Pekerjaan mengharuskan mereka fokus meski dengan banyaknya permasalahan pribadi. Daniar maupun Theo sama-sama tenggelam menjalani kegiatan mereka di kantor. Hari ini Christian menggantikan Alya untuk melakukan pertemuan dengan klien baru. Di dampingi Daniar tentunya sebagai ketua tim pelaksana.
Rencananya mereka melakukan meeting di coffee shop lobby gedung. Daniar yang sudah menyiapkan beberapa berkas di tunggu oleh Christian. Mereka akan turun bersama.
Ketika lift terbuka, Theo sudah ada di dalamnya. Daniar hanya menunduk sekilas menyapanya. Berbeda dengan Christian, nampak acuh pada adiknya sendiri.
"Oh ya, kapan kau akan berkunjung ke rumah kami nona Daniar? " Tanya Christian memecah kebisuan. "Istriku sepertinya butuh teman mengobrol. " Lanjutnya lagi.
"Bagaimana kalau akhir pekan? Kami masih sibuk dengan acara live home Shopping." Jawab Daniar tersenyum tipis menghargai undangan Christian.
"Ini milikmu, Terima kasih. " Setelah merogoh saku jasnya, Christian menyodorkan sapu tangan milik Daniar yang pernah di pinjam nya.
"Sama-sama." Mengambil alih, Daniar mencium aroma pelembut pakaian mahal pada sapu tangannya.
Theo yang berada di samping Daniar mengapit nya bersama Christian, menatap tajam interaksi keduanya. Ada perasaan tidak suka Daniar dekat dengan Christian. Apa kakaknya berniat mempermainkan Alya istrinya?
"Silahkan." Christian membiarkan Daniar keluar terlebih dulu. Jangan lupakan kalau Christian memang pria yang ramah namun tetap tahu batasannya. Tidak seperti sang adik yang selalu bersikap cuek dan dingin pada lawan jenis.
Di coffeeshop, Daniar dan Christian membahas kerja sama dengan client baru Toko mania. Rencananya Alya ingin membuka cabang baru di London. Dan ia menginginkan Daniar yang akan mengurusnya nanti. Sementara Theo menunggu kedatangan Nola atas perintah mommynya Aline.
"Nona Daniar, sepertinya ibuku bergerak cepat. " Bisik Christian mendekati telinga Daniar. Daniar mengikuti arah pandangan Christian yang tertuju pada Theo dan wanita sexy di hadapannya.
"Euh aku tidak mengerti maksudmu tuan." Tak kalah berbisik, Daniar bersuara dengan sangat pelan.
"Kalau kau menyukainya aku akan membantumu mendapatkan Theo. Kita bisa menggunakan cara licik nona." Sepertinya Daniar mengerti maksud dari ucapan Christian. Ya, Christian menginginkan Theo bersama Daniar membuka lembaran baru. Dan Alya juga menyetujui hal itu.
"Terima kasih, tapi aku tidak berkeinginan menjalin hubungan dengannya." Daniar menanggapinya santai.
Theo memperhatikan interaksi keduanya, dari kejauhan Christian dan Daniar terlihat sedang bermesraan. Nola merasa bosan karena mereka tidak mengobrol sama sekali. Theo malah sibuk melamun dan menatap lurus ke arah depan.
"Ehm, Theo maukah kau menemaniku ke pesta malam ini? Bukankah bibi Aline juga menyuruhmu datang? " Ajakan Nola mengingatkan Theo, tadinya Theo akan datang bersama Daniar namun itu tidak akan terjadi. Daniar pasti akan kembali ke rumah sakit setelah pekerjaannya selesai.
"Baiklah, aku akan menjemput mu." Bagi Theo tidak ada alasan untuk menolak Nola. Desakan dari orang tuanya membuat Theo tidak nyaman. Setidaknya dia perlu mencoba.
"Ah thank you Theo. " Nola menggenggam tangan Theo erat dan itu tertangkap oleh penglihatan Daniar.
Dada Daniar merasa sesak, dia memilih permisi pergi ke toilet sebentar. Christian memberi izin karena pembahasan serius mereka sudah selesai. Di toilet, Daniar tak menyangka akan bertemu dengan Nola. Ia pikir Nola tidak mengenalnya, rupanya tebakannya salah.
"Jadi kau ****** yang di maksud bibi Aline?" Tanya Nola sinis dan menghina Daniar. Keduanya sama-sama mencuci tangan di wastafel.
