Mendadak Jadi Pewaris
'Arumi...!'
Panggil seorang wanita paruh baya, pada saat membuka tudung saji di meja makan. Dimana dia tak mendapati makanan sama sekali pada saat tudung saji tersebut dia buka.
"I...iya Bu!" sahut seorang gadis dengan pakaian lusuh dan basah, karena sedang mencuci pakaian. Dirumah tersebut tidak ada mesin cuci, jadi mau tak mau gadis itu mencuci pakaian dengan tangannya.
Dengan tergopoh-gopoh, gadis yang bernama Arumi itu menghampiri wanita yang tadi memanggilnya. Yang tak lain ibu tirinya yang bernama Partina.
"Iya Bu, ma'af saya sedang mencuci." ucap Arumi seraya mengatur napasnya perlahan-lahan.
"Dasar tak tahu diri! jam berapa ini!" seru Partina seraya melemparkan tudung saji ke arah Arumi.
"Dugh!"
Tudung saji itu mengenai dada gadis yang berusia enam belas tahun itu.
Walaupun tidak membuat Arumi terluka, tapi lemparan tudung saji tadi mampu membuat Arumi kaget dan mundur beberapa langkah.
"Ibu!" panggil Arumi, namun tak digubris oleh Partinah.
"Saat ini jam berapa! kamu tahu apa kesalahan kamu, hah!" seru Partinah dengan kesal.
"I....iya Bu, Arumi belum masak. Beras dan sayuran habis Bu, jadi Arumi tidak masak." jawab Arumi dengan terbata-bata.
"Alasan! di kulkas masak nggak ada bahan makanan yang bisa dimasak!" seru Partinah dengan berkacak pinggang.
"Arumi sudah bilang sama ibu tiga hari yang lalu, kalau semua bahan makanan sudah habis semuanya." ucap Arumi yang membela dirinya.
"Ahh..! kamu kan bisa berhutang di warung. Bilang saja kalau nanti dapat transferan dari Bapak kamu!" seru Partinah seraya berkacak pinggang.
"Tapi bapak kan belum tahu keberadaannya bu!" seru Arumi seraya menundukkan kepalanya.
"Aku tak perduli! yang terpenting kamu harus memasak hari ini. Kamu itu numpang! jadi semua ini nggak ada gratisan!" seru Partina dengan kedua mata yang melotot ke arah Arumi.
"O...iya Bu!" ucap Arumi yang ketakutan dan kemudian dia melangkahkan kaki menuju ke pintu utama rumah itu.
Dengan pakaian yang masih basah itu, Arumi keluar dari rumah dan melangkahkan kaki dengan perlahan ke warung tetangganya.
Keadaan warung sedang ramai, gadis itu dengan sabar menunggu para pelanggan lainnya yang sedang belanja.
Tak berapa lama warung itu telah sepi dari pengunjung, dengan mengumpulkan keberaniannya Arumi menghampiri warung tersebut.
"Assalamu'alaikum Bu!" ucap salam Arumi dengan sopan.
"Wa'alaikumsalam, eh Arumi. Mau apa? apa mau membayar hutang kamu yang sudah menumpuk?" jawab sekaligus tanya tanya si pemilik warung, pada saat melihat Arumi.
Ditanya seperti itu, Arumi sedikit gugup. Dan bingung mau berkata apa.
"E ....ma'af bu, saya belum bisa bayar." jawab Arumi sembari menundukkan kepalanya.
"Hm, lantas mau apa? hutang lagi?" tanya ibu pemilik warung itu sambil berkernyit.
"Ma'af Bu, Iya Bu." jawab Arumi yang tak enak hati itu.
"Arumi, hutang kamu sudah menumpuk banyak. jadi sampai kapan kamu akan membayarnya. Malah sekarang ini mau kamu tambahin hutang lagi?" tanya ibu pemilik warung itu.
"Kata ibu saya, e....menunggu transferan dari bapak Bu." jawab Arumi dengan pelan dan tak enak hati.
"Transferan dari bapak kamu?" tanya ibu pemilik warung itu dengan penasaran.
"I...iya Bu " jawab Arumi dengan terbata-bata. Karena dia sedang berpikir, mengharap transferan dari bapaknya itu seperti hal yang tak mungkin. Karena sejak delapan tahun yang lalu, bapak Arumi tak diketahui rimbanya.
Si pemilik warung itu berpikir sejenak, pandangannya ditujukan pada raut wajah gadis yang ada dihadapannya yang menundukkan kepalanya. Seakan tak berani menatap wajahnya.
"Anak ini hanya jadi alat ibu tirinya yang suka sewenang-wenang padanya. Kasihan sekali anak ini, pakaiannya masih basah pastinya dia habis mengerjakan pekerjaan rumah," gumam ibu pemilik warung itu yang terus menatap Arumi dari atas sampai bawah.
"Siapa nama kamu nak?Ma'af ibu lupa." tanya ibu pemilik warung itu yang masih menatap Arumi dengan rasa iba.
"Arumi Bu." jawab Arumi yang benar adanya.
"Maukah kamu kerja disini? hitung-hitung bisa buat bayar hutang-hutang kamu yang menumpuk itu?" tanya ibu pemilik warung itu yang tinggal sendirian.
"Kerja? mau sih Bu. Tapi Arumi kan masih sekolah, lagi pula Arumi harus menyelesaikan pekerjaan rumah Bu?" tanya Arumi yang mulai berpikir, sebetulnya ini jalan untuk bisa menghasilkan uang.
"Sebisa kamu saja mengaturnya. Pulang sekolah sampai sore juga nggak apa-apa, Nanti pulang dari sini kamu bisa mengerjakan pekerjaan rumah kamu. Bagaimana?" tanya ibu pemilik warung itu yang bernama Yuli.
Yuli adalah wanita yang berusia empat puluh tahun, dia hidup seorang diri karena suaminya telah meninggal dunia saat bertugas di Aceh dan terdampak tsunami beberapa tahun yang silam.
Pemilik warung itu tak lagi menikah dan belum dikaruniai anak. Saat ini dia mempunyai usaha warung sayur dan juga sembako.
Setelah berpikir cukup lama, Arumi memantapkan tekatnya.
"Arumi mau Bu." jawab Arumi yang bersemangat.
"Alhamdulillah!" ucap Bu Yuli si pemilik warung itu dengan bersorak ria, karena merasa senang sekali, sambil menggenggam tangan Arumi.
"Kamu mulai besok siang ya kerjanya, sekarang kamu selesaikan dulu pekerjaan rumah kamu. Dan sekarang ini kamu butik apa?" tanya Bu Yuli dengan mengulas senyumnya.
"Oh iya Bu. Arumi saat ini butuh satu kilo beras, satu cup minyak, telur seperempat, satu balok tempe, cabe tomat terasi dan bawang lima ribu." jawab Arumi yang menyebutkan belanjaannya yang akan dia masak nanti.
"Oh, baiklah akan ibu persiapkan semuanya." ucap Bu Yuli yang bergegas menyiapkan pesanan Arumi.
Tak berapa lama Bu Yuli sudah selesaikan menyiapkan semua belanjaan Arumi.
"Jadi jumlahnya tiga puluh empat ribu rupiah. Ibu tambahkan di daftar bon kamu dari tiga ratus enam belas ribu ditambah tiga puluh empat ribu rupiah, jadinya tiga ratus empat puluh ribu rupiah." jelas Bu Yuli sembari menjumlah di buku daftar hutangnya.
"Oh, iya Bu. Ternyata banyak sekali ya hutang saya?" ucap Arumi sambil menghela napasnya.
"Makanya, pikirkan baik-baik tawaran ibu tadi!" seru Bu Yuli seraya mengulas senyumnya.
"Iya Bu. Akan Arumi pikirkan nanti saat dirumah." ucap Arumi seraya menganggukkan kepalanya.
Setelah selesai, Arumi segera berpamitan.
"Arumi pulang dulu ya Bu." ucap Arum kemudian.
"Iya, ingat ya kalau kamu siap bekerja bisa mulai besok siang kerjanya. Ibu tunggu lho ya!" balas Bu Yuli sembari mengingatkan.
"Iya Bu, assalamu'alaikum...!" balas Arumi seraya salam untuk pamit.
"Wa'alaikumsalam...!" balas Bu Yuli seraya mengulas senyumnya saat melihat kepergian Arumi yang membawa belanjaannya.
Arumi melangkahkan kaki menuju ke rumahnya, dengan perasaan lega dan senang.
"Hm... Mungkin saatnya aku bekerja, iya aku harus menghidupi diriku untuk tetap bisa sekolah dan juga kebutuhan makannya tiap harinya." gumam dalam hati Arumi dalam perjalanannya pulang ke rumahnya.
Tak berapa lama Arumi sudah sampai di depan pagar rumahnya, setelah membuka pintu pagar dan menutupnya kembali gadis itu melangkahkan kakinya untuk masuk ke rumah.
Arumi bergegas masuk ke rumah dan melangkahkan kakinya menuju ke dapur untuk memasak belanjaan yang dia bawa.
Sampai di dapur, pekerjaan yang pertama kali dia lakukan adalah mencuci beras. Arumi mengambil setengah dari beras yang tadi dia bawa dari warung Bu Yuli.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Mendadak Jadi Pewaris ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nengmela 😘
Hallah ibu tiri aja dipelihara😒
2023-02-14
1
Imamah Nur
Tinggalkan saja rumah itu dan tinggal sama pemilik warung
2023-02-14
2
Ir Syanda
Untung ibu ini baik sekali lah ...
2023-02-14
1