Hazel dan juga Zain saling tatap dengan tatapan tajam, setelah keduanya sama-sama sudah mengenakan pakaian masing-masing.
"Kamu harus bertanggung jawab,"
Hazel langsung melotot mendengar ucapan Zain yang berdiri tidak jauh darinya, tidak percaya pada apa yang dikatakannya.
"Bertanggung jawab untuk apa, dasar gila!" kesal Hazel.
"Kau sudah membuat aku mengkhianati istiku," kata Zain, ketika dia sedikit mengingat Hazel sempat naik keatas tubuhnya, dan langsung melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. "Dan semua ini karena kamu, dan kamu harus bertanggung jawab,"
"Dasar pria gila!" seru Hazel. "Apa kamu lupa, apa yang sudah kamu lakukan semalam padaku, dan kamu yang harus bertanggung jawab karena sudah membuat aku mengkhianati suamiku!" Hazel juga sedikit mengingat, saat dia sudah mencapai puncak kenikmatan ketika bermain diatas tubuh Zain, Zain membalik posisinya, dan dialah yang selanjutnya begitu agresif.
Zain menautkan keningnya untuk mengingat kejadian semalam, meskipun terpengaruhi oleh obat laknat, tapi dia sedikit mengingat kejadian semalam.
Dan benar apa yang baru saja Hazel katakan, jika semalam dirinya begitu agresif, dan menikmati permainan yang membuatnya mencapai pelepasan berkali-kali.
Zain kini menatap pada Hazel. "Iya aku ingat itu," ucapnya dengan penyesalan yang begitu dalam, karena janjinya untuk setia pada almarhum sang istri, sudah dia langgar. "Aku akan bertanggung jawab untuk kejadian semalam," ucapan yang keluar dari bibir Zain.
"Tidak perlu, lupakan kejadian semalam. Anggap saja itu musibah," sahut Hazel.
"Bagaimana jika dari kejadian semalam, nanti kamu mengandung?" tanya Zain yang sudah berpikir jauh.
"Aku akan membesarkannya sendiri,"
Zain yang tadi sudah duduk dipinggiran tempat tidur, kini beranjak dari duduknya, dan kembali menoleh pada Hazel. "Mana bisa begitu, anak itu juga anakku! Aku juga berhak membesarkan anak itu,"
"Aku bisa membesarkannya sendiri,"
"Tidak, aku juga ingin membesarkannya,"
"Tidak boleh,
"Itu anakku, jika tidak ada aku, tentu saja tidak akan jadi bocil,"
"Bukan, tapi anakku!"
"Anakku!"
"Anakku!" sahut Hazel yang kini menautkan kedua alisnya sambil menatap pada Zain. "Kenapa kita membahas tentang anak, jadi juga belum,"
"Oh iya ya," sambung Zain yang baru menyadarinya.
"Tenang saja, rahimku tidak akan menerima benih dari pria sepertimu, jadi aku tidak akan hamil,"
"Apa kamu sedang mengejekku?"
"Anggap saja begitu, untuk apa aku mengandung anak dari pria sok tampan yang suka mengumbar umbar tubuh di majalah,"
"Aku melakukan itu karena pekerjaan,"
"Dan itu menjijikkan!" sahut Hazel untuk mencibir pekerjaan Zain.
"Aku doain kamu hamil anakku!" balas Zain yang tersinggung dengan ucapan Hazel.
"Tidak sudi!"
Dan Zain tidak mengatakan apa pun lagi, karena dia sekarang berjalan mendekati Hazel.
"Jangan mendekat! Awwww, apa yang kamu lalukan bodoh!" teriak Hazel, karena Zain yang sudah mendekatinya kini menarik tangannya.
"Menghamilimu!"
"Tidak sudi!"
"Aww!" pekik Zain, saat juniornya baru saja mendapat tendangan dari Hazel. "Pecah dah," ucapnya dan tangan yang tadi dia gunakan untuk menarik tangan Hazel, kini dia gunakan untuk memegangi juniornya.
"Syukirin," balas Hazel, dan ingin segera meninggalkan kamar hotel tersebut, tapi dia urungkan, saat melihat sang putri masuk ke dalam kamar bersama dengan papi dan juga maminya.
"Mami, Papi," ucap Hazel bingung, padahal kedua orang tuanya sudah lama tinggal di luar negeri.
"Ya Tuhan Zel, apa yang kamu lakukan di kamar hotel ini dengan seorang pria?" tanya sang mami, yang kini berjalan mendekatinya.
"Mami, kenapa Mami berada disini?" tanya Hazel balik.
"Mami sedang bertanya padamu, jawab pertanyaan mami, Zel!"
"Aku tidak melakukan apa pun Mi,"
"Bohong Oma, semalam aku menghubungi mama, tapi ponselnya tidak di angkat," sahut Ev, dengan kedua bola matanya mengedarkan keseluruh kamar hotel tersebut untuk mencari sesuatu, yang bisa meyakinkan sang oma, jika sang mama telah menghabiskan malam dengan pria.
"Ev, apa yang kamu katakan. Kamu sendiri yang menyuruh mama untuk menginap di kamar ini," ujar Hazel.
"Iya, tapi saat aku kembali. Pintu kamar ini tidak bisa di buka," sambungnya, dan Ev kini melangkahkan kakinya, mendekati benda yang bisa membuat sang Oma percaya jika sang mama sudah menghabiskan malam dengan pria. "Ma, ini apa?" tanya Ev, sambil mangangkat celana segitiga milik sang mama, yang lupa Hazel kenakan. "Apa yang Mama lakukan dengen pria itu?" Ev kini menunjuk pada Zain.
"Hazel, apa yang sudah kamu lakukan! Katakan!" seru sang mami.
Bersambung............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Puji Rahayu
papi santos bertindak....😄😄😄
2023-07-20
0
Suyudana Arta
bocil lucknut😂🤣😂🤣
2023-07-18
0
Rohmi Rohmizaki
🤣🤣🤣 ko bisa Sampek lupa pjek celana segitiga,,sangking terkejutnya,ap sangking lelahnya zell
2023-06-19
0