Daniar ku

Daniar ku

eps. 1

Daniar's pov

Aku sangat mengaguminya, dia adalah sosok yang kuat dan tangguh. Perduli terhadap orang lain yang bernasib seperti ku. Aku berharap bisa menjadi wanita hebat dan di cintai seseorang.

Hari ini dia kembali setelah berbulan madu bersama sang suami. Pasangan serasi sekali, nona Alya begitu di cintai oleh banyak orang. Orang tuanya, kakak, suami dan teman nya tuan Theo.

Aku pergi dari London berharap bisa memulai hidup baru di kota Paris. Nona Alya mengajakku bekerja di perusahaan yang baru di rintis nya. Sebuah toko online yang naik daun di era sekarang.

Aku tinggal di panti asuhan sejak usia lima tahun. Bukan karena tidak memiliki orang tua, aku membuat permohonan agar departemen Sosial mengirim ku ke sana. Aku benar-benar sakit melihat kedua orang tuaku selalu bertengkar. Ayahku kadang melampiaskan kemarahannya pada anak kecil yaitu diriku. Menganggapku sebagai penyebab ibuku berpaling darinya.

"Selamat siang semua. " Di tengah lamunanku, suara bass terdengar menyapa kami peserta meeting. Ya, dia adalah tuan Theodor Oliver. Putera kedua Sir Oliver, adik dari tuan Christian suami nona Alya. Kisah cinta segitiga yang berakhir menjadikan Theo sebagai sad boy.

"Selamat siang. " Jawab kami serentak. Meski di usia muda yaitu dua puluh empat, Theo menjabat sebagai Co-ceo di perusahaan Ol's food. Perusahaan yang memproduksi berbagai jenis olahan makanan siap saji maupun frozen food. Semakin berkembang dengan produk produk baru seperti snack, minuman kaleng bahkan persabunan.

"Oh, aku lupa kalau pimpinan Tokomania sedang berbulan madu. Selamat bergabung nona Daniar. " Ternyata Theo menyadari keberadaan ku, aku tersenyum kaku menyapanya.

"Terima kasih tuan Theodor. " Ucapku. Lalu pembahasan kerja sama di mulai dan berlangsung cukup alot. Beberapa poin yang ku siapkan harus menerima penolakan dari Theo.

"Baiklah, aku akan menyampaikan saran anda pada nona Alya. Terima kasih atas masukannya tuan Theodor. " Di akhir acara aku kembali menyampaikan permohonan maaf karena dia merasa tidak puas.

"Take it easy nona Daniar. Aku sangat mengerti keadaan perusahaan mu." Balas Theo angkuh. Ya Tuhan, kenapa aku kesal sekali padanya. Semoga nona Alya segera kembali ke perusahaan.

Pov end.

Daniar adalah gadis kelahiran Britania Raya. Setelah lulus dari sekolah akhir Daniar di ajak Alya ke Paris untuk bekerja dengannya. Mereka saling mengenal satu sama lain ketika Alya sering memberi bantuan pada panti asuhan yang Daniar tempati.

Pengalaman Daniar cukup luas, dia sempat bekerja paruh waktu di jasa ekspedisi sejak berusia lima belas. Menurutnya perusahaan milik Alya masih satu frekuensi yang bisa Daniar pahami.

Daniar gadis yang cantik, wajahnya putih dengan hidung mancung dan bibir seksi. Tubuhnya memang seperti anak kecil karena hanya memiliki tinggi satu koma lima lima meter.

"Daniar, bagaimana tuan Theodor tadi? Apakah dia benar-benar tampan dan menggemaskan? " Aku di todong oleh Jeni teman kerjaku. Kebanyakn staf Tokomania memang perempuan, beberapa staf laki-laki hanya sedikit dan mereka bertugas sebagai kurir. Lebih sering berada di lapangan.

"Ck, dia sangat menyebalkan Je. Semua poin perjanjian di komentari nya habis-habisan. Padahal aku menjelaskan sesuai perintah nona Alya." Jeni heran, tidak biasanya Daniar menggerutu kesal tentang pekerjaan.

"Benarkah? Tapi orang-orang bilang tuan Theodor laki-laki yang ramah. Mungkin dia masih patah hati." Daniar mengangguk setuju.

Kemudian dia kembali ke meja dan merevisi persyaratan kerja sama sesuai keinginan Theo.

