Hari ini adalah hari yang benar-benar menyebalkan untuk Zain. Karena bertemu dengan Hazel lagi, untuk yang kesekian kalinya, tapi pertemuan kali ini membuat Zain benar-benar tidak menyukainya.
"Sekali lagi bertemu dengannya, kubuat dia tidak bisa bicara lagi," kesal Zain yang baru masuk ke dalam kamarnya.
"Tapi mendesaah ya Bos," sahut Ziu yang berjalan mengikuti Zain.
Tentu saja membuat Zain langsung menolah padanya.
"Cih!"
"Jangan seperti itu Bos, nanti kalian berjodoh menyesal loh sudah mengatakan seperti itu,"
"Diam bisa kan?!"
"Tidal Bos,"
"Ziu!" teriak Zain kesal pada asisten pribadinya yang sudah menemani selama dia berkarir di dunia hiburan.
"Bos, jangan galak-galak kenapa, dengan wanita," nasihat Ziu, mengingat lagi Bosnya tersebut, beberapa dengan pria lainnya, yang selalu menghargai seorang wanita, yang ada Zain selalu cuek, dan seolah tidak peduli dengan wanita.
"Jangan mengajari aku, paham!"
"Bos, apa tidak ada niat Bos menikah lagi?"
Bukannya menjawab pertanyaan dari sang asisten, Zain malah menatapnya dengan tatapan tajam.
"Jangan menatap aku Bos, kasihan tuh burung, tidak pernah merasakan namanya pijatan nikmat,"
"Keluar dari kamarku!" usir Zain kesal, pada sang asisten yang akhir-akhir ini sering mengatakan tentang pernikanan.
"Bos, ini demi kebaikan si otong Bos loh,"
"Ziu!"
"Iya Bos,"
"Keluar!"
"Tidak mau, Cindy belum datang ke sini,"
"Jangam macam-macam kamu! Siapa yang menyuruh Cindy datang, hah?!"
"Aku Bos, demi kebaikan otong Bos, mau sembuh kan?"
Zain benar-benar tidak habis pikir dengan asistennya tersebut, dan kini mendorong tubuh Ziu untuk keluar dari dalam kamarnya.
"Jika Cindy sampai menginjak rumahku, besok kamu tidak usah bekerja denganku lagi, paham!"
"Ish, Bos. Aku hanya bercanda tahu,"
"Bercandamu tidak lucu!"
"Ya maaf, aku hanya ingin Bos bisa masuk ke lubang,"
"Lubang apa? Kenapa Om Ziu menyuruh papa masuk ke lubang?" tanya Zi yang baru menghampiri keduanya.
"Lubang kenikmatan Zi," sambung Ziu.
"Lubangnya seperti apa Om?"
"Seperti..."
Plak!
Ziu tidak jadi meneruskan ucapannya, karena kepalanya keburu di pukul okeh Zain.
"Ih Papa, tidak boleh kasar begitu tahu," ujar Zi.
"Papa tidak kasar, hanya saja di kepala Ziu ada nyamuk," bohong Zain sambil melotot kearah Ziu.
"Oh begitu," sambung Zi, dan kembali menoleh pada Ziu. "Om, tadi belum menjawab pernyataan aku, lubang kenikmatan itu seperti..."
Zi tidak jadi meneruskan ucapannya, karena satu tangannya di tarik oleh sang papa untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Pa, apa apaan sih, aku sedang bertanya pada Om,"
"Papa akan menjawab,"
"Ya sudah cepat, Papa jawab, pernyataan yang tadi aku tanyakan pada Om Ziu,"
"Besok, sekarang ada yang ingin papa bicarakan denganmu,"
"Ish, Papa tidak asik, kenapa harus menunggu besok sih,"
"Karena pertanyaan kamu itu sangat menjijikkan,"
"Oh ya?
"Iya,"
"Ya sudah lupakan saja, pernyataan aku tadi," sambung Zi, dan seperti biasa, dia akan percaya pada ucapan sang papa. "Pa, sekarang Papa katakan apa yang ingin Papa bicarakan padaku, karena aku juga ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting pada Papa,"
"Penting?"
"Iya,"
"Tentang apa?"
"Aku tidak mau menjawab, sebelum papa mengatakan apa yang ingin Papa bicarakan,"
"Kamu pindah sekolah saja ya," pinta Zain yang sudah berpikir matang dengan niatnya memindahkan sang putri ke sekolah lain, agar tidak memiliki masalah lagi dengan putri dari wanita yang sangat Zain benci untuk saat ini.
"Tidak mau," tolak Zi.
"Ini demi kebaikan kamu,"
"Tidak mau, ya tidak mau, Pa. Titik!"
"Tapi..."
Zain tidak jadi meneruskan ucapannya saat jari telunjuk sang putri dia tempelkan di atas bibirnya.
"Pokoknya aku tidak ingin pindah, oke. Yang sekolah aku, terserah aku mau sekolah dimana,"
"Tapi..." Zain tidak jadi meneruskan ucapannya lagi, ketika sang putri menyodorkan sebuah amplop padanya. "Apa ini?"
"Dari sekolah,"
"Kamu bertengkar lagi?" tanya Zain penuh selidik.
"Tentu saja tidak,"
"Terus, ini amplop apa?"
"Undangan makan malam untuk wali murid dari pihak sekolah, dan mewajibkan salah satu wali murid datang, Papa bisa datang kan?" tanya Zi sambil mengukir senyum.
"Tentu, apa yang tidak untuk putri papa yang cantik ini," seperti biasa Zain selalu siaga, untuk putrinya tersebut.
"Terima kasih Papa," Zi pun langsung memeluk sang papa sambil mengukir senyum, karena undangan yang baru saja dia berikan pada sang papa, adalah sebuah rencana yang sudah dia susun bersama dengan Ev, untuk menyatukan sang papa dengan mama Ev.
*
*
*
"Sayang masukin lebih dalam, itu rasanya lebih nikmat, oh no emmm,"
"Begini?" tanya pria sambil menghentakan pinggangnya agar benda pusaka miliknya tertancap sempurna di tempatnya.
"Sial!"
Bersambung...............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Gebhy
asistennya culun banget
2023-04-02
0
Kinan Rosa
wah siapa itu yang lagi ena ena
2023-03-18
0
Biduri Aura
ceritanya kok permesuman 😂😂😂😂
2023-03-12
0