Kehilangan Kewarasan

"Sial," gerutu Hazel, saat merasa tubuhnya ada yang aneh, dan dia paham betul rasa apa yang sedang dia rasakan, rasa ingin melakukan hubungan badan, dan entah mengapa rasa yang sedang dirasakan sekarang ini begitu membuatnya tersiksa. "Kenapa tidak tahu situasi dan kondisi sih," gerutunya lagi, dan mulai merasakan gelisah, hingga dia yang merasakan hawa panas penuh nafsu mulai menjalar di tubuhnya, membuka jubah mandi yang dia kenakan, karena memang Hazel tadi memutuskan menggunakan jubah mandi yang tersedia di kamar hotel tersebut, tidak mungkin dia beristirahat dengan menggunakan pakaian pesta yang tadi dia gunakan. "Ya ampun, aku membutuhkan benda itu," Hazel mengingat benda yang selalu memuaskannya, saat hasrat di dalam tubuhnya tidak bisa di kontrol lagi, seperti saat ini. Apa lagi rasa yang sedang dirasakannya begitu kuat hingga pening tiba-tiba muncul di kepalanya.

Dan kini Hazel menatap pada jari jarinya. "Apa menggunakan ini saja, aku sungguh tidak tahan, ahhhh," desahaan keluar begitu saja dari bibir Hazel, yang kini naik keatas tempat tidur sambil membuka jubah mandi yang dia kenakan, saat hasrat di dalam tubuhnya, membuatnya risih dan ingin membuka apa pun yang menempel di tubuhnya, tidak peduli jika sang putri yang tadi ingin keluar dari dalam kamar, masuk kembali ke dalam kamar hotel tersebut.

Desaahan keluar dari bibir Hazel, setelah bermain dengan jari jarinya dengan terpaksa, tapi bukannya membuat hasrat di dalam tubuhnya hilang, yang ada bertambah berkali-kali lipat, dan membuatnya benar-benar tersiksa. "Sial, kenapa seperti ini!" gerutu Hazel, dan tatapan matanya yang tidak terlalu fokus karena sudah di penuhi hawa nafsu, menatap pada seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya, dan Hazel tahu persis siapa orang tersebut, yang sekarang melepas kancing kemeja yang di kenakannya.

"Baru semalam aku main arisan, kenapa malam ini aku menginginkannya lagi, ini tidak bisa dibiarkan, aku tidak mau Zi melihat aku seperti ini," ucap Zain yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel, dimana tadi sang putri memberikan card, akses masuk ke dalam kamar hotel tersebut, seorang diri. Karena Zi sang putri tadi pamit ingin membeli sesuatu terlebih dahulu. "Sial!" gerutu Zain karena hasrat yang di rasakannya semakin tidak terkendali, hingga membuat kepalanya cenat cenut, ingin pelepasan. "Aku harus melakukannya, sebelum Zi masuk," setelah membuka kancing bajunya hingga pahatan roti sobek terlihat sempurna, untuk menetralisir hawa panas dalam tubuhnya yang butuh pelampiasan, kini Zain membuka ikat pinggang, dan kancing celana yang di kenakannya, dan berjalan menuju kamar mandi sambil mengeluarkan juniornya yang sudah berdiri sempurna, berniat untuk main arisan, sebelum sang putri kembali ke kamar tersebut

Namun, baru beberapa langkah Zain melangkahkan kakinya, kini terhenti saat dia menatap sosok yang sangat dia kenal, sedang menghampirinya. "Kamu," ucap Zain, sambil menelan ludahnya sendiri, melihat Hazel dengan tubuh polosnya mendekat.

"Ini kamarku, kenapa kamu..." Hazel tidak jadi meneruskan ucapannya, saat kedua matanya, menatap junior Zain yang sedang di pegangnya, mengacung sempurna, dan lebih besar dari pada benda mainannya.

"Ini kamarku, kamu..." Zain yang sudah di penuhi hawa nafsu, begitu bergairah melihat tubuh Hazel, spontan dia yang sudah mulai kehilangan kewarasanya karena obat yang di berikan oleh sang putri, menurunkan dan melepas celana panjang yang di kenakannya.

Membuat Hazel yang sudah tidak bisa berpikir jernih, karena efek obat yang sang putri berikan, kini mendekati Zain lalu memeluknya, hingga junior milik Zain menyentuh kedua pahanya yang mulus.

"Sayang, aku mau," ucap Hazel, yang tidak lagi bisa berpikir jernih dan mengira Zain adalah almarhum suaminya.

"Sayang," balas Zain, yang tadi melihat Hazel menyerupai almarhummah istrinya, membuat Zain langsung mengangkat tubuh Hazel, kemudian menciumnya, sambil melangkahkan kakinya menuju ranjang.

"Ahhhh, sayang," dessah Zain tertahan saat satu tangan Hazel yang berada di gendongannya, memegang juniornya.

Kemudian Zain naik keatas ranjang, dan merebahkan tubuh Hazel dengan kasar, karena hasrat di dalam tubuhnya benar-benar tidak bisa di kondisikan lagi, dan benar-benar membuat nya gila, lalu Zain menautkan keningnya menatap wajah Hazel. "Kamu bukan is..."

Zain yang sedikit menyadari jika yang sedang di tatapnya bukanlah almarhummah istrinya, tidak jadi meneruskan ucapannya, saat Hazel menarik tubuhnya hingga terbaring, dan Hazel yang sudah kehilangan kewarasan, menindih tubuhnya.