"Eh katanya kayak kurang kerjaan, nyatanya penasaran juga ya! he...he...he...!" sahut Vita seraya terkekeh melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Hem, aku ada ide!" bisik Kayla pada Vita. Vita pun jadi penasaran.
"Ide apa?" balas bisik Vita yang melirik ke arah Kayla.
"Nanti kamu juga akan tahu!" balas Kayla dengan mengulas senyum liciknya.
Sementara Vita hanya bisa menggigit lidahnya dan mencoba menerka-nerka apa rencana sahabatnya itu.
"Coba kamu kirimkan semua foto kami ini ke ponsel aku!" pinta Keyla.
"Oh, ok!" balas Vita yang dengan segera mengirimkan foto-fotonya tadi ke handpone Kayla.
Beberapa kali handpone Keyla berbunyi yang tandanya ada pesan masuk.
Dengan segera Keyla membuka isi pesan tersebut.
"Dasar O'on! ya nggak semuanya!" seru Kayla mana kala melihat foto apa saja yang dikirimkan oleh Vita padanya.
"Ya katanya foto-foto saya?" tanya Vita yang merasa tak bersalah.
"Hih, itu foto Arumi dengan Barick!" seru Kayla yang penuh gregetan. Ingin rasanya dia menjitak kepala sabahtnya itu.
"He...he..he...! bilang dar tadi nek!"Ucap Vita yang masih merasa tak bersalah seraya mengulas senyumnya.
"Hih, pingin rasanya menjitak kepala kamu itu!" gerutu Kayla yang kesal.
Vita kemudian mengotak-atik kembali ponselnya. Tak berapa lama pesan masuk di ponsel Kayla.
Ada senyum sinis terkembang dibibir Kayla pada saat membuka ponselnya.
"Teeeet.....teeeet....!"
Jam istirahat telah selesai, semua murid berbondong-bondong masuk ke ruang kelas masing-masing.
Demikian pula dengan Arumi dan Barick, yang sudah nampak seperti peranko dan amplopnya saja
Setelah istirahat, mata pelajaran tinggal satu mata pelajaran saja. Dan lamanya sembilan puluh menit.
"Teet ..teeeet....teet....!"
Tanda waktunya pulang, para siswa pun berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Demikian pula dengan Arumi, Barick dan juga Sisil.
"Yummy, kamu ikut aku saja ya!" ajak Barick yang menawarkan tumpangan.
"Ma'af Bar, lain kali saja! Daaa ..!"" balas Arumi yang bergegas mempercepat langkahnya.
"Yummy...!" panggil Barick.
Namun tak digubris oleh Arumi, dan gadis itu terus melangkahkan kakinya meninggalkan Barick dan Sisil di tempat parkir.
"Memang benar, Yummy tak seperti Arumi yang dulu!" gumam Barick yang terus memandangi kepergian Arumi.
"Ya begitulah Arumi! kita hanya baru setengahnya saja mengetahui kehidupannya, sebetulnya anak itu sangat rajin dan cerdas " ucap Sisil yang tahu secara pasti.
"Apa maksud kamu?" tanya Barick yang penasaran.
"Ah, nanti kamu akan tahu sendiri!' balas Sisil yang mengulas senyumya dan kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Barick yang masih saja terbengong.
"Ah, lebih baik aku ikuti saja Arumi!" seru Barick yang memikirkan sahabatnya itu. Tekadnya ingin mengetahui tempat tinggal sahabatnya itu.
Pemuda itu mencari keberadaan Arumi. Dan setelah melihat Arumi yang berjalan kaki sendirian di trotoar, Barick memperlambat jalan mobil sportnya.
Dengan perlahan-lahan dia terus mengikuti gadis teman masa kecilnya itu dengan mobil sportnya.
Sementara itu Arumi sedang berjalan terseok-seok menyusuri trotoar. Dia fokus dengan arah tujuannya, sampai-sampai tak mengetahui kalau dirinya sedang dibuntuti oleh seseorang.
Arumi kali ini tak langsung pulang ke rumah, melainkan ke warung sembako dan sayur milik Bu Yuli. Karena hari ini pertama kalinya dia bekerja dan pertama kalinya bekerja di warung sayur sembako Bu Yuli.
Warung Bu Yuli siang ini sedang sepi, dan Arumi berdiri di depan etalase warung itu,
"Assalamu'alaikum!" ucap salam Arumi.
"Wa'alaikumsalam!" jawab orang yang baru saja keluar dari dapur
"Ibu Yuli, apakah Arumi jadi kerja disini?" tanya Arumi yang penasaran.
"Wah, iya jadi donk!" balas ibu Yuli dengan semangatnya.
"Apa yang harus Arumi kerjakan Bu?" tanya Arumi seraya menebarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan dihadapannya.
