Para kurir dan staf gudang tampak sibuk seperti biasanya. Daniar mengecek beberapa stok barang untuk di pesan ulang dari para produsen. Ia sudah mengambil dokumen berisi keluar masuk barang selama seminggu kebelakang.
"Terima kasih, aku akan kembali ke kantor." Daniar pamit, sekitar tiga jam Daniar berada di sana. Lagi pula staf gudang akan beristirahat sebentar lagi.
"Sama-sama nona, Hati-hati di jalan." Ucap kepala gudang senior.
Taxi yang membawa Daniar tiba-tiba berhenti mendadak, salah satu mobil menyalip dan menghentikannya di depan.
"Ada apa sir? " Tanya Daniar kebingungan.
"Maaf nona, sepertinya ada yang ingin menyerang." Supir terdengar ketakutan saat melihat seorang pria menghampiri mereka.
"Open the door! " Teriaknya menggedor kaca di sisi Daniar berada. Daniar mengingat tatapan mata itu, pria yang selalu mengikuti nya.
"Buka saja. " Perintah Daniar, ia kasihan tidak ingin supir taxi celaka karenanya. Menuruti keinginan penumpang, terpaksa pria paruh baya itu membuka kunci sentral.
Daniar turun dengan mendorong kuat pintu mobil. Ia tidak akan takut lagi menghadapinya.
"Siapa kau sebenarnya? Berhenti menggangguku brengsek. " Maki Daniar, itu hanya membuat pria di hadapannya tersenyum merasa tertantang.
"Sejujurnya aku tidak ingin menarget mu nona manis, tapi kau masuk kedalam kehidupan Oliver bersaudara. " Dugaan Daniar soal peringatan nyonya Aline semakin kuat. Ia yakin ibunya Theo berusaha menjauhkan Daniar dari Theo.
"Kau tahu, kesalahan apa yang pernah di perbuat keluarga mereka? " Asumsi Daniar terpatahkan kala pria itu membahas soal keluarga Theo.
"Katakan dengan jelas! " Pinta Daniar berteriak.
"Sepuluh tahun yang lalu, Christian menghamili seorang wanita penghibur. Dia memang akan bertanggungjawab dengan menikahinya. Tapi orang tuanya menentang, dan meminta kekasih Christian menggugurkan kandungannya. Bodohnya dia, menurut begitu saja hingga harus meregang nyawa. " Daniar melihat kesedihan di matanya, seakan tidak ada kebohongan di sana. Kisah wanita yang malang, Daniar takut ia bernasib sama.
Mungkinkah karena status sosial? Daniar hanya anak broken home, orang tuanya bukan orang terpandang dan bergelimang harta.
"Tadinya aku berniat balas dendam pada mereka atas kematian adik ku. Tapi ternyata Christian sudah berubah menjadi pria baik dengan menikahi kekasihnya. Lalu kau muncul di sekitar Theo, aku terus mengawasi mu nona. Aku berniat melindungi korban-korban pasangan Oliver." Akhirnya terjawab sudah teka-teki yang selama ini menghantui Daniar.
"Dengar, aku turut bersedih atas apa yang menimpa adik anda tuan. Tapi aku baik-baik saja, anda tidak perlu berlebihan dan melanggar batasanku. " Tukasnya tegas penuh penekanan.
"Ya, aku memang sudah salah langkah. Kau bisa menyimpan kartu namaku nona, aku yakin suatu saat kau akan membutuhkan ku." Tangan Daniar ditarik olehnya, dia meletakkan kartu nama di atas tangannya.
"Silahkan,,, " Dia juga membiarkan Daniar pergi kali ini. Sejak awal pria itu memang tidak ada niat menyakiti Daniar, karena paranoid Daniar menganggap dirinya dalam bahaya. Segera saja Daniar masuk kembali ke mobil. Taxi melaju meninggalkan pria itu.
Dave Angelo,,,
Daniar membaca nama pria itu ketika mobil sudah melaju.
Di tempat yang berbeda, tampak pak Ben menjelaskan keterangan pelaku kebakaran gudang. Mantan staf yang sudah di PHK itu memang di suruh seseorang untuk mendapat imbalan besar.
"Mutasi di rekeningnya tidak menunjukkan transfer dari orang mencurigakan. Hanya saja logo amplop yang berisi uang bayaran menunjukkan kantor seseorang. " Kemudian pak Ben menyerahkan foto berupa amplop coklat yang memiliki kop surat.
"Ini stasiun televisi yang akan bekerja sama dengan perusahaan Alya." Theo memiliki ingatan yang tajam, dia pernah membantu Daniar membuat proposal untuk sebuah acara televisi.
"Ya, benar tuan. Pemilik saham terbesarnya adalah David Angelo, kakak dari mendiang nona Angel. " Secara detail pak Ben menegaskan kesimpulan.
"Sial, rupanya dia merencanakan pembalasan. " Theo menggebrak meja melampiaskan kekesalannya.
"Satu lagi perlu anda ketahui tuan, menurut anak buahku Dave Angelo beberapa kali mengganggu nona Daniar. Sepertinya dia tahu kalian cukup dekat." Keterangan dari pak Ben semakin membuat Theo naik pitam. Ternyata pria misterius yang Jeni ceritakan adalah musuh baru keluarga Oliver.
"Pak Ben, aku ingin mulai sekarang seseorang menjaga Daniar dari jauh. Jangan sampai Dave menyentuhnya. " Perintah Theo mutlak, pak Ben hanya bisa menuruti keinginan tuan muda.
Daniar tiba di kantornya bertepatan dengan jam istirahat, karena lapar ia langsung pergi ke kantin karyawan. Setelah istirahat Daniar juga harus mendatangi stasiun televisi bersama Jeni. Jeni terlihat sudah duduk dengan makan siangnya.
"Niar,,, ku kira kau makan siang di luar." Daniar di sambut oleh senyum merekah Jeni. Dia bahkan tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun dari Daniar.
"Kau kenapa Je? Jangan bilang salah minum obat. " Kata Daniar meledek.
"Ish kau ini, Niar sepertinya seseorang sedang ingin bertemu denganmu. " Terang Jeni membuat Daniar penasaran di sela makannya. Sementara Jeni sudah selesai sejak tadi.
"Lihatlah, calon pangeranmu datang." Otomatis Daniar mengikuti pergerakan mata Jeni yang tertuju ke arah pintu masuk kantin.
"Mau apa dia? " Tanya Daniar heran.
"Sejak tadi tuan Theo mencari mu Niar." Bisik Jeni.
Theo segera duduk di kursi sebelah Daniar. Tentu semua staf Theo maupun toko mania merasa iri melihat Daniar dekat dengan pimpinan Ol's food. Sementara Daniar sedikit risih mendapat tatapan dari pengunjung kantin.
"Niar aku ke kantor duluan ya, pelan-pelan makannya sayang see ya. " Seakan mengerti, Jeni melambaikan tangannya pergi membiarkan Theo berdua saja dengan Daniar.
Beberapa saat mereka hanya saling diam, Theo pindah duduk di hadapan Daniar yang hanya mengaduk-aduk makanannya. Selera makan Daniar hilang karena dia masih kesal pada Theo.
"Pertama, aku ingin minta maaf karena salah paham padamu Niar. " Akhirnya Theo membuka suara.
"Wait, berarti masih ada selanjutnya? Please jangan di sini tuan. Ini tempat kerja, kau tidak bisa melanggar peraturan perjanjian. " Kata Alya menekankan suaranya tak ingin orang-orang mendengar isi percakapan mereka.
"Kedua, maaf juga karena menyebut wanita lain ketika kita bercinta... "
Daniar sontak membekap mulut Theo ketika dengan gampangnya Theo membahas kejadian semalam.
"Ok, ok. Ini terakhir. " Theo melepaskan tangan Daniar lalu menggenggamnya.
"Kalau sesuatu mengganggu mu kau bisa mengatakannya padaku. Aku berhak melindungi mu." Lagi-lagi Daniar merasa hangat mendengar Theo perduli padanya.
"Sudah selesai? " Tanya Daniar, Theo mengangguk dengan senyum tipisnya. Dan berhasil membuat Daniar meleleh.
"Permintaan maafmu ku terima. Soal yang terakhir itu bukan kesepakatan yang kau tulis."
"Aku akan merevisi nya,,, " Potong Theo dengan cepat. " Kau juga bisa menulis keinginanmu di sana. " Tambahnya lagi.
