Hazel terlihat bingung ketika sudah tiba di Kafe yang sang putri tunjukkan, karena kafe tersebut terlihat sepi, tidak seperti kafe yang sedang di sewa untuk mengadakan sebuah acara.
"Ev, kamu tidak salah kan, kenapa masih sepi?" tanya Hazel penasaran pada sang putri yang berjalan di sampingnya.
"Tidak Ma, benar di kafe ini kok," bohong Ev sambil memikirkan cara agar sang mama percaya padanya. "Sebentar, aku tanya di grup sekolah,"
Ev pun mengambil ponsel miliknya, tapi kali ini dia menghubungi Zi, untuk memberi tahunya, jika tempat keduanya akan melakukan eksekusi, pindah ke tempat lain.
"Bagiamana Ev?" tanya Hazel.
"Belum ada tanggapan Ma, lebih baik kita cari tempat duduk," ajak Ev, yang langsung di iyakan oleh sang mama.
Ev sekarang menepuk jidatnya, sambil menatap layar ponsel, tentu saja itu untuk berakting agar sang mama menatap padanya.
"Ev, ada apa?" tanya Hazel penasaran, melihat sang putri menepuk jidatnya.
"Ya ampun Ma, ternyata acaranya di batalkan," bohong Ev.
"Kok bisa?"
"Entahlah Ma, ada yang bilang, tadi sempat ada adu mulut antar wali murid yang berujung pertengkaran, hingga pemilik kafe ini membubarkan acaranya," dan terus, Ev berbohong, agar sang mama percaya pada ucapannya, yang akan mempermudah rencananya dengan Zi.
"Ya ampun, sudah pada tua masih saja berantem, memalukan sekali,"
Ev menatap pada sang mama, setelah mendengar apa yang dikatakannya. "Idih, tidak sadar diri, sendirinya juga sama," batin Ev mencibir sang mama, mengingat lagi, jika sang mama selalu bertengkar saat bertemu dengan papa Zi. "Iya tuh Ma, memalukan saja, semoga mama tidak seperti itu ya, dengan wali murid yang lainnya," sahut Ev, alhasil membuat Hazel menoleh pada sang putri yang duduk tidak jauh darinya, baru menyadari, jika dirinya juga sama dengan wali murid yang sedang sang putri katakan, selalu beradu mulut saat bertemu Zain.
"Dengan yang lainnya tidak, kecuali dengan Zain gila itu," batin Hazel, yang tiba-tiba mengingat Zain, yang sangat menyebalkan bagi Hazel.
"Oh ya, Ma. Meskipun acaranya tidak jadi, kita tetap makan malam disini ya, aku sudah sangat lapar," pinta Ev.
"Iya, Mama juga sudah sangat lapar," Hazel pun langsung memanggil pelayan untuk mendekat, lalu memesan makanan kesukaannya dan juga kesukaan sang putri. "Ev," panggil Hazel setelah selesai menyantap makan malamnya.
"Iya Ma,"
"Pulang yuk," ajaknya.
"Tidak mau Ma,"
"Kenapa, masih lapar? Ya sudah pesan lagi, mama akan menunggumu,"
"Bukan Ma,"
"Terus?"
"Sekali kali, nginep yuk, di hotel, Ma. Biar aku bisa tidur dengan mama,"
"Di rumah juga bisa, kamu tidur sama Mama,"
"Tapi kan, suasananya berbeda, Ma. Boleh ya, lagian besok akhir pekan," bujuk Ev, untuk melancarkan rencananya. Dan kini mendekati sang mama dan duduk di sampingnya. "Aku mohon Ma,"
"Oke lah, untuk kamu. Lagian mama lelah sekali hari ini dan ingin segera beristirahat,"
"Makasih Ma," Ev pun langsung memeluk sang mama, dan setelahnya beranjak dari duduknya, sambil menarik tangan sang mama. "Yuk, Ma,"
*
*
*
Sementara itu, Zi baru masuk ke dalam kafe setelah Ev sang sahabat keluar dari kafe tersebut, dan memesan kamar hotel, yang menyatu dengan kafe tempatnya tadi makan malam.
"Zi, kok sepi?" tanya Zain ketika sudah masuk ke dalam kafe tersebut.
"Papa sih kelamaan, aku sudah bilang pada Papa, cepat pulang, Papa malah sibuk syuting. Lihat, sudah jam berapa ini? Tentu saja acaranya sudah selesai dan mereka semua sudah pulang," Zi menekuk wajahnya, untuk menyempurnakan aktingnya.
"Ya ampun, maafkan Papa, Zi," Zain meraih tangan sang putri lalu menggenggamnya dengan sangat erat. "Sebagai permintaan maaf Papa, kita makan malam saja di kafe ini,"
"Tidak mau, aku sudah makan tadi, sambil menunggu Papa Pulang,"
"Terus, kamu mau apa? Agar mau memaafkan Papa?"
"Aku ingin mengingap di hotel ini, sudah lama aku tidak tidur dengan Papa, dan menceritakan banyak hal,"
"Baiklah, demi putri papa," Zain mengiyakan permintaan sang putri, membuat rencana Zi berjalan dengan mulus.
"Terima kasih Pa, aku sayang Papa,"
"Papa juga sayang kamu," balas Zain sambil mengelus kepala sang putri. "Oh ya, apa yang ingin kamu ceritakan pada papa, apa kamu sudah memiliki seorang kekasih?" tanya Zain penasaran.
"Bukan itu Pa,"
"Terus?"
"Ada deh," jawab Zi dan kini memberikan air mineral yang dibawanya, pada sang papa. Tentu saja air mineral tersebut sudah di berikan obat yang dia dapat dari Ev, sesuai rencananya.
Membuat Zain langsung mengambilnya. "Anak papa memang pintar, tahu saja jika papa sedang haus,"
"Iya dong," sambung Zi. "Oh ya Pa, aku ke toilet dulu, Papa tunggu aku, dan jangan pesan kamar, tanpa persetujuan aku, oke!"
"Oke," sambung Zain, membuat Zi langsung meninggalkan sang papa, untuk menemui Ev yang ingin memberikan akses masuk kamar hotel dimana Hazel berada.
Bersambung........................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Erina Munir
hahaa..bner2 nih bocah2 ortunya d kerjain
2025-01-14
0
Erina Munir
hahaa..bner2 nih bocah2 ortunya d kerjain
2025-01-14
0
Rohmi Rohmizaki
dasar ank2
2023-06-19
0