DA part 8

Damar tertawa sinis mendengar penolakan Karina.

" Jadi semua ini karena harta ? Karin... Aku bisa memberikan apapun yang kamu mau ! "

" Apa kamu bilang ? Kamu bisa memberikanku harta ? Oh ya berapa lama kamu bisa mengumpulkannya ? Selama ini aku cukup sabar menghadapi kamu. Kamu lebih memilih membangun karirmu dibanding membahagiakanku... "

" Karin, kalau harta yang kamu permasalahkan, aku bisa memberikannya... "

" Cukup ! Apa yang bisa kamu berikan ? Cinta ? Hidup gak bisa pakai cinta, Damar ! " pekik Karina.

" Karin dengar dulu penjelasanku. Aku ini sebenarnya... "

" Pergi ! Aku gak mau lihat kamu lagi. Jangan pernah ganggu aku... ! Lupain aku karena aku gak pernah cinta sama kamu " tegas Karina membuat Damar seketika terdiam.

Kalau tahu semuanya karena harta, seharusnya ia berterus terang sejak lama pada Karina tentang siapa dirinya sebenarnya.

" Karin... "

" Calon suamiku akan datang dan aku tidak ingin melihatnya salah paham karena dirimu. Jadi pergilah ! " usir Karina sambil membuka pintu.

Damar menghela nafasnya, rasanya sakit mengetahui kenyataan jika selama ini dia hanya cinta sendiri. Damar melangkahkan kakinya dengan langkah gontai.

" Karin... Aku harap kau tidak menyesal. Karena jika kamu tahu yang sebenarnya, kamu akan memohon untuk kembali kepadaku " ucap Damar sebelum keluar dari apartemen Karina.

" Akan kupastikan jika aku tidak akan pernah menyesal ! " tegas Karina lalu segera membanting pintu.

Damar hanya bisa menatap pintu apartemen yang sudah tertutup rapat. Entah apa yang berkecamuk di dalam dadanya dan mengganggu pikirannya.

" Ternyata selama ini, aku salah menilaimu... " ucap Damar lalu segera menjauh dari tempat itu.

Sementara Karina kini membuang undangan yang diberikan oleh Damar tanpa membacanya dulu. Seandainya ia membacanya, maka ia pasti akan menyesali apa yang telah ia ucapkan kepada Damar.

Hari pernikahan Damar dan Aluna pun tiba. Aluna terlihat sangat cantik meskipun dengan make up flawless. Kendati acara pernikahan mereka dilaksanakan tidak secara besar-besaran, namun tetap berkesan elegan.

Akad nikah pun berjalan dengan lancar. Seluruh undangan mengikuti acara dengan khidmat. Damar dengan lantang mengucapkan ijab kabul di depan penghulu dan Pak Halim. Aluna dibawa keluar setelah para saksi menyatakan bahwa pernikahan mereka sudah sah.

Damar sempat terpukau melihat Aluna yang terlihat sangat cantik dan berbeda. Dadanya kini berdebar dengan kencangnya.

Astaga... Kenapa cewek bar bar ini bisa berubah begini sih ?

Damar menatapi Aluna yang kini duduk di sampingnya. Aluna melirik Damar yang terlihat menatapinya, ia lalu menginjak kaki Damar membuat Damar mengaduh.

" Aww, kamu... " Damar memelototi Aluna yang malah menahan tawanya.

" Alvin sayang... Kamu kenapa ? " tanya sang ibu melihat wajah Damar yang memerah.

" A... Anu Ma, tadi keinjek kaki gajah " jawab Damar asal.

" Kamu ini ada-ada saja... Mana ada gajah disini " tukas sang ibu sambil menggelengkan kepalanya.

Tante Niken memeluk Aluna dengan penuh ķasih sayang.

" Mulai hari ini, kamu adalah putri kami. Jika anak nakal ini bersikap tidak baik padamu, katakan saja biar nanti Mama yang menghajarnya " ucap

Tante Niken dengan sedikit lirikan pada Damar.

" Mama jangan khawatir, Luna bisa menghajarnya sendiri " ucap Aluna sembari mengacungkan tangannya yang mengepal.

Tante Niken terkekeh melihat sikap Aluna, sementara Damar merotasi bola matanya sebal dengan tingkah ibu dan istrinya itu. Baru saja sah menjadi mertua dan menantu tapi sudah kompak berduet menyudutkannya.

Acara pernikahan Damar dan Aluna sengaja dibuat tanpa pelaminan, mengingat tidak banyak yang mereka undang dan hanya orang-orang terdekat saja. Selain itu juga untuk membuat suasana menjadi lebih intim dan akrab.

Galang dan Indira menghampiri Damar dan Aluna yang sedang duduk diantara para tamu. Mereka memberikan ucapan selamat kepada pasangan yang baru saja menikah itu.

" Selamat ya, Damar Luna. Semoga kalian jadi pasangan yang bahagia " ucap Indira dengan tulus lalu memeluk Aluna.

" Makasih ya, Mba " jawab Aluna singkat.

Sementara Galang juga memeluk Damar.

" Percaya sama gue, kalau Luna jauh lebih baik dari Karina. Jadi mulai sekarang lupain Karina... " bisik Galang.

Damar mengangguk perlahan meskipun jauh di lubuk hatinya ia tak mungkin bisa melupakan Karina begitu saja.

Adinda dan Zaid pun memberikan ucapan selamat kepada kedua pengantin baru itu. Aluna memeluk Adinda dengan erat. Ia merasakan kelembutan seorang ibu saat berada di dekat Adinda meskipun mereka belum lama saling mengenal.

Mereka pun menikmati hidangan yang disediakan. Indira makan ditemani oleh Aluna. Sementara Damar memilih untuk menemani Galang sambil mengasuh baby Dirga.

Indira memandang ke arah Damar yang sedang asyik berbincang dengan sang suami. Sesekali Damar menggendong baby Dirga yang tertawa lucu saat Damar bermain bersamanya.

" Kamu harus cepet punya baby, biar Dirga ada temen main ! " seru Indira.

Aluna menggeleng pelan dan tersenyum miris.

" Mba... Waktu dulu Mba nikah sama Mas Galang rasanya gimana ? " tanya Aluna.

" Kaget, gak percaya kalau ternyata laki-laki yang menikahiku itu adalah orang yang gak pernah diharapkan sama sekali " jawab Indira mengulum senyum membayangkan saat pernikahannya dulu.

" Terus gimana ? Kenapa Mba Dira bisa cinta sama Mas Galang ? " tanya Aluna lagi.

" Luna... Cinta itu datang karena terbiasa. Dan Galang selalu berusaha membiasakan aku untuk menerima cintanya walau terkadang maksa dan absurd, tapi itu yang membuatku justru jatuh cinta " jawab Indira mengguratkan senyum di wajahnya.

" Aku percaya, Tuhan sudah menentukan jodoh kita dengan jalan yang tak kita duga. Dan itu juga berlaku untukmu, Luna... " tambah Indira mengusap punggung Aluna.

Aluna menatap ke arah Damar yang sedang bermain dengan baby Dirga.

Apa kita bisa bahagia dengan semua kepalsuan ini ?

" Luna " panggi Indira namun Aluna tak mendengarnya sama sekali.

Hingga akhirnya Indira menepuk bahu Aluna.

" Kamu kenapa Luna ? " tanya Indira yang heran karena melihat Aluna melamun.

" Eh, gak apa-apa kok Mba " jawab Aluna sambil memperlihatkan deretan giginya.

Mata Indira menyapu sekitar, dan tertuju kepada seorang pria yang nampak tak asing.

" Mba Dira, kenapa ? " tanya Aluna.

" Itu siapa Luna ? " Indira menunjuk seorang pria yang sedang berbincang dengan beberapa tamu undangan.

Aluna mengalihkan pandangan mengikuti arah pandangan Indira.

" Oh, itu Papanya Luna. Ada apa sih Mba ? " tanya Aluna heran.

" Enggak, kayaknya pernah lihat " jawab Indira ragu.

" Ya, pernah lihatlah Mba. Waktu kejadian Mba Dira mau ngelahirin itu lho " cerita Aluna.

" Oh, iya ya... " jawab Indira manggut-manggut.

Tapi, kayaknya aku pernah lihat dimana ya ?

Batin Indira mencoba mengingat-ingat, hingga kemudian ia ingat jika ayahnya Aluna lah laki-laki yang waktu itu dilihatnya bersama dengan Karina di restoran.

Belum hilang keterkejutan Indira, kini pandangannya tertuju kepada seorang wanita yang datang memakai gaun berwarna senada dengan warna gaun pengantin milik Aluna. Ia nampak begitu anggun dan kemudian disambut dengan pelukan hangat oleh ayahnya Aluna.

Aluna mencebik melihatnya,

" Papa ngapain sih ngundang perempuan itu segala " kesal Aluna.

" Dia siapa Aluna ? " selidik Indira.

" Dia calon istri Papa. Dan mereka akan segera menikah bulan depan. Tega banget sih Papa bawa perempuan itu kesini. Udah mau show up aja " gerutu Aluna tak terima.

Terpopuler

Comments

Endang tiek

Endang tiek

lho .. lho ... koq Indira binun .. kan yg nikahin Aluna papanya .. koq bertanya siapa ... apa datangnya stlh ijab selesai ?

2023-05-23

1

Tasmiyati Yati

Tasmiyati Yati

di tunggu kejutan nya buat Karina dan damar

2023-01-19

1

Kuntyo Wantari Dewi

Kuntyo Wantari Dewi

jeng jeng... drama dimulai

2023-01-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!