DA part 5

Aluna duduk di tepi pantai, memperhatikan ombak pasang dan surut sambil memainkan pasir. Sesekali ia membetulkan rambutnya yang berantakan tertiup angin malam. Aluna lantas bangkit dan berjalan menyusuri tepi pantai.

Dari kejauhan ia bisa melihat, seorang pria yang berjalan menuju ke tengah laut. Aluna melihat sekeliling namun tidaknada orang lain disana, hingga akhirnya Aluna memilih untuk berlari menuju ke tengah laut, untuk menolong pria tersebut. Aluna segera menarik paksa pria itu saat mendekati pria itu.

" Heh, kalau ada masalah tuh jangan ambil jalan salah " oceh Aluna sambil menarik tangan pria itu agar menepi.

" Lepasin ! Apaan sih lo, gak jelas banget " semburnya melepaskan tangannya yang ditarik oleh Aluna.

" Heh, harusnya lo tuh berterima kasih karena gue udah selamatin lo... Gue kasih tahu ya, kalau lo banyak masalah cari jalan keluar, bukan nyoba bunuh diri kayak gini " sahut Aluna sambil melihat pria yang menghempaskan tangannya.

" Heh, siapa yang mau bunuh diri ! Dasar kebanyakan ngehalu " sungutnya.

" Oh, jadi gak mau bunuh diri... Bilang dong ! " sahut Aluna kesal karena pakaiannya jadi basah.

" Bilang... Bilang... Emangnya kamu nanya ? " gerutu pria tersebut yang tak lain adalah Damar.

Aluna berdecak kesal namun kemudian segera menyadari kekeliruannya.

" Sorry... Lagian ngapain sih lo pake jalan ke tengah laut segala malam-malam begini ? Wajar kan kalau gue pikir lo mau bunuh diri " ucap Aluna kemudian duduk di tepi pantai.

Damar pun ikut duduk di samping Aluna.

" Gue masih punya iman kali, gak mungkin gue bunuh diri. Gue cuma mau buang kenangan buruk gue aja... " ucap Damar lalu memperlihatkan kotak cincin kepada Aluna.

" Kenapa harus dibuang ? " tanya Aluna kepo.

" Udah gak ada gunanya lagi " jawab Damar sambil menjatuhkan kotak itu di atas pasir.

Aluna memungut kotak itu, lalu membukanya.

" Woow... Ini pasti mahal. Sayang banget kalau dibuang " ucap Aluna saat melihat cincin yang ada di dalamnya.

Damar hanya melirik Aluna yang nampak kagum melihat isi dalam kotak cincin tersebut. Kalau saja Karina yang terkagum saat melihatnya tadi. Jangankan kagum melihatnya saja Karina tidak melakukannya.

Aluna menyimpan kembali cincin itu ke dalam kotak lalu menyerahkannya kepada Damar.

" Kenangan buruk emang seharusnya dibuang, gak diinget lagi. Tapi kalau barang, daripada dibuang mending kamu jual lagi terus kamu sedekahin. Lumayan kan uangnya buat bantu orang yang kesusahan " ucap Aluna kemudian mencari ponselnya yang tadi ia simpan saat akan menolong Damar.

" Nyari apaan ? " tanya Damar saat melihat Aluna sibuk mencari sesuatu.

" Ponsel... Tadi gue simpen di sekitar sini pas mau nolongin orang gagal bunuh diri " sindir Aluna melirik Damar.

Damar berdecih lalu membantu Aluna mencari ponselnya. Pasir pantai nampak bersinar, dan Damar segera mendekat. Ia melihat sebuah ponsel dengan layar menyala lalu mengambilnya.

" Ini ponsel lo ? " tanya Damar sambil memperlihatkan ponsel yang baru saja dia temukan.

Aluna segera mengambil ponselnya dari tangan Damar. Layar ponsel itu kembali menyala saat Aluna memegangnya namun ia tak berniat untuk menjawab panggilan yang masuk.

" Kenapa gak dijawab ? " tanya Damar.

" Males... " jawab Aluna asal.

Damar mengernyitkan dahinya, namun tak berani untuk bertanya lebih lanjut.

Layar ponsel Aluna kembali menyala namun Aluna tak jua berencana mengangkat panggilan tersebut. Hingga entah untuk keberapa kalinya ponsel itu kembali menyala dan kali ini Damar menyambar ponsel Aluna lalu mengangkatnya.

" Halo... " ucap Damar.

" Luna ? Kamu siapanya Aluna ? " tanya suara dari ponsel.

Aluna segera merebut ponsel dari tangan Damar lalu mendelik kesal pada Damar karena dengan lancang mengangkat panggilan telponnya.

" Aluna... "

" Iya, kenapa Pa ? " tanya Aluna ketus.

" Siapa laki-laki tadi ? "

" Temen Luna, emangnya kenapa ? "

" Kamu ke Bali berduaan dengan seorang pria ? "

" Memangnya kenapa ? Apa salah Luna liburan sama temen Luna ? Papa juga sering berduaan kan sama perempuan matre itu " ketus Aluna.

" Luna kamu itu sudah Papa jodohkan... "

" Berapa kali Luna bilang sama Papa, kalau Luna gak mau dojodohin. Luna bisa cari pasangan Luna sendiri. Papa gak perlu repot-repot cariin jodoh buat Luna " sahut Aluna kesal.

" Oke... Kalau begitu, Papa mau ketemu sama temen kamu itu... "

" Apa ? " Aluna membulatkan kedua matanya.

" Kalau kamu tidak mau Papa jodohkan, kenalkan Papa sama teman laki-laki kamu itu. Besok Papa berangkat ke Bali ! " jawab Pak Halim lalu menutup panggilan.

" Gila... ! Papa nih kelewatan banget sih " gerutu Aluna sambil menatap layar ponselnya.

" Kamu ada masalah ? " tanya Damar saat melihat raut muka Aluna.

" Iya, dan masalah gue nambahin gara-gara lo angkat ponsel gue tadi " oceh Aluna.

" Sorry... Sorry... Lo cerita sama gue, mungkin gue bisa bantuin lo. Oh iya, kenalin nama gue Damar. Nama lo Aluna kan ? " tanya Damar sambil mengulurkan tangannya.

" Tahu darimana nama gue Aluna ? " tanya Aluna sambil membalas uluran tangan Damar.

" Orang yang tadi nelpon sebutin nama kamu. Yang nelpon tadi papa kamu ? " selidik Damar.

Aluna mengangguk, ia kemudian menceritakan masalahnya terkait perjodohan yang dilakukan sang ayah yang membuatnya pergi dari rumah dan sekarang masalahnya bertambah karena sang ayah mengira jika Damar adalah kekasihnya dan justru ingin berkenalan dengan Damar.

Setelah Aluna selesai bercerita kini giliran Damar yang menceritakan masalahnya. Kekasihnya memutuskan berpisah dengannya saat ia melamarnya, sementara orang tuanya memintanya untuk segera menikah. Jika tidak, orang tuanya sudah menyiapkan calon istri untuknya.

Akhirnya, Damar memberikan ide agar mereka berpura-pura menjadi pasangan kekasih agar kedua orang tua mereka tidak menjodohkan mereka. Aluna pun bersedia menjalankan ide tersebut.

Keesokan harinya, Pak Halim tiba di Pulau Bali. Selain ingin bertemu dengan sang anak, ia pun ingin menemui Karina. Bahkan ia berencana membawa Karina untuk bertemu dengan Aluna dan kekasihnya, namun Karina menolak. Selain ia memiliki jadwal photoshoot, ia juga tidak ingin kejadian tempo hari terulang kembali apalagi di depan orang lain.

Damar pun sengaja meminta kepada kedua orang tuanya untuk pergi ke Bali karena ia akan mengenalkan kekasihnya kepada kedua orang tuanya.

Akhirnya, Damar dan Aluna melaksanakan rencananya dengan acara makan malam bersama. Damar sudah menunggu di restoran bersama ayah dan ibunya. Sementara Aluna, kini baru saja sampai di depan restoran bersama sang ayah.

Aluna berjalan ke dalam restoran sambil menggamit lengan sang ayah. Ia melihat Damar yang melambaikan tangannya lalu berjalan menuju meja yang sudah ditempati oleh Damar dan kedua orang tuanya.

Damar berdiri menyambut Aluna dan ayahnya. Sementara ayah dan ibu Damar terkejut saat melihat siapa yang berdiri di hadapan mereka.

" Lho, Pak Halim " ucap Pak Bima tak menyangka akan bertemu dengan Pak Halim di tempat itu.

" Lho, Pak Bima... " ucap Pak Halim yang sama terkejutnya dengan Pak Bima.

" Wah... Wah... Rupanya kita tidak perlu repot menjodohkan anak-anak kita, karena ternyata mereka sudah memiliki hubungan khusus tanpa kita ketahui. Jadi sekarang sebaiknya kita bahas rencana pernikahan mereka saja " ucap Pak Bima dengan semangat.

" Apa... ? " ucap Damar dan Aluna serempak.

Terpopuler

Comments

Yenny sustriani Dillak

Yenny sustriani Dillak

aseeeeeek

2023-04-22

2

StAr 1086

StAr 1086

eng ing eng.....

2023-03-03

1

Tasmiyati Yati

Tasmiyati Yati

baru kali ini baca novel pura pura pacaran malah yg di jodoh kan, gimana tu rasanya damar dan Aluna

2023-01-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!