"Baiklah, kalau begitu permisi tuan Theodor." Daniar pamit meninggalkan Theo di sana. Theo menatap punggung Daniar yang semakin menjauh. Meski tidak bisa mencintainya Theo tidak ingin Daniar pergi dari sisinya. Mereka belum menghabiskan banyak waktu.
Saat akan pulang, Daniar sudah di tunggu Theo di depan pintu masuk. Tadinya Daniar ingin mampir sebentar ke apartemennya untuk mengambil barang. Terpaksa Daniar segera masuk mumpung staf lain belum berhamburan keluar.
Setelah Daniar duduk, Theo langsung menancap gas meninggalkan perusahaannya. Mereka tidak langsung pulang, melainkan pergi ke supermarket.
"Kita akan belanja, isilah lemari es sesuai keinginanmu. " Mendengar izin dari Theo Daniar berbinar. Ia paling suka melakukan grocery shopping dan restock isi kulkas. Keduanya berjalan mendorong troli menjelajahi setiap koridor. Tampak orang-orang memandang iri melihat kemesraan Theo dan Daniar. Mereka layaknya sepasang pengantin baru yang menikah muda.
"Owh, gemas sekali. "
"Aku penasaran bagaimana rupa anak mereka. "
"Bukankah jelas mereka pasangan yang baru menikah? "
Kebanyakan kaum ibu-ibu dan remaja tanggung yang berbisik mengomentari potret kedekatan Daniar dan Theo.
"Aku akan ke seksi frozen food. " Daniar sungguh ingin menyembunyikan pipinya yang merona. Theo sendiri memilih keperluan yang biasa ia pakai sehari-hari.
Belanja sudah selesai, Theo masih enggan membawa Daniar pulang. Kali ini ia mengajak Daniar makan malam romantis di restoran pinggir sungai Seine.
"Theo, aku sudah membeli bahan makanan. Aku bisa masak di rumah, kenapa kita kesini? " Protes Daniar ketika tangannya di tarik memilih meja. Mereka duduk di tepi sungai. Dengan pemandangan menara Eiffel menjulang tinggi.
"Aku tidak ingin kau lelah. Jadi mari kita makan di sini, kau bisa masak kapan-kapan Niar. " Jawab Theo enteng tak ada beban sama sekali.
Setelah menikmati foie Gras yaitu hati angsa dan cream brule sebagai penutup, Daniar memaksa meminta segera pulang ke rumah. Ia sudah mengantuk dan ingin beristirahat.
"Aku ingin mandi bersama. " Ucap Theo, Daniar yang sedang minum hampir tersedak mendengarnya.
"Ok, kau pergi duluan. Aku akan menyusul." Daniar menyanggupi.
Dan Theo begitu semangat mengisi bathtub dengan air hangat, ia bahkan menambahkan Esen buah-buahan seperti aroma tubuh Daniar yang beberapa kali ia hirup.
Merasa tenang, Daniar berada di dalam dekapan Theodor sekarang. Mereka menikmati setiap detik yang berlangsung.
"Kau tahu, ini pertama kalinya aku melakukan hal-hal seperti ini." Theo membuka percakapan di tengah kesunyian menerpa.
"Haha, kau pikir aku sudah berpengalaman tuan? " Tanggapan Daniar seolah menyindir pemikiran Theo yang salah paham padanya.
"Maaf... " Lirih nya menyesal.
"Ku pikir kau tidak akan sadar, mengingat dirimu terlalu liar berfantasi membayangkan seseorang." Semakin gencar Daniar menggoda Theo.
"Hentikan Niar, aku akui itu salah aku ingin menebus semua perlakuan buruk ku padamu. " Theo mengecup kepala Daniar yang berada di dadanya.
"jangan berlebihan tuan, kita tidak melibatkan perasaan dalam kesepakatan bukan? " Daniar hanya berusaha sadar diri akan posisinya yang sebatas budak Theo.
"Kau terlalu baku nona Han. " Ledek Theo tak mau kalah.
"Kau tahu nama belakang ku? " Wanita itu menengok ke belakang menatap wajah Theo yang mengangguk sebagai jawaban.
"Apa itu artinya kau sudah memeriksa latar belakang ku? Seperti kebiasaan orang-orang kaya. " Kali ini Theo diam tak menanggapi saat Daniar menyinggung soal status sosial.
"Ayo kita bilas. " Ajak Theo menyudahi acara berendam mereka.
Daniar Han
Theodor Oliver
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments