Aluna mendorong tubuh Damar saat ia sadar apa yang telah mereka lakukan lalu segera menjauhkan dirinya dari Damar.
" Kamu gila, Mas ! " dengus Aluna sambil beranjak dari tempat tidur.
" Apanya yang gila, kita sudah sah sebagai suami istri dan tidak salah jika aku menggauli istriku sendiri " sahut Damar memandangi Aluna.
" Ini salah, karena kamu hanya menjadikanku sebagai pelampiasan kamu aja. Kamu marah mendengar mantan kekasihmu itu akan menikah dan melampiaskannya kepadaku. Kamu nyakitin aku, Mas ! " tukas Aluna kesal.
Damar terkejut mendengar ucapan Aluna. Tak pernah terbersit sedikit pun untuk menyakiti perasaan Aluna. Ia tak mengira jika Aluna justru berpikir seperti itu.
Damar mengacak rambutnya,
" Luna... Aku gak pernah berpikir untuk nyakitin kamu. Aku gak pernah berniat menjadikan kamu pelampiasan saja. Aku benar-benar menginginkan hubungan sehat dalam pernikahan kita. Aku mau memulai semuanya dari awal sama kamu ! " tegas Damar menatap Aluna.
" Cukup Mas... ! Tolong jangan ngasih harapan palsu " tukas Aluna mengalihkan pandangannya dari Damar.
" Luna... Aku serius sama kamu. Terserah kamu menilaiku seperti apa. Yang pasti aku akan mempertahankan pernikahan ini " sahut Damar menatap Aluna dengan lekat.
Aluna memejamkan matanya. Entah perasaan apa yang melanda hatinya saat ini. Ia ragu harus bersikap seperti apa. Merasa bahagia atau justru takut dengan sikap Damar. Parahnya lagi, Aluna tak menemukan kebohongan dari sorot mata Damar.
" Luna... " Kini Damar berada di depan Aluna serta menggenggam tangannya, hingga Aluna kembali membuka kedua matanya.
" Luna, jawab dengan jujur ! Tanyakan pada hati kecilmu, apakah kamu tak ingin berusaha mempertahankan pernikahan ini ? " tanya Damar.
Aluna menghela nafasnya, jauh di lubuk hatinya sebenarnya ia pun ingin mempertahankan pernikahannya.
" Kasih aku waktu, Mas ! Aku butuh waktu untuk memutuskan ini semua " jawab Aluna pada akhirnya memberikan angin segar kepada Damar.
" Berapa lama waktu yang kamu butuh ? Satu hari, satu minggu, dua minggu, satu bulan ? Yang pasti jatuh temponya tidak boleh lebih dari tiga bulan. Kamu ngerti ? " desak Damar.
" Astaga, Mas ! Kamu ini ngasih aku waktu buat mikir atau mau nagih utang sih " dumel Aluna mengerucutkan bibirnya.
Damar terkekeh karena Aluna yang terlihat kesal. Sedangkan Aluna mendelikkan matanya.
" Maaf sayang... " ucap Damar sambil menangkup pipi Aluna.
Deg...
Jantung Aluna hampir saja melompat saat mendengar Damar dengan mudahnya mengatakan kata sayang.
" Sa... Sayang ? " gumam Aluna terbata.
Seketika Damar menarik sudut bibirnya.
" Iya, Luna sayang ! Mulai sekarang aku akan panggil istriku ini sayang. Kamu gak keberatan kan ? " tanya Damar dengan senyuman termanis yang diperlihatkannya.
Aluna mengangguk pelan.
" Terima kasih istriku, sayang ! " ucap Damar lalu mengecup pipi Aluna.
Astaga, ini gak baik untuk kesehatan jantungku !
Aluna memegangi dadanya yang terasa berdebar begitu kencang. Sementara Damar mengulum senyum melihat sikap Aluna.
" Ya udah, kita tidur yuk ! Udah malem " ajak Damar membawa Aluna menuju tempat tidur.
Bagaikan kerbau dicocok hidungnya, Aluna menurut saja saat Damar membawanya hingga naik ke atas pembaringan mereka.
Tidak ada lagi guling yang menjadi penghalang mereka. Saat ini, Damar memeluk tubuh Aluna yang memunggunginya.
" Mas... " Aluna merasa risih saat merasakan tangan Damar melingkar di perutnya.
" Biar saja Luna, mulai sekarang kita harus membiasakan diri seperti ini " ucap Damar tanpa melepaskan tangannya dari tubuh Aluna.
Aluna pun hanya bisa menelan salivanya. Ucapan Damar memang benar. Mereka memang harus mulai membiasakan diri sebagai pasangan suami istri yang sebenarnya.
" Luna... " panggil Damar sambil memejamkan matanya.
" Hem... " sahut Aluna menyahuti Damar walau ia sudah sangat mengantuk saat ini.
" Kita batalkan surat perjanjian kita " ucap Damar.
" Ya " jawab Aluna singkat.
" Satu hal lagi, saat kita kembali ke apartemen. Kita tidur di kamar yang sama ! " seru Damar lagi.
" Ya " jawab Aluna lagi.
" Hah, apa ? " pekik Aluna.
Aluna membuka kedua matanya yang tadi sudah terpejam.
Kini ia menghadapkan wajahnya ke arah Damar yang tengah tersenyum menatapnya.
" Maksudnya gimana ? " tanya Aluna bingung.
Damar semakin melebarkan senyumnya membuatnya terlihat semakin tampan.
" Saat kembali ke apartemen, kamu harus tidur berdua sama aku. Kita harus membiasakan diri mulai sekarang, ok " ucap Damar sambil mengedipkan sebelah matanya.
" Tap... "
" Gak ada tapi-tapi, sayang. Sekarang cepet tidur, kamu gak mau bangun kesiangan kan besok " ucap Damar kemudian menutup matanya.
" Eh, tapi Mas... "
" Tidur sayang ! " seru Damar mengeratkan pelukannya di tubuh Aluna.
Aluna mendengus kesal namun tak bisa melakukan apapun. Rasanya Damar terlalu dominan padanya.
" Ish, kamu tuh suka seenaknya aja " gerundel Aluna pelan sambil menatap wajah tampan Damar.
" Gak usah dilihatin terus sayang ! Iya, iya aku emang setampan itu. Dan mulai sekarang kamu bebas lihatin wajah aku setiap malam " sahut Damar tanpa membuka matanya.
Mata Aluna membola, ia kemudian membalik badannya memunggungi Damar.
Astaga, kenapa dia bisa tahu sih ? Dasar !! Mau disimpen dimana muka cantik aku ini ...
Rutuk Aluna, dengan wajah merona malu. Sementara Damar menyunggingkan senyuman di wajahnya.
Aku sudah memilih kamu, Aluna. Satu-satunya wanita yang ada dalam hidupku. Dan aku akan memperjuangkan rasa ini !
Keesokan paginya, mereka telah bersiap untuk acara akad nikah sang ayah yang memang sengaja diselenggarakan di kediaman Papa Halim.
Beberapa mobil memasuki halaman rumah, dimana kemudian seorang wanita muda dengan kebaya bernuansa gold keluar dari mobil yang sudah dihiasi dengan karangan bunga.
Karina berjalan dengan anggunnya memasuki ruang tengah rumah yang telah dihias sedemikian rupa untuk menjadi tempat pernikahannya dengan Papa Halim.
Wanita itu datang hanya didampingi oleh sahabat-sahabatnya saja, karena memang Karina tidak memiliki sanak keluarga.
Damar menggenggam erat tangan Aluna, ia tahu jika sang istri sempat tidak merestui pernikahan sang ayah dan masih belum bisa menerima kehadiran Karina sebagai istri sang ayah.
Damar sendiri hanya melirik Karina, wanita yang pernah ia gadang-gadang untuk menjadi istrinya itu kini justru bersanding dengan ayah mertuanya sendiri. Namun entah mengapa, rasanya ia tak lagi merasakan sakit selayaknya saat Karina menolak dan meminta perpisahan dulu. Mungkin dikarenakan posisi Karina sudah tergeser bahkan mungkin sudah tergantikan oleh Aluna.
Ijab kabul selesai dilakukan dan Papa Halim serta Karina kini telah sah sebagai suami istri. Rona bahagia tergambar jelas di wajah sang ayah saat telah resmi mempersunting wanita pilihannya.
Aluna dan Damar mendekati pasangan pengantin baru itu. Dengan penuh haru, Aluna memeluk sang ayah yang terlihat lebih tampan dan jauh lebih muda.
" Selamat, Pa... Luna berharap Papa dilimpahi kebahagiaan " ucap Aluna kemudian memeluk sang ayah. Air mata tak terasa luruh di sudut matanya.
" Terima kasih, sayang ! Terima kasih karena sudah mengijinkan dan merestui pernikahan Papa. Papa juga berharap kamu dan Damar bahagia " sahut Papa Halim membalas pelukan Aluna dengan erat.
Aluna melepaskan pelukannya lalu menyeka air matanya yang membasahi pipinya. Damar kini memeluk dan memberikan ucapan selamat kepada ayah mertuanya. Sementara, Aluna beralih menyalami Karina.
" Selamat. Tolong jaga dan cintai Papa sebagaimana Papa mencintai kamu " ucap Aluna sambil memeluk Karina.
" Tentu saja, aku akan mencintai papamu dan akan berbahagia. Semoga kalian berdua juga bisa bahagia dan saling mencintai " ucap Karina sambil melirik ke arah Damar yang sejak tadi berada di sisi Aluna.
" Akan kupastikan jika kami bahagia dan saling mencintai. Begitu kan sayang ? " tanya Damar sembari merengkuh pinggang Aluna.
Aluna hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Damar. Mereka berdua kemudian berlalu meninggalkan pasangan pengantin baru itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Elviraaprillia Vira
ya semoga damar dan aluna cpt saling mencintai dan aluna cpt hamil biar karina tdk bs merusak rmh tangga mereka, semangat upnya
2023-01-26
1