Kemudian Arumi melanjutkan makannya sampai habis dan memasukkan kotak makananya kembali ke dalam tasnya, demikian pula dengan Sisil yang juga sudah menghabiskan bekalnya.
Tak berapa lama, Barick kembali masuk dan dia kembali duduk disamping Sisil.
"Barick, ternyata sikap kamu beda dengan yang dulu." gumam dalam hati Arumi yang menoleh ke arah Barick yang melanjutkan bersendau gurau dengan Sisil.
"Apa boleh buat! mungkin masalah yang menimpa ibuku aku pendam sendiri saja. Memang sedari dulu kan semua masalah aku hadapi sendiri." ucap dalam hati Arumi yang menarik napasnya panjang dan menghembuskannya dengan pelan-pelan.
Tanpa disadari oleh Arumi, Barick memperhatikan tingkah laku dan raut wajah Arumi sahabatnya.
"Sepertinya Arumi punya masalah? Atau dia tak suka ya aku bersama Sisil?" tanya dalam hati Barick yang kemudian mendengarkan Sisil yang sedang bercerita.
"Sil, boleh dong kapan-kapan aku ke rumah kamu?" tanya Barick dengan mengulas senyumnya.
"Boleh, tapi aku hanya hidup berdua dengan nenekku. Papa dan mamaku sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing." jawab Sisil yang membalas senyum Barick.
"Oh, begitu ya? wah, kesempatan donk! kita bisa berduaan! he..he..he..!" seru Barick sambil terkekeh.
"Eh, kau ini ya! genit rupanya!" seru Sisil sembari mencubit pinggang Barick.
"Auw! eh jangan, sakit tau...!" racau Barick sambil tertawa kecil dan hal itu dilihat Arumi.
"Hih....! mesra-mesraan dihadapan ku!" gerutu Arumi seraya mengepalkan tangannya yang dia sembunyikan di laci mejanya.
"Kamu kenapa Rum?" tanya Tommy yang penasaran dengan sikap Arumi.
"Ah, tidak apa-apa kok!" jawab Arumi yang menyembunyikan perasaannya.
"Oh,
"Teeett....teeett ..teeet...!"
Bunyi bel tanda masuk pelajaran dimulai kembali. Semua murid berdesak-desakan untuk masuk ke ruang kelas masing-masing dan para guru mulai keluar dari ruang guru, mereka melangkahkan kaki menuju ke ruang kelas sesuai jadwal masing-masing.
Proses belajar dan mengajar itu pun terjadi kembali dan para murid dengan seksama mendengarkan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru masing-masing.
Beberapa jam kemudian bel tanda akhir pelajaran hari ini telah berbunyi, dan sebagian dari para murid sudah keluar dari ruang kelas masing-masing.
Demikian pula dengan ruangan kelas dimana Arumi dan lainnya menimba ilmu.
"Tom!" panggil Arumi dengan tiba-tiba.
"Hem, ada apa!" jawab Tommy dengan acuh.
"Aku numpang sampai di depan kantor polisi, boleh ya? rumah kamu kan melewati kantor polisi." pinta Arumi yang memohon.
"Apa kamu bilang? Numpang?" tanya Tommy yang memperhatikan dengan seksama.
"Iya, boleh ya....boleh!" seru Arumi memohon.
"Ya sudah deh! tapi nggak gratis!" ucap Tommy yang kemudian mengambil sebuah buku dari dalam tasnya.
"Kamu kerjakan semua tugas rumah yang tadi diberikan oleh ibu guru!" lanjut Tommy yang menyerahkan buku tugasnya pada Arumi, dimana tadi ibu guru memberikan tugas pada para muridnya tanpa terkecuali.
"Biasanya kalau minta imbalan itu uang, lha kamu kok minta tugas kamu yang dikerjakan" ucap Arumi yang dengan terpaksa menerima buku tersebut.
"Nah, begitu donk! soalnya aku tahu kalau minta uang, pastinya kamu tak punya. Jadi kerjakan semua tugas-tugas aku dengan benar, ya!" seru Tommy sembari mengulas senyumnya.
"Okey, deal!" ucap Arumi sembari mengulurkan tangannya dan Tommy membalas uluran tangan Arumi, mereka sepakat untuk saling bekerja sama.
Setelah memasukkan buku-buku ke dalam tas masing-masing, semuanya berdiri dan melangkahkan kaki keluar dari kelas.
Barick sempat memperhatikan Arumi yang berjabat tangan dengan Tommy, sempat membuat dadanya sesak.
"Apa yang mereka lakukan?" gumam dalam hati Barick yang penasaran.
Kemudian dia dan Sisil bangkit dari duduk mereka masing-masing kemudian melangkahkan kaki menuju pintu keluar kelas tepat di belakang Arumi dan juga Tommy.
"Barick lihat! Arumi nampaknya sudah move on dari kamu!" bisik Sisil pada Barick dan Barick hanya diam dan terus memperhatikan Arumi dan Tommy yang sedang bersendau-gurau di saat mereka berjalan menyusuri jalan menuju ke tempat mereka memakirka. kendaraan masing-masing.
Barick terus memperhatikan sikap Arumi pada Tommy, dan tanpa sadar dia mengepalkan telapak tangannya dan gigi-gigi atas dan bawahnya menyatu membuat bunyi seperti menggerutu.
"Apakah Arumi membalas sikap saya sedari tadi pada Sisil ya?" gumam dalam hati Barick yang terselip perasaan dongkol, namun tetap dia berusaha memendam perasaan itu.
Setelah sampai di tempat parkir, Barick dan Sisil masuk ke dalam mobil masing-masing.
Dan Barick terus memperhatikan Arumi yang sedang dipakaikan helm oleh Tommy dan setelah itu naik ke atas sepeda motor sport milik Tommy.
Sepeda motor yang dikendarai Tommy dan Arumi melaju di depan Barick, dan raut wajah Barick nampak geram dan kesal.
"Ah, sial! kenapa Arumi mau saja boncengan sama si Tommy itu! kenapa tidak mau nebeng sama aku sih!" gerutu Barick seraya memukul-mukul kemudinya.
Hal itu dilihat oleh Sisil yang duduk di kursi belakang mobilnya.
"Barick! sepertinya kamu memang menyukai Arumi. Kenapa? apa kurangnya aku Barick? aku sudah berubah seperti ini demi kamu. Raga kamu bilang suka ke aku tapi hati kamu bilang suka pada Arumi. Barick, tahu tidak kalau aku sangat menyukaimu?" gumam dalam hati Sisil yang terus memandangi Barick yang masih terpaku saat berada di dalam mobilnya.
"Hm...! nona, kita pulang sekarang?" tanya sopir pribadi Sisil yang menoleh ke arah putri majikannya itu.
"Eh,iya pak! kita pulang sekarang!" seru Sisil dan kemudian mobil itu melaju perlahan-lahan melewati dimana mobil Barick masih diam di tempatnya.
Barick sempat melihat mobil Sisil yang melewatinya, dan dia terkejut karena seperti pernah melihat sopir pribadi Sisil.
"Sopir itu! aku seperti kenal, tapi dimana ya?" gumam dalam hati Barick yang terus mengernyitkan kedua alisnya.
"Hei aku sedang dilema! mengikuti Sisil apa mengikuti Arumi? ah, kenapa sopir itu jadi sopir ya Sisil sih!" gerutu dalam hati Barick yang penasaran.
Hm, masalah sopir Sisil besok bisa aku tanyakan pada Sisil. Lebih baik aku ikuti Tommy saja! kemana dia membawa Arumi!" tekad Barick yang kemudian melajukan mobilnya perlahan-lahan keluar dari tempat parkir sekolah dan juga keluar dari area sekolah.
Cukup jauh jarak Tommy dengan Barick, apa lagi Tommy yang mengendarai sepeda motornya, tentu bisa berkelak-kelok diantara mobil-mobil yang berhenti saat lampu merah.
"Ah, sial! kemana arah motor Tommy itu!" gerutu Barick yang kesal dan terus mengumpat.
Tak berapa lama lampu lalu lintas berwarna hijau, semua kendaraan melaju bak balapan di jalan raya.
Dan diantara kendaraan-kendaraan itu ada sepeda motor Tommy yang terlihat melaju. Dan Barick mengetahuinya, namun disaat akan menyusul sepeda motor Tommy, tiba-tiba lampu lalu lintas kembali menyala merah.
"Ah, sial...sial...sial...!" umpat Barick dengan kesalnya.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Mendadak Jadi Pewaris ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhananh wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments