Aluna setengah berlari menuju lobi rumah sakit setelah ia menengok Indira dan bayinya yang baru saja lahir kemarin. Ia sudah memesan taksi on line yang akan mengantarnya ke stasiun kereta api.
Aluna pergi dari rumah dan akan pergi ke Surabaya, ke rumah sang nenek. Dan setelahnya, ia akan healing ke Bali untuk merefresh pikiran dan perasaannya.
Aluna berjalan tergesa karena mendapat notifikasi jika supir taksi online sudah berada di depan lobi. Ia tak memperhatikan langkahnya sehingga menabrak seorang pria dan membuat bingkisan yang dibaws pria tersebut terjatuh.
" Hey... Kalau jalan lihat-lihat dong ! " gerutunya karena membuat kado yang dibawanya terjatuh.
Merasa bersalah, Aluna mengambilkan kado yang terjatuh itu dan mengembalikannya kepada sang pemilik.
" Maaf, saya lagi buru-buru ! " ucap Aluna.
" Cih, buru-buru ? Alesan aja ! " sahutnya kesal sambil mengambil kadonya yang diberikan oleh Aluna.
" Heh, udah bagus gue minta maaf, terus ambilin barang Lo. Dasar cowok rese ! " sewot Aluna sambil memandangi pria yang memakai kaca mata hitam itu.
" Makanya, kalau jalan tuh kaca matanya dibuka supaya kelihatan ! " oceh Aluna sambil memutar bola matanya lalu berjalan menjauh dari pria itu dan segera menuju taksi online pesanannya.
Pria itu kini membuka kaca mata hitamnya lalu memasukkannya ke dalam saku kemejanya.
" Dasar cewek aneh !! " gumamnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aluna segera masuk ke dalam taksi online, menuju stasiun kereta api.
Sekitar 8 jam waktu yang diperlukan oleh Aluna agar sampai di kota Surabaya. Kota kelahiran sang ibu, dimana masih tinggal sang nenek satu-satunya keluarga dari sang ibu yang masih ada.
Aluna kini telah berdiri di depan sebuah rumah tempat tinggal sang ibu dulu. Matanya berkeliling, melihat halaman rumah yang masih terjaga dengan asri. Bahkan ayunan tempat ia sering bermain dengan sang ibu dulu, masih tetap berdiri di tempatnya.
Air mata Aluna meleleh, betapa ia merindukan dekapan erat sang ibu yang begitu nyaman dan selalu memberikan ketenangan bagi dirinya.
Pintu rumah terbuka, memperlihatkan wajah seorang wanita lanjut usia yang begitu kesepian. Matanya seketika terbuka lebar saat melihat keberadaan Aluna disana.
" Aluna... " ucapnya seolah tak percaya dengan indra penglihatannya sendiri.
" Ya, Alloh... Ini kamu kan Luna ? " tanyanya sambil memeluk Aluna. Air mata merembes dari kedua pelupuk mata wanita lansia itu.
" Iya, eyang... Ini Luna " jawab Aluna membalas pelukan sang nenek.
Sesaat keduanya larut dalam isak tangis haru, karena keduanya sudah lama tak bersua. Eyang Widi membawa Aluna masuk ke dalam rumah. Rumah besar itu terasa sepi karena hanya dihuni oleh Eyang Widi ditemani oleh 3 orang asisten rumah tangga dan 1 orang tukang kebun merangkap supir pribadi.
" Kenapa ndak bilang kalau mau kesini hem ? Kan Eyang bisa suruh Pak Ahmad jemput ke stasiun " ucap Eyang Widi.
" Ini mendadak kok Eyang. Sebelum ke Bali, Luna mampir dulu ke rumah Eyang. Luna kangeeen banget sama Eyang " sahut Aluna sambil memeluk dan bergelayut manja pada lengan sang nenek.
" Kangen tapi jarang datang kesini ! " oceh Eyang Widi.
Aluna hanya nyengir mendengar ucapan sang nenek.
" Yo wes... Luna sekarang istirahat dulu di kamar. Pasti cape toh, di perjalanan. Nanti Eyang buatin makanan kesukaan Luna " seru Eyang Widi.
" Emangnya Eyang inget makanan kesukaan Luna ? " selidik Aluna.
" Lah inget, wong makanan kesukaan kamu itu sama dengan makanan kesukaan almarhumah ibumu kok. Rawon, sate klopo sama wedang kan ? " timpal Eyang Widi.
" Siip. Memang Eyang paling tahu yang Luna suka. Luna ke kamar dulu ya Eyang " pamit Aluna mencium pipi sang nenek kemudian menuju ke kamar yang selalu ditempatinya tiap kali datang berkunjung.
