"Iya Zain, mending nikah lagi lah, turutin kemauan Zi, mau sampai kapan kamu senam jari, yang rasanya tidak enak sama sekali," sambung seorang pria yang baru masuk ke dalam kabar Zain, dan pria tersebut kini mendekati Jane, dan memeluk pinggangnya.
"Tuh dengar apa kata suamiku, Zain. Banyak wanita yang mengejar kamu, dari Cindy, Angel, Putri, Lexa dan masih banyak yang lainnya, tinggal kamu pilih salah satu dari mereka yang cocok denganmu," ujar Jane menyebut satu persatu wanita yang jelas-jelas mengejar cinta Zain.
"Bener, agar burung kamu bisa merasakan lagi rasa hangat dengan pijatan-pijatan yang bikin kamu merem melek, lalu membawamu terbang melayang, dengan rasa nikmat yang tidak bisa di utarakan dengan kata-kata, tapi bisa kamu nikmati," sambung Jona suami dari Jane, agar Zain mengingat lagi bagaimana rasanya nikmat dunia. "Aku saja ingin selalu merasakan setiap hari, Zain. Masa kamu tidak, dan cukup senam jari,"
Namun, Zain tidak lagi menanggapi ucapan kedua sahabatnya, yang berdiri tidak jauh darinya.
"Iya Zain, lagian kalau ada lawan kan, enak. Ada yang ngeraba raba seperti ini, untuk meningkatkan kenikmatan luar biasa," kini Jane mempraktekan, apa yang baru saja dia katakan, dengan meraba dada sang suami yang masih memeluk pinggangnya, lalu mengecup bibirnya sekilas, dan salah satu tangannya kini sudah mengelus junior sang suami dari balik celana yang di kenakannya.
Zain menautkan keningnya, melihat kedua sahabatnya, dan selalu itu yang keduanya lakukan, ketika dia menolak untuk menikah lagi, tapi bukannya terpancing, Zain merasa biasa saja dengan tingkah laku keduanya.
"Keluar dari kamarku!" perintah Zain.
"Ye, pengin ya? Ngaku saja Zain?" ledek Jane.
"Pasti sayang, jika dia normal pasti pengin lah, apa mungkin Zain tidak normal lagi?" sambung Jona.
"Bisa jadi, sayang,"
"Lemes dong,"
"Pasti,"
"Sialan kalian, aku normal!" sahut Zain.
"Aku akan percaya jika kamu menikah,"
"Betul itu," sambung Jona membenarkan ucapan sang istri.
"Selalu itu yang kalian bahas, tidak ada kata lain apa?!" kesal Zain yang kini mendekati kedua sahabatnya tersebut, lalu mendorong keduanya untuk keluar dari dalam kamarnya. "Keluar kalian!"
"Cie pengin,"
"Diam Jane!"
"Eh nanti dulu Zain, ada yang ingin kita sampaikan,"
Zain menjauhkan tangannya saat masih mendorong kedua sahabatnya, ketika mendengar perkataan Jane.
"Apa lagi?"
"Aku ingin menitipkan putraku ya?"
"Memang kamu mau ke mana?"
"Bulan madu lah ke luar negeri,"
"Jangan bercanda Jane, sudah tua gaya gayaan pakai bulan madu,"
"Memangnya tidak boleh sudah tua bulan madu?"
"Boleh sih,"
"Ya sudah,"
"Katakan, sebenarnya untuk apa kalian ke luar negeri?"
"Melihat bisnis suamiku yang disana,"
"Oh begitu, ya sudah sana pergi, tenang, aku akan menjaga putra kalian,"
"Terima kasih, loyo,"
"Jane, aku normal!"
"Aku tidak dengar," sahut Jane yang langsung meraih tangan sang suami untuk meninggalkan sahabatnya tersebut.
*
*
*
Keesokan harinya, seperti biasa, saat mendapat surat dari pihak sekolah, Zain selalu datang ke sekolah sang putri, dan tidak pernah mewakilkan apa pun yang berhubungan dengan sang putri, meskipun dia l cukup terkenal di dunia hiburan.
Dan seperti biasa, sebelum memasuki ruang tamu sekolah, untuk menemui guru yang memanggilnya, suara riuh sambil memanggil namanya dari beberapa siswi yang melihat kedatangannya, mengiringi langkah kaki Zain, dan tak segan-segan memberi tanda tangan bagi siswi yang mengidolakannya.
"Sok tampan!" cibir Hazel dalam hati, melihat Zain masuk ke dalam ruang tamu. Ketika dia sudah lama menunggu kedatangannya.
Dan Hazel sudah sangat hafal, sang putri pasti bertengkar dengan putri dari pria yang kini tersenyum kearahnya, sebelum mengikuti guru yang ada di ruangan tersebut untuk duduk tidak jauh dari Hazel.
"Selamat pagi," sapa Zain pada Hazel, yang sudah beberapa kali bertemu di tempat yang sama, dimana keduanya sekarang berada.
Namun, Hazel hanya melirik kearah Zain dengan tatapan tidak suka.
"Ini pasti ulah putrimu lagi, aku sudah mengatakan padamu, didik putrimu yang benar!" belum apa-apa, seperti biasa, Hazel sudah kesal terlebih dahulu. Tidak peduli jika di ruangan tersebut ada seorang guru.
"Harusnya aku yang mengatakan itu padamu, didik putrimu dengan benar," sambung Zain, dan hanya sekilas menoleh pada Hazel.
Seperti biasa dia tidak ingin berlama-lama melihat Hazel, yang selalu menggunakan pakian kerja minim, hingga kedua belahan dadanya terlihat jelas, dan rok yang dikenakannya tidak menutupi kedua pahanya, hingga terekspos sempurna.
"Jadi kamu menyalahkan putriku lagi untuk kejadian ini? Sungguh tidak bisa di percaya, jelas-jelas putrimu yang salah!"
"Putrimu!"
"Putrimu!"
"Putrimu!"
"Saya mohon jangan seperti ini Pak, Bu," Mr. Joni yang duduk tidak jauh dari keduanya, coba melerai. "Malu, jika ada yang melihat Bapak dan juga Ibu berkelahi,"
Hazel dan juga Zain pun tidak meneruskan perdebatannya, dan kini menatap pada Mr. Joni.
"Pak, dia seorang duda pasti dia tidak bisa mendidik putrinya dengan benar," ucap Hazel, yang tahu jika Zain adalah seorang duda.
"Pak, sebenarnya janda ini yang tidak becus mengurus putrinya," sambung Zain.
"Maaf Pak, Bu. Boleh tidak jangan membahas tentang status disini?"
"Tidak!"
"Tidak!" jawab Zain dan juga Hazel bergantian.
"Kompak ya, bagaimana jika status Bapak dan juga Ibu di ganti, menjadi suami istri,"
"Apa!"
Bersambung............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Erina Munir
😆😆😆😆 bner banget tuh pk joni...biar pda brantemnya d ranjang...😄😄
2025-01-14
0
nuraeinieni
ha ha ha ,,,ya ampun ini novel bikin ngakak ulah janda dan duda
2023-08-16
0
who am I
thor, udah kehabisan ide, suami jane nama jona mirip bona (gajah di bobo), ketahuan nih umur pengarangnya ✌😁
2023-04-19
1