Daniar pulang di jam lima sore, ia menyewa apartemen sederhana tak jauh dari gedung Oliver Centre. Ia hanya perlu berjalan kaki sekitar sepuluh menit. Daniar juga tinggal bersama Jeni agar biaya sewa lebih murah. Selain dirinya Jeni juga berasal dari London. Jeni adalah gadis yang menggantikan Alya di ajang kompetisi melukis yang di adakan oleh Christian.

Saat berjalan di trotoar Alya melihat seseorang di cafe, duduk termenung memandangi ponsel miliknya. Wajahnya terlihat sendu, Daniar tahu alasan di balik itu. Tanpa ragu Daniar masuk ke cafe, ia juga ingin membeli kopi karena akan bekerja lembur di apartemen nya.

"Selamat sore tuan Theo. " Sapa Daniar, tanpa ada niatan duduk di hadapan Theo. Theo mematikan ponselnya, ia menengok melihat siapa yang menyapanya.

"Oh kau rupanya,, " Balas Theo datar, Daniar sedikit menyesal sudah mengganggunya.

"Kalau begitu aku permisi tuan." Pesanan Daniar selesai, segera Daniar pergi dari sana. Rasanya malu mendapat respon dingin dari Theo.

Berjalan cepat agar Daniar segera menghilang dari peredaran seorang Theo. Dia mengumpat sepanjang jalan.

"Sial, kenapa aku kesal sekali padanya. Tidak ada yang bisa ku perbuat untuk meredakan patah hatinya. Hufh,,, " Entah kenapa Daniar sangat perduli pada Theo. Seolah ikut merasakan hancur ketika seseorang yang ia cintai menikah dengan kakaknya sendiri.

"Kenapa dengan gadis itu? " Sejak Daniar keluar Theo mengejarnya, dia melihat dari belakang Daniar berceloteh tak jelas.

Malam harinya Daniar di ajak Jeni untuk pergi ke sebuah klub malam. Sebenarnya Daniar bukan tipe yang suka minum-minum atau kencan buta. Tapi dari pada kesal dan penat mengerjakan revisi laporan, akhirnya Daniar setuju untuk bergabung.

"Wow,,, kau cantik sekali nona. " Puji Jeni pada Daniar yang mengenakan rok mini denim dengan tanktop warna hitam. Jeni lebih tua beberapa tahun dengan Daniar, mereka sudah seperti kakak dan adik.

"Oh God, this is my first time Je." Daniar takut dia akan di ganggu laki-laki hidung belang di sana.

"Ey, aku bersamamu Daniar." Jeni menenangkan. Mereka pun pergi dengan naik taksi.

Daniar memang cantik, lekukan wajahnya begitu sempurna seperti boneka Barbie. Jika di tempat kerja Daniar sering mengenakan pakaian tertutup dan make up natural. Malam ini, Daniar ingin mencoba sesuatu yang baru.

Sekitar lima belas menit, mereka sudah tiba di klub malam tepat pukul sepuluh. Jeni beberapa kali ke sana bersama teman prianya. Daniar mengenakan sepatu boots hitam berhak tinggi, dia insecure karena bertubuh lebih pendek.

Jedag jedug musik memekik telinga, Daniar mengedarkan pandangannya mengamati sekeliling. Baru tiba di dalam Daniar sudah di goda laki-laki setengah mabuk.

"Hey cantik, mau bermalam denganku? Aku akan membayar mu lebih." Godanya mencolek dagu Daniar.

"In your dream." Jawab Daniar acuh dan ketus. Ia lalu menyusul Jeni yang terlihat mendatangi teman pria nya di depan bar.

"Jeni, kenapa kau meninggalkan ku? Aku hampir di culik tadi." Mencebik, Daniar protes pada Jeni.

"Haha so sorry baby, aku lupa kalau aku membawa berlian malam ini." Jeni malah tertawa menggoda Daniar.

"Hey, teman mu cantik juga Honey. Aku akan mengenalkannya pada seseorang yang sedang kesepian. Ayo ikut aku, siapa tahu dia beruntung." Bisik laki-laki berambut gondrong ke telinga Jeni.

"Good idea Justin, let's Go Niar. " Tangan Daniar di tarik Jeni mengikuti langkah kekasihnya.

"Hey bro,,, kau masih saja sendiri." Justin menyapa laki-laki yang setia dengan gelas wisky di tangannya. Menatap kosong pemandangan klub di lantai bawah.

"Oh oh, tuan Theo. Kau di sini juga rupanya." Jeni menyapa tanpa segan, berbeda dengan Daniar yang terlihat bad mood bertemu dengan Theo.

"Hai,,, " Balas Theo berbasa-basi.

"Theo, aku dan Jeni ada sesuatu yang harus kami kerjakan. Tolong titip Daniar, jangan sampai pria hidung belang menculiknya." Tiba-tiba Justin mendudukkan Daniar di samping Theo.

"Hey, Jeni kau meninggalkan ku? " Teriak Daniar berusaha menghentikan mereka, ia hendak bangun namun Theo menahannya.

"Sebaiknya tunggu mereka selesai." Perintah Theo dengan nada dingin seperti biasanya.

Mau tidak mau Daniar menurut, dia terlalu takut harus menghadapi pria hidung belang yang berkeliaran. Sepertinya bersama Theo Daniar akan aman. Terlihat beberapa orang menunduk hormat padanya.

Theo memanggil salah satu pelayan yang lewat, dia membisikkan sesuatu karena musik pasti mengalahkan suaranya. Tak berselang lama segelas orange juice di letakan di meja. Theo memesankan Daniar minum.

"Minumlah! Aku tahu kau haus."

"Tidak, aku tidak haus." Jawab Daniar cepat. Ia takut minuman itu sudah di beri obat tertentu oleh Theo. Dan berakibat buruk nantinya.

"Kau pikir aku sejahat itu? " Seperti mengetahui isi pikiran Daniar, Theo menyodorkan gelas ke hadapan Daniar.

"Thanks." Ucap Daniar, lalu menyedot minumannya.

Theo mulai menyalakan api untuk menghisap rokoknya. Membuat Daniar ter batuk-batuk seketika. Terdengar Theo berdecak kesal namun segera mematikan rokoknya ke sebuah asbak.

"Maaf tuan, biar aku pergi saja agar kau leluasa." Daniar kali ini pergi dari sisi Theo. Theo malah mengejarnya sama seperti saat di cafe tadi sore.

"Daniar tunggu! " Teriak Theo, dia berhasil menghentikan langkah kecil Daniar.

"Ada apa tuan? " Tanya Daniar ketus.

"Kau membenciku? " Tanpa basa-basi Theo menodong Daniar dengan pertanyaan absurd menurutnya.

"Apa maksud anda tuan Theodor? " Mencoba bersabar, Daniar menatap Theo dengan berani.

"Soal revisi kerja sama kita. Lupakan, aku hanya sedang kesal pada Alya. Maaf." Sebenarnya tidak ada yang salah dengan poin-poin yang Daniar sampaikan. Hanya saja suasana hati Theo masih dalam keadaan buruk. Dia tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya pada siapapun mengenai pernikahan Alya dan kakaknya Christian.

"Kau sangat tidak profesional tuan, semoga malammu lebih baik." Ucap Daniar, lalu ia melambaikan tangan menyetop taksi. Meninggalkan Theo sendirian di sana.

Theo menyadari kesalahannya, tidak seharusnya Theo melampiaskan kekesalan pada Daniar. Daniar tidak salah sama sekali. Theo memilih pulang ke apartemennya, sejak lulus kuliah Theo memang keluar dari rumah keluarga. Theo pernah mengalami titik terendah dalam hidupnya. yaitu dia menjadi seorang player, mencoba obat terlarang hingga berakhir overdosis. semua itu Theo lakukan agar Alya mau melihatnya.

"argh,, sialan. " Theo mengumpat kasar memukul kemudi. Masa-masa kuliah adalah catatan kelam yang ingin Theo hapus dari ingatannya. bodohnya Theo merusak dirinya hanya karena patah hati.

"kau dimana Theo? " tanya seseorang di ujung telepon, suaranya penuh rasa khawatir.

"mom, aku sudah dewasa. apa harus tetap di awasi? aku tidak akan berbuat nekad lagi. ini sudah biasa bagiku." baru kali ini Theo bicara panjang lebar pada sang ibu, nyonya Aline. hatinya menghangat.

"besok malam datanglah, kita akan makan malam dengan Christian dan Alya." hanya itu yang ingin nyonya Aline sampaikan. Theo malah semakin kesal mendengarnya.

"aku tidak janji mom, lihat besok." tut,,, panggilan segera Theo putus. hidupnya akan terus berhubungan dengan Alya, karena dia adalah istri dari kakaknya Christian.

"pikirkan Theo, apa yang harus kau lakukan agar keluar dari situasi ini." Kenyataannya Theo butuh pelarian, dia ingin melampiaskan perasaannya pada seseorang untuk membantunya melupakan Alya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!