau apa value dari pria ini!" sangkal Willy.

"Itu tidak perlu. Aku mengetahui semua perangai Zian. Dia pasti bisa mengemban tugasnya dan tidak bakal berbuat macam-macam!" Zanna berupaya membujuk Willy. Sedangkan Charen cuma diam.

Mereka sampai di ruangannya Charen.

"Jangan membual, Zanna Kau tidak bisa menilai orang ini? Jelas-jelas dia hanya penipu ulung——"

"Aku tidak akan mau menemuimu lagi jika sikapmu tidak sopan begitu!" ancam Zanna dengan ekspresi penuh kemarahan.

"Ah, maaf. Tapi, aku harus menolak tawaranmu. Benar apa yang dikatakannya, aku tidak pernah memiliki pengalaman pada bidang pekerjaan ini!" ucap Zian, menolak tawaran Zanna Ia ingin sedikit meredakan percekcokan antara Zanna dan Willy.

"Kau bisa mendengar sendiri?! Dia sudah mengaku! Memang tidak pantas!" cibir Willy, tersenyum miring.

"Sopan sedikit——"

Charen memotong perkataan Zanna. "Tidak usah berbasa-basi lagi. Zian, tolong tunjukkan tanamannya!"

"Paling cuma imitasi, atau malah tanaman yang dicat dan ditempel sana-sini dengan tangkai dan daun," bisik Willy pada Handi.

"Zian tidak mungkin menipu. Lihat saja, dia pasti membawa bunga asli!" bela Zanna.

'Aku dinilai terlalu tinggi olehnya?!' pikir Zian.

Ia kemudian mengeluarkan tanaman yang dimaksud dari dalam tasnya untuk ditunjukkan. Ia membungkusnya dengan pelindung agar tidak rusak.

"Silahkan dilihat!"

Charen dan yang lainnya tidak bisa berkata-kata. Mereka menatap tanaman yang dibawa Zian dengan penuh kekaguman.

"Sulit dipercaya! Betapa indahnya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!