"Jaga ucapanmu nona! " Tuntut Daniar tak kalah menatapnya tajam.
"Kau tahu, Theo tidak akan pernah bisa mencintai siapapun lagi setelah kakak iparnya. Semua orang tahu kisah mereka di masa lalu. Theo bahkan merusak dirinya hanya karena Alya lebih memilih Christian." Nola memang mengenal sosok Theo dari kabar yang beredar. Dia mencoba mempengaruhi Daniar.
"Aku menggunakan kesempatan ini dengan baik, meski tidak bisa mendapatkan hatinya setidaknya orang tua Theo ingin merencanakan pertunangan kami." Lanjut Nola, Nola memang di buat panas oleh cerita Nyonya Aline tentang hubungan Theo dan Daniar.
Aline tidak rela jika apa yang pernah di alami Christian dan Angel dulu menimpa Theo juga. Setidaknya Theo harus mendapat pendamping yang lebih baik.
"Kau maupun wanita lain bisa memiliki nya, tapi dia tidak akan pernah mampu melepaskan ku. Bersiaplah untuk berjuang." Sedikitpun Daniar tidak gentar oleh hasutan Nola. Daniar yakin Theo sudah mulai terikat olehnya, buktinya dia selalu menolak mengakhiri kontrak mereka.
Setelah puas menantang Nola, Daniar kembali ke mejanya. Pertemuan mereka sudah berakhir, menyisakan Christian dan Daniar di sana.
"Alya menginginkanmu untuk pergi bersamaku ke London. Karena kehamilannya masih sangat beresiko, dia tidak bisa mengecek perkembangan di sana." Ungkap Christian, kerja sama mereka seharusnya di tangani langsung oleh Alya. Sayangnya dokter mewajibkan Alya bedrest mengingat riwayat Alya yang pernah keguguran.
"Tapi tuan, aku bisa melakukannya sendiri." Tolak Daniar sungkan pergi bersama suami bosnya.
"Alya mempercayai kita, kau tidak perlu takut. Lagi pula aku juga harus kembali ke kantor ku di sana." Imbuh Christian mencoba meyakinkan.
Padahal sebenarnya Christian dan Alya menyusun rencana keberangkatan mereka. Alya yakin Theo memiliki perasaan pada Daniar, kalau dia sampai cemburu dan menyusul Daniar itu artinya dugaan Alya benar. Christian hanya membantu agar Theo mendapat seseorang yang baik di sampingnya. Setelah mengenal Daniar lewat cerita Alya dan berhubungan dengannya langsung, Christian bisa mengandalkan Daniar.
Ide mereka memang cukup ekstrim. Itu artinya Christian harus selalu menjaga Daniar ketika di London nanti. Demi Theo, Alya memberi kepercayaan penuh untuk sang suami.
"Baiklah, aku hanya bisa melakukan tugasku sebaik mungkin." Jawab Daniar pasrah.
"Ok, aku harus pulang sebentar. Karena istriku memasak makan siang untuk ku." Christian bangkit dari duduknya, tangannya bergerak mengelus singkat kepala Daniar sebelum pergi.
Theo mengepalkan tangan kesal melihat keakraban Daniar dan Christian. Ia berjalan menuju meja Daniar meninggalkan Nola yang masih asik menikmati waffle nya.
Theo duduk di kursi bekas Christian, Daniar yang hendak pergi mengurungkan niatnya. "Apa pria yang ingin kau rebut adalah dia? Christian, kakak ku? Suami Alya. " Tiba-tiba saja Theo bertanya hal itu, jelas membuat Daniar bingung.
"Dengar Daniar! Kau adalah teman tidurku, kalau kau berniat menghancurkan rumah tangga Alya aku tidak segan-segan untuk merebutnya kembali. " Awalnya Daniar tidak mengerti, setelah di ingat-ingat Daniar pernah mengatakan pada Theo kalau ia menyukai seseorang. Mungkinkah Theo mengira dia adalah Christian? Hanya karena mereka duduk berdua mengadakan pertemuan penting?
"Theo,,, " Belum sempat Daniar menjelaskan Theo sudah berdiri meninggalkannya kembali ke meja Nola.
Daniar berbalik, lalu ia melihat adegan yang sangat membuatnya muak. Theo mencium bibir Nola cukup lama, bahkan mereka saling memagut. Menggelengkan kepala, Daniar merasa di permainkan oleh Theo.