"Kamu coba wadahin gula pasir pasir sesuai takarannya, setelah gula pasir, nanti terigu dan telur." jelas Bu Yuli.
"Oh, dijadikan seperempatan, setengahnya dan sekiloan ya Bu?" tanya Arumi.
"Iya, tujuannya biar cepat melayani pembeli." jelas Bu Yuli seraya memberikan plastik untuk wadah gula pasir pada Arumi. Dan Arumi menerimanya.
Setelah mengerti apa yang dimaksudkan oleh wanita setengah baya itu, Arumi dengan segera masuk ke warung dan mengerjakan semua tugas-tugasnya dengan baik.
Barick yang sejak tadi mengawasi langkah Arumi dari kejauhan, dengan terpaksa dia berhenti agak berjauhan dari warung Bu Yuli.
"Apakah itu rumahnya Arumi ya? terus siapa yang jualan itu? apakah ibu tirinya?" pertanyaan demi pertanyaan timbul dibenak Barick.
Pemuda itu terus memperhatikan warung itu dan sekitarnya.
"Ah, mungkin saja dia sedang belanja?" gumam Barick yang kemudian menepikan mobilnya dengan jarak sedikit jauh dari warung Bu Yuli. Walaupun begitu, dia masih bisa mengawasi kondisi dan lalu-lalngnya pelanggan. warung yang berbelanja.
Sementara itu Arumi bekerja dari jam dua siang sampai jam lima sore. Gadis itu menyempatkan dirinya untuk sholat Dhuhur dan Ashar.
Ibu Yuli amat senang dengan hasil kerja Arumi, dirinya banyak terbantu karena Arumi.
Arumi juga sempat diajari cara berjualan terutama dalam menghapal harga dan melayani pembeli.
Sebelum pulang, Arumi sempat dibuatkan makanan oleh Bu Yuli. Dan keduanya saat ini sedang makan bersama.
Sedangkan Barick yang sedari tadi menunggu di tempat agak jauh, mulai merasakan kebosanannya. Aneka polah tingkahnya di dalam mobil seraya terus mengawasi warung sembako dan sayuran Bu Yuli itu.
Barick melihat ada emak-emak yang habis belanja dari warung Bu Yuli, timbul inisiatipnya untuk bertanya pada emak-emak tersebut. Kemudian Barick membuka pintu mobilnya dan dia keluar dari mobilnya dan menghadang emak-emak yang mau melewatinya.
"Bu, ma'af jika saya mengganggu.'' ucap Barick dengan sopan.
"Eh,iya ada apa ya nak?" tanya emak-emak itu yang penasaran dan tentu saja terpesona dengan raut wajah ganteng anak muda dihadapannya. Seorang anak laki-laki muda dengan raut wajah blasteran Indonesia-Belanda itu.
"Apakah ibu kenal dengan Arumi? dia kelas satu Sekolah Menengah Atas Bina Patra?" tanya Barick yang memandang emak-emak itu dengan penuh harap mendapat jawabannya.
"Arumi?" gumam ibu itu seraya mengingat-ingat nama seorang gadis yang bernama Arumi itu.
"Iya, Arumi Yuwono!" ucap Barick yang memperjelas nama lengkap Arumi.
"Oh, dia hari ini mulai kerja di warung itu. Datang saja kesana, ada kok dianya!" jawab emak-emak yang membawa satu kantong plastik yang penuh dengan belanjaan.
"Oh, jadi dia kerja disana ya Bu?" tanya Barick yang memperjelas jawaban emak-emak tadi.
"Iya, kalau rumahnya di sana! rumah dengan pagar yang catnya sudah lusuh itu!" jawab emak-emak itu seraya menunjuk ke arah yang dimaksudkan.
"Oh, itu ya Bu! makasih ya Bu!" ucap Barick seraya menangkupkan telapak tangannya dengan sopan.
"Sama-sama anak ganteng!" balas emak-emak itu sembari mengulas senyumnya.
"Andai saja putriku sudah besar, saya jadikan mantu! he..he...!" gumam emak-emak itu sembari terkekeh. Sementara Barick mengulas senyumnya, yang tentu saja itu menambah level kegantengannya.
Sementara itu hari sudah mulai beranjak petang, Arumi mendapat upah harian dari ibu Yuli sebesar empat puluh ribu rupiah, karena memang kerja Arumi hanya setengah hari saja.
"Arumi, ini uang harian kamu, ada empat puluh ribu. Mau buat apa uang ini nantinya?" tanya bu Yuli seraya menatap Arumi yang sedang berpikir.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Mendadak Jadi Pewaris ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
yuli nama ku juga 🙈
2023-02-27
1
Cyrus Red🥀Bryan Kennedy🔱🎻
salam kenal thor
2023-02-27
2
Radiah Ayarin
kenapa Barick?
2023-02-21
2