" Ini apa, Mas ? " tanya Aluna sambil melemparkan foto seorang wanita yang tak lain adalah Karina.
Mata Aluna kini sudah berembun tetapi ia masih berusaha menahan air matanya agar tak menetes.
" Luna, itu... " Damar menghentikan ucapannya.
" Jadi, dia ini perempuan yang kamu cintai, Mas !" tebak Aluna menertawakan keadaannya sendiri.
" Luna, aku bisa jelasin... " sahut Damar meraih tubuh Aluna namun Aluna menghindarinya.
" Lucu banget hidup aku. Ternyata aku menikah dengan mantan kekasih ibu tiriku sendiri... " ucap Aluna dengan tawa pilu.
" Luna " Damar bergerak cepat memeluk Aluna yang kini sudah luruh di lantai.
" Maaf... Maafin aku ! Aku gak pernah bermaksud menutupi hal ini dari kamu. Aku hanya terlalu bingung bagaimana menjelaskannya. Aku sendiri baru tahu jika Karina akan menikah dengan ayahmu di hari pernikahan kita " jelas Damar mendekap Aluna dengan erat.
Aluna terisak dalam pelukan Damar. Entah bagaimana menggambarkan hancurnya perasaannya saat ini. Mengetahui ayah serta suaminya ternyata sama-sama mencintai satu wanita yang sama.
" Lepasin aku, Mas ! Sebaiknya kita hentikan ini sekarang juga sebelum semuanya berjalan terlalu jauh " lirih Aluna.
" Tidak Luna ! Bukankah sudah kukatakan jika aku ingin memulainya bersamamu. Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja " sahut Damar.
" Lalu kamu mau apa Mas ? Mencoba memulai hubungan baru sementara bayangan masa lalu kalian akan selalu menjadi duri dalam hubungan kita " timpal Aluna.
" Enggak, Mas ! Aku gak bisa " tambah Aluna lagi.
Damar menggeleng pelan, ia tidak ingin hubungan yang baru saja akan dibangunnya justru harus kandas secepat ini.
" Luna, semua perasaanku padanya sudah kubuang jauh. Sebagaimana fotonya yang sudah ku buang ke tempat sampah. Tidak ada lagi tempat baginya, dan tiada perasaan apapun yang tersisa untuknya. Perasaanku padanya sudah mati sejak dia meminta perpisahan dan memilih orang lain untuk ia jadikan pendamping. Dan aku, aku sudah memutuskan untuk memilih dirimu " tegas Damar sambil menangkup wajah Aluna yang mulai basah dengan air mata.
Aluna menurunkan tangan Damar yang menangkup wajahnya.
" Lalu apa yang harus aku lakukan ? Bisakah aku percaya padamu ? Apa yang bisa kamu lakukan supaya aku percaya semua ucapanmu bukan omong kosong ? " tanya Aluna bertubi.
Damar menghela nafasnya. Ia tahu tentunya tidak mudah bagi Aluna untuk mempercayai ucapannya terlebih setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
" Luna... Aku tahu pasti sulit untuk menerima semua ini. Aku tak bisa menjanjikan apapun supaya kamu percaya. Tapi aku akan melakukan apapun untuk membuktikan jika aku benar-benar ingin menghabiskan hidupku bersamamu. Beri aku kesempatan dan aku akan membiarkanmu merasakan jika apa yang aku katakan bukan cuma omong kosong dan harapan palsu " papar Damar menatap Aluna dengan penuh harap.
Aluna menutup matanya dan menghirup udara sebanyak-banyaknya guna menghilangkan rasa sesak yang menghimpit dadanya.
" Luna, aku mohon ! Tolong, aku sudah menemukan tempatku untuk bersandar. Aku menemukan kenyamanan saat bersamamu. Aku sudah pernah terluka dan kamulah yang membuatku bisa bertahan dan melaluinya. Dan sekarang yang aku mau hanya kamu, lebih dari apapun " ucap Damar lagi dengan penekanan di akhir kalimatnya.
" Aku hanyalah pelarian kamu, Mas. Kamu harus sadar kalau aku hanyalah pengganti wanita yang kamu cintai " sahut Aluna.
" Bukan Luna ! Aku tegaskan jika kamu bukan wanita pengganti, kamu bukan pelarianku. Kamulah masa depanku ! Tolong Luna, percaya sama aku... " Damar merengkuh kembali tubuh Aluna.
Aluna tergugu mendengar ucapan Damar. Entah ia harus bagaimana bersikap. Ia ingin percaya apa yang diucapkan oleh Damar tetapi ia juga takut semua hanyalah kepalsuan belaka dan akhirnya ia sendiri yang akan terluka.
" Luna... Tolong kasih aku kesempatan untuk membuktikan ucapanku itu benar adanya. Sumpah demi apapun, hanya kamu yang aku mau " Damar kembali bersuara menyatakan perasaannya.
" Baiklah... Aku kasih kamu kesempatan. Aku harap kamu tidak merusak kepercayaan yang aku berikan, Mas ! " ucap Aluna pada akhirnya memberikan Damar kesempatan.
Damar melonggarkan pelukannya lalu mengangkat dagu Aluna sehingga ia bisa leluasa menatap wajah cantik Aluna yang begitu sendu.
" Terima kasih, Aluna... Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah kamu berikan "
Akhirnya keduanya sepakat memulai hubungan mereka dari awal.
" Sekarang kamu pindahin barang-barang aku kembali ke kamar sebelah, Mas " pinta Aluna.
" Apa ? Tapi kenapa Luna ? Bukankah kita sepakat untuk memulai semua dari awal ? " tanya Damar heran dengan permintaan Aluna.
" Aku hanya ingin menenangkan diri juga memantapkan hati, Mas " jawab Aluna lirih.
Damar menghembus nafasnya.
" Baiklah, jika itu bisa membuatmu nyaman. Aku tidak akan memaksamu tidur disini. Tapi, biar barang-barangmu disimpan disini saja " titah Damar.
Aluna mengerutkan dahinya sembari menatap Damar. Seolah mengerti jika Aluna ingin penjelasan darinya, maka Damar pun akhirnya memberikan alasannya.
" Luna, memangnya kamu gak kasihan lihat aku bolak-balik angkutin barang-barang kamu ? Lagi pula, aku gak akan membiarkanmu terus tidur di kamar sebelah. Kita ini suami istri dan suami istri itu tidak seharusnya tidur terpisah " ungkap Damar.
Aluna melipat bibirnya sambil memutar bola matanya.
" Iya... Iya... Tuan Damar Alvino Narendra " sahut Aluna lalu bergegas keluar dari kamar Damar.
" Luna... " panggil Damar.
Aluna menoleh,
" Apa lagi ? " tanya Aluna jengah.
" Ini, barang-barangnya beresin dulu dong sayang ! " jawab Damar membuat Aluna menghentikan langkahnya dan kembali untuk merapikan barang-barangnya.
" Lagian tuh harusnya kamu gak bawain barang aku semua kesini " gerutu Aluna mengerucutkan bibirnya.
Damar tersenyum tipis saat melihat Aluna yang sudah kembali ke mode normalnya lagi.
" Dih, malah senyum lagi bukannya bantuin " sindir Aluna lagi.
" Iya, istriku sayang. Sini aku bantuin " timpal Damar sambil membantu merapikan barang-barang Aluna ke dalam lemari.
Mereka berdua sibuk membereskan barang-barang Aluna.
Aluna menutup mulutnya saat menguap, dan hal itu tak luput dari perhatian Damar.
" Udah, kalau ngantuk sana tidur ! Biar aku yang beresin sisanya " titah Damar.
" Ya udah, kalau gitu aku ke kamar dulu ya ! " ucap Aluna lalu beranjak meninggalkan kamar Damar.
Damar hanya bisa menatap punggung Aluna tanpa bisa menahannya. Ia menghembus kasar nafasnya. Kemudian segera membereskan barang yang tersisa.
Kini Damar sudah berbaring di atas tempat tidurnya. Ia bergerak ke kanan dan ke kiri, seolah merasa tidak nyaman. Ya Damar memang merasa tidak nyaman berbaring sendiri setelah beberapa hari terakhir ia selalu tidur di ranjang yang sama bersama dengan Aluna. Tak bisa dipungkiri, jika dia merasa kehilangan.
Akhirnya Damar keluar dari kamarnya menuju ke kamar yang ditempati oleh Aluna. Damar berdiri di depan pintu kamar menatap pintu yang tertutup rapat. Tangannya terulur memegang handle pintu lalu memutarnya dan klek pintu pun terbuka.
Damar membuka pintu perlahan dan melihat Aluna telah tertidur lelap. Damar melangkahkan kakinya menuju sisi ranjang, ia berjongkok lalu menatapi wajah Aluna yang tetap cantik meskipun terlihat lelah. Damar merapikan helaian rambut yang menutupi wajah Aluna lalu ia mengecup singkat bibir Aluna.
Ia tersenyum lalu bangkit dan bergerak menuju ke pintu. Namun baru saja ia sampai di muara pintu, Damar mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamarnya. Ia menutup pintu lalu kembali menuju ranjang yang ditempati oleh Aluna.
Damar kemudian naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Aluna. Ia mendekap tubuh Aluna yang berbaring memunggunginya kemudian segera memejamkan matanya dengan mudah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
ErNa Nur AnNisa
semangat damar....
buktikan semua ucapan kamu spy Luna percaya dn yakin klo udh move on 💪😁
2023-01-28
2
Fitri 88
up lagi Thor,,, semmgatyy
2023-01-28
1
Ellysa
lanjut lagi
2023-01-28
2