Aluna merebahkan dirinya di atas kasur, setelah sebelumnya membersihkan diri dan berganti pakaian. Pandangan matanya menatap kosong ke atas langit-langit kamar. Ia tak pernah mengira hidupnya akan berjalan seperti ini. Ia harus menghadapi dua permasalahan yang begitu pelik. Perjodohannya juga pernikahan sang ayah yang tak pernah terpikir sama sekali olehnya.
Pintu kamar Aluna terbuka dan sang nenek sudah berada di hadapannya saat Aluna menyadari kehadiran wanita lanjut usia tersebut.
" Lho Eyang ? "
" Kamu mikirin apa toh ? " tanya sang nenek sambil duduk di tepi ranjang menatapi Aluna.
Aluna menggeleng, berusaha menyembunyikan masalah yang mengganggu pikirannya.
" Luna gak apa-apa, Eyang " jawab Aluna sambil bangun dari rebahannya dan memeluk raga sang nenek.
Eyang Widi memeluk dan mengusap-usap punggung Aluna.
" Kalau ada masalah jangan dipendam sendiri ! Apapun yang kamu hadapi sekarang, Eyang tahu semua demi kebaikanmu " ucap Eyang Widi seolah mengetahui masalah yang menimpa Aluna.
" Papa kasih tahu, Eyang ? " tebak Aluna sambil menatap wajah sang nenek yang telah dihiasi kerutan namun masih terlihat begitu ayu.
" Papamu baru saja telpon Eyang. Dia sudah cerita semuanya... Eyang tahu, seharusnya masalah jodoh itu jadi urusanmu sendiri. Tapi kita berpikir positif saja. Papamu itu sangat menyayangi kamu. Dia pasti berusaha memberikan yang terbaik untukmu... Bukankah selama ini Papamu selalu seperti itu ? " ucap Eyang Widi.
Aluna menghela nafasnya lalu melepaskan diri dari pelukan sang nenek.
" Tapi bukan berarti menjodohkan Luna itu jalan terbaik untuk Aluna. Papa hanya mencari jalan saja agar Luna meninggalkan rumah dan Papa bisa menikah kembali " kilah Aluna.
" Luna... Coba Luna pikir, selama ini Papa sudah memberikan apapun, melakukan apapun untuk Luna. Menjadi ayah juga menjadi ibu untuk Aluna. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan Papa untuk Aluna. Semuanya untuk Aluna... Sekarang, sudah saatnya Papa meraih kebahagiaannya sendiri. Meskipun begitu, tapi Papa tidak pernah lupa dengan Aluna. Papa sudah menyiapkan jodoh terbaik untuk Aluna... Eyang percaya, semua itu dilakukan Papa untuk kebahagiaan Aluna. Luna juga harus percaya pada Papa. Luna mau Papa bahagia kan ? " tanya sang nenek setelah penjelasan panjang lebar.
" Memangnya Papa gak bahagia selama ini ya Eyang ? Apa karena urusin Luna, Papa gak bahagia ?" Aluna balik bertanya dengan lirih
" Ngomong apa sih kamu ini... Denger Luna... Tidak ada yang bisa memberikan kebahagiaan selama ini selain Luna. Setelah mamamu meninggal, satu-satunya kebahagiaan Papa yang tersisa adalah Aluna. Luna... Kamu akan mendapatkan jalan hidupmu sendiri. Menikah, punya anak, punya keluarga sendiri. Sementara Papamu pasti kesepian karena tidak ada lagi yang menemaninya... "
" Seperti Eyang ? Eyang pasti kesepian juga kan ? Mama sudah tidak ada, Luna juga jauh dari Eyang. Maafin Luna ya, Eyang... Luna akan membuat Eyang bahagia. Apapun maunya Eyang, selama Luna bisa, Luna akan penuhi " sela Aluna lalu kembali memeluk tubuh sang nenek.
Eyang Widi membelai rambut Aluna,
" Ada satu keinginan Eyang, Luna... " ucap Eyang Widi. Aluna mendongakkan kepala menatap sang nenek.
" Apa itu, Eyang ? "
" Sebelum Eyang meninggalkan dunia ini... Eyang ingin melihat kamu menikah dan bahagia bersama pasanganmu "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Jumadin Adin
kok bisa papa nya luna dgn karina, spt laki² suka jajan, baru bertemu padahal
2023-05-26
1
StAr 1086
tapi kenapa papanya luna harus sama karina... apa gak ada wanita lain apa....
2023-03-03
1
Elviraaprillia Vira
pasti aluna entar ketemu damar di bali dan damar memergoki perselingkuhan anita dengan papanya aluna 🤨
2023-01-14
1