DA 11

Aluna menggeliat saat merasakan sesuatu yang berat dan hangat melingkar di perutnya. Ia mengerjapkan matanya perlahan lalu melihat wajah tampan di hadapannya.

Oh my God, kenapa ada pangeran tampan di sini ? Hah ini pasti mimpi...

batin Aluna lalu kembali menutup matanya.

Namun sesaat kemudian Aluna kembali membuka matanya lebar-lebar.

" Aaaaah... " teriak Aluna sambil berusaha menyingkirkan tangan Damar dari atas tubuhnya.

" Apaan sih, berisik banget ! " gerutu Damar sambil mengucek matanya dan menguap.

" Heh, ngapain kamu tidur disini ? Pake peluk-peluk segala lagi " sentak Aluna lalu menjauhi Damar yang masih mengumpulkan kesadarannya.

Aluna melihat ke arah pakaiannya yang masih melekat di tubuhnya.

" Kamu lupa, kita ini kan udah nikah " jawab Damar lalu menurunkan kakinya ke lantai.

" Kamu tenang aja, aku gak ngapa-ngapain kamu kok. Lagian gak na*su juga sama kamu ! " tambah Damar enteng.

" Gak na*su, gak na*su, tapi meluk-meluk... " cicit Aluna.

" Asal kamu tahu aja ya kalau lagi sadar mana mau melukin kamu. Itu tadi karena gak sadar aja dikirain guling " sahut Damar asal lalu berjalan menuju kamar mandi.

Aluna melirik sinis.

" Gak na*su, dikirain guling. Enak aja ngomong gitu. Mana ada guling bohay begini... Dasar cowok aneh " ceroscos Aluna lalu berjalan ke luar kamar.

Aluna menuju ke dapur, ia mengambil air minum untuk menenangkan dirinya.

" Luna sudah bangun toh nduk ? " tanya Eyang Widi saat melihat Aluna sedang minum.

Aluna hanya mengangguk dan tersenyum.

" Eyang lagi apa ? Masak ? " tanya Aluna sambil memeluk sang nenek.

" Iya, nanti siang Eyang kan harus pulang ke Surabaya. Jadi, Eyang mau masakin makanan kesukaan Luna sekarang. Suamimu mana ? " tanya Eyang Widi.

" Lagi mandi, Eyang " jawab Luna jujur.

" Terus kamu malah belum mandi ? " Eyang Widi menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Luna, kamu itu sudah jadi istri sekarang, sudah punya kewajiban mengurus suami. Biasakan bangun sebelum suami bangun. Meskipun kamu kelelahan karena melayani suamimu " ucap Eyang Widi.

" Iya, eyang... Kalau gitu Luna mandi dulu. Makasih wejangannya. Luna pasti bakalan inget terus " ucap Aluna sambil mengecup pipi sang nenek sebelum kembali ke kamarnya.

Damar baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya ia berjalan ke arah koper.

" Aaaah... " pekik Aluna sambil membalik badannya karena melihat Damar bertelanjang dada.

Damar hanya melirik Aluna sekilas lalu dengan santainya menghampiri Aluna.

" Kenapa teriak gitu ? Kayak habis lihat setan aja " celetuk Damar sambil mengenakan kaos oblong.

" Iya, emang habis lihat setan. Setan mesum ! " gerutu Aluna sambil membuka sebelah matanya.

" Mana ada setan cakep begini " timpal Damar santai.

" Mau cakep gimana juga, tetep aja setan " sahut Aluna mencebikkan bibirnya.

Aluna melengos, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi tanpa bicara lagi.

Damar tersenyum tipis lalu merapikan kopernya. Hari ini ia akan membawa Aluna pindah ke apartemen miliknya. Ia tidak ingin sandiwara mereka terendus oleh keluarga mereka. Lagi pula Damar tidak ingin bertemu dengan Karina yang nota bene akan segera menjadi ibu mertuanya. Ia sudah bertekad menghapus perasaannya kepada Karina mulai saat ini.

Aluna membuka pintu kamar mandi, lalu melihat ke sekeliling kamar. Merasa tidak ada Damar disana, Aluna segera keluar dari kamar mandi dengan menutupi tubuhnya dengan handuk saja. Ya, karena tadi cepat-cepat masuk ke kamar mandi, ia lupa membawa bath robe miliknya. Sempat berniat meminta tolong pada Damar untuk mengambilkan bath robe miliknya, namun urung ia ucapkan.

" Untung aja udah gak ada orangnya " Aluna menengok ke kanan dan ke kiri lalu menghembus nafas lega. Ia berjalan menuju walk in closet dengan santainya.

Aluna tidak menyadari jika Damar ternyata memperhatikannya dari balkon kamar. Seringai tipis muncul di wajahnya.

Damar meninggalkan balkon lalu duduk di tepi ranjang. Ia sengaja menunggu Aluna disana, pasti Aluna terkejut melihatnya. Damar tersenyum sendiri saat membayangkan wajah kaget Aluna.

Aluna keluar dari walk in closet dengan mengenakan sweater sebatas paha, dipadu dengan celana jeans. Rambutnya yang masih basah dibiarkannya tergerai. Tentu saja membuat Aluna terlihat imut dan segar.

" Astaga ! Kamu tuh hobinya ngagetin ya " ucap Aluna memegangi dadanya saat melihat Damar duduk di tepi kasur sambil menatapnya.

" Apa lihat-lihat ? Baru tahu ya ada cewek cantik disini " ucap Aluna menyombongkan diri.

" Hah, cantik ? Gak salah tuh " sahut Damar dengan tawa mengejek.

" Iih, Kamu tuh ya... " Aluna mengerucutkan bibirnya.

" Beresin baju-baju sama perlengkapan kamu ! Karena mulai hari ini, kita pindah ke apartemen milikku ! " seru Damar tegas.

" Apa ? Pindah ? Enggak... Aku gak mau ikut kamu " tolak Aluna.

" Kamu harus ikut, Luna ! Kita kan sudah menikah. Lagi pula, harusnya kamu senang karena tidak perlu melihat mama tiri kamu nantinya " tanya Damar.

" Ck... Apa harus secepat ini ? " tanya Aluna lagi.

" Heem " jawab Damar singkat.

Aluna hanya memejamkan matanya.

" Bukankah ini hanya pernikahan kontrak saja ? "

" Luna, kita sudah sepakat kan ? " tanya balik Damar.

" Oke, baiklah... Aku akan merapikan barang-barangku. Tapi... Biarkan aku mengantar nenek ke bandara dulu " ucap Aluna.

" Baiklah, kita akan mengantar nenek dan setelahnya pulang ke apartemenku " sahut Damar.

Aluna segera membereskan barang-barangnya dan memasukkan ke dalam koper. Setelahnya, mereka turun untuk sarapan.

Di meja makan, Papa Halim dan Eyang Widi sudah duduk menunggu pasangan pengantin baru itu.

Aluna dan Damar segera duduk bersama mereka kemudian mereka pun sarapan bersama. Selesai sarapan, Damar meminta ijin kepada Papa Halim untuk membawa Aluna tinggal bersamanya di apartemen.

Awalnya Papa Halim menolak permintaan Damar. Namun kemudian ia mengabulkannya. Ia sadar jika sang putri kini bukan lagi miliknya. Sudah ada yang lebih berhak atas diri Aluna.

" Baiklah, Papa mengijinkan Aluna tinggal bersamamu. Papa minta tolong bimbing Aluna. Dia masih sangat manja dan labil. Tapi Papa yakin dia bisa menjadi istri yang baik. Papa mohon jangan pernah menyakiti Luna. Kalau kamu tidak bisa mencintainya, sebaiknya kamu kembalikan Aluna kepada Papa " seru Pak Halim.

" Damar janji akan selalu menjaga Aluna dan memperlakukannya dengan baik " sahut Damar.

Akhirnya, Aluna dan Damar pun bersiap. Setelah mengantar sang nenek ke bandara, mereka kemudian menuju apartemen Damar dimana disanalah cerita mereka berdua baru saja dimulai.

Damar menekan kode akses apartemennya lalu masuk setelah kunci terbuka. Damar mempersilahan Aluna untuk masuk.

Dengan sedikit ragu, Aluna memasuki apartemen milik Damar.

" Aku tidur di kamarku dan kamu tidur di kamar sebelahnya " ucap Damar sambil menunjuk ke arah kamar yang terletak bersebelahan.

Aluna hanya mengangguk perlahan.

" Kenapa kok kayaknya gak suka gitu ? Ah, aku tahu kamu pasti mau tidur satu kamar sama aku lagi kan ? Pengen ada yang melukin lagi kan ? " canda Damar dengan seringai licik.

" Astaga... Percaya diri sekali anda Tuan Damar Alvino Narendra. Tapi sayang, aku tuh gak ada niat tidur bareng kamu lagi " sahut Aluna ketus lalu menarik kopernya memasuki kamar yang ditunjuk oleh Damar.

Terpopuler

Comments

Endang tiek

Endang tiek

ditunggu aah adegan yg absurd kocak antara penganten baru 😀

2023-05-23

2

Arda Pratama

Arda Pratama

ayo lanjut kak thor

2023-01-21

1

Elviraaprillia Vira

Elviraaprillia Vira

jangan ngomong gitu luna ntar ketagihan lo tidur bareng damar 😂😂😂,semangat upnya thor 💪💪💪💪🌹🌹🌹

2023-01-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!