Sejak kejadian itu Daniar dan Theo tidak pernah bertemu lagi. Daniar lebih sering menginap di rumah papanya, karena lebih dekat ke rumah sakit. Meski ia harus lelah pergi pulang dengan jarak cukup jauh dan memakan waktu.
Junha selalu menanyakan keberadaan Theo, dan itu membuat Daniar kesal. Pasca operasi beberapa hari yang lalu, keadaan pak Han sudah lebih membaik. Di hari libur Daniar menggantikan Vania menemani papanya.
"Maaf selalu membuatmu repot, aku bukan papa yang baik untuk kalian. " Ucap Dan Han lirih, suaranya bergetar menyesal atas perlakuannya dulu pada Daniar kecil.
"Aku melakukan semuanya demi Junha. Jika papa sakit lalu siapa yang akan menjaganya?" Jawab Daniar sekenanya. Padahal ia takut kehilangan sang papa. Daniar sedikit gengsi mengakui hal itu.
"Baiklah, papa akan sehat kembali. Papa masih ingin melihatmu menikah, izinkan papa menjadi pengapit mu menuju altar nanti. " Harapan orang tua akan sama, yaitu menginginkan anak-anaknya bahagia bersama pasangan mereka.
Daniar mendongak menahan air matanya agar tidak terjatuh. Sementara pak Han sudah terisak pelan.
"Aku akan pergi ke London cukup lama, ada pekerjaan di sana." Sebelum pergi setidaknya Daniar memberitahu papanya, dia takut Junha akan menanyakan dirinya.
"Hati-hati, kalau bisa temuilah mamamu. Dia bilang ingin bertemu,,," Pinta Dan Han mencoba membujuk Daniar.
"Cukup! " Potong Daniar cepat, "aku tidak memiliki mama. " Lanjut Daniar sinis. Emosinya akan memuncak ketika mendengar nama itu.
"Aku pergi. " Daniar menautkan totebag nya di pundak,
"Niar, soal biaya rumah sakit dari mana kau mendapatkan sebanyak itu? " Sebelum Daniar keluar, Dan Han menanyakan hal yang selalu membuatnya penasaran.
"Tidak perlu khawatir, yang penting papa dan Junha sembuh." Tak ingin membahasnya, lagipula mana mungkin Daniar memberitahu Dan Han kalau dirinya bekerja sebagai teman tidur seorang laki-laki.
Dan Han menutup matanya, menangis pilu akan takdir yang harus ia jalani. Sebagai papa Dan Han merasa sudah gagal. Dia membiarkan Daniar menjadi tulang punggung keluarga barunya.
Dalam perjalanan, Daniar menangis dalam diam. Hujan turun seakan mengerti suasana hatinya.
"Tenanglah Daniar, masih banyak yang lebih susah hidupnya dibanding dirimu. Kau harus bersyukur. " Katanya menguatkan diri sendiri.
ketika sampai di depan apartemennya, Daniar di kejutkan dengan kehadiran Justin dan Theo di sana. Jeni menyambutnya dengan riang seolah akan berpesta.
"surprise, Niar sayang mereka akan mengajak kita berlibur ke Villa." Teriak Jeni histeris, Daniar hanya terdiam mematung menatap Theo. dia masih kesal karena Theo sengaja mencium Nola di hadapannya.
"aku tidak mau. kalian pergi saja tanpa ku." tolak Daniar mentah-mentah, Theo mendengus kesal melihat sikap Daniar.
"hey, ini undangan dari nona Alya dan suaminya. kau staf kebanggaan Toko Mania, jadi tidak ada alasan untuk tidak ikut. aku bahkan sudah mengepak pakaianmu." Jeni berusaha meyakinkan Daniar, dia tidak ingin hubungan Daniar dan Theo semakin merenggang. semua orang di sekitar keduanya mencoba menyatukan mereka.
bila di perhatikan, sebenarnya Theo memang sudah memiliki perasaan terhadap Alya. dia hanya belum bisa menyadarinya. Dan alasan Theo mau dekat dengan Nola jelas karena desakan dari nyonya Aline dan tuan Oliver.
"ok, aku ikut karena sudah janji pada nona Alya untuk memenuhi undangannya." mau tidak mau akhirnya Daniar setuju. mereka berencana pergi ke kota Piana, kota kelahiran Alya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments