Arumi mendorong kursi roda dimana Tiana duduk diatasnya, dengan mempercepat langkahnya. Karena jam masuk sekolah mereka sudah mepet, karena itulah Arumi berupaya untuk jangan sampai terlambat.
Dengan napas terengah-engah, akhirnya sampai juga di depan sekolah Tiana yang letaknya tak jauh dari tempat tinggal mereka.
"Akhirnya sampai juga Tia!" ucap Arumi yang sedang mengatur napasnya.
"Iya mbak! Tia sudah bisa sendiri kok, mbak Tia cepat sana berangkat ke sekolah! nanti terlambat lagi lho!" seru Tiana yang merasa khawatir pada kakak tirinya.
"Iya setelah aku ketemu sama Bu Mul!" balas Arumi yang menebarkan pandangannya ke sekitar Sekolah Dasar Luar Biasa itu.
"Itu mbak! Bu Mul baru keluar dari ruang guru!" seru Tiana seraya menunjuk ke arah seorang ibu guru yang berusia sekitar lima puluh tahun itu.
Tanpa banyak bicara, Arumi segera mendorong Kursi roda dimana ada adik tirinya untuk menghampiri ibu guru wali kelas Tiana.
"Bu Mul!" panggil Arumi dengan napas terengah-engah.
"Eh, nak Arumi." balas Bu Mul yang sebelumnya menoleh dan mencari sumber suara yang memanggilnya.
"Ma'af merepotkan Bu, seperti biasa Arumi nitip Tiana ya Bu?!" ucap Arumi dengan memohon.
"Iya, ini sudah jadi tugas ibu. Cepat kamu berangkat sekolah! nanti kena hukuman lagi lho!" seru Bu Mul yang sudah hapal kebiasaan Arumi. Terlambat ya hampir tiap hari terlambat sekolah.
"Iya Bu, assalamu'alaikum!" jawab sekaligus pamit Arumi yang kemudian berbalik tanpa menunggu jawaban dari Bu Mul wali kelas Tiana.
"Wa'alaikumsalam!" jawab Bu Mul sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum saat melihat Arumi meninggalkannya.
"Hati-hati mbak!" seru Tiana seraya melambaikan tangannya.
"Iya!" jawab Arumi dengan setengah berlari melangkahkan kaki keluar dari sekolah Tiana itu.
Teruslah Arumi melangkahkan kakinya, dan waktu menunjukkan jam tujuh tepat dan Arumi masih dalam perjalanannya.
Kemudian ada sebuah angkutan umum dan naik angkutan umum itu. Dan dengan terpaksa Arumi merogoh uangnya yang sebetulnya dia simpan untuk kebutuhan lainnya.
"Aduh, sudah telat nih! pasti pintu gerbang sekolah sudah ditutup!" gumam dalam hati Arumi yang sudah turun dari angkutan yang dia tumpangi, dan kemudian dia melangkahkan kaki ke belakang sekolah.
Arumi mengendap-endap masuk ke sekolah melalui pintu keluar masuk pedagang kantin sekolahnya.
"Nak Arumi! telat lagi ya!" seru salah satu ibu-ibu pedagang kantin.
"Sssst....! he..he...he... iya Bu. Jangan bilang siapa-siapa ya Bu, please!" ucap Arumi seraya menangkupkan kedua telapak tangannya menempel didadanya.
"Iya, lekas masuk sana! keburu bapak atau ibu guru masuk!" seru ibu itu sembari mengulas senyumnya.
"Wokey! makasih Bu! nanti Arumi bantu deh melayani pembeli!" seru Arumi seraya melangkahkan kaki ya dengan tergesa-gesa.
"Janji ya!" seru si ibu itu.
Sementara Arumi menunjukkan kedua jari jempolnya dan terus berlari menyusuri lorong sekolah, dimana jalan yang menu ke kelasnya.
Sesampainya di depan kelasnya, Arumi mencoba untuk mengintip keadaan di dalam kelas dari balik pintu.
Suasana kelas sangat riuh, pertanda belum ada guru yang hadir dalam kelas tersebut.
"Ah, sepertinya Bu guru Iswati belum hadir! jadi aman deh!" gumam Arumi yang kemudian membuka pintu perlahan-lahan.
Dan memang belum ada guru yang hadir, dan semua teman sekelas Arumi menyoraki Arumi. Bahkan ada yang melempari Arumi dengan kertas yang sengaja dikepal-kepal.
"Dasar tukang telat!"
"Dasar lelet!"
"Kurang ya jam tidurnya!"
"Idola kok tukang telat!"
"Wah, jangan-jangan dia mampir ke tempat lain sebelum ke sini!"
"Hu....u....!"
Demikianlah seruan atau bullyan dari teman-teman Arumi dan semua itu tak di gubris oleh Arumi.
Gadis itu tetap dalam langkahnya menuju ke bangkunya dan mendapati teman sebangkunya yang bernama Cicilia yang biasa dipanggil Sisil itu sudah berada di tempat duduknya dan sudah siap dengan buku-buku pelajarannya.
Sisil adalah gadis yang dari keluarga berada, namun sedang diposisi yang mengkhawatirkan. Dimana papanya Sisil, mempunyai wanita idaman lain. Demikian pula ibunya yang juga mempunyai laki-laki idaman lain.
Sisil tumbuh bersama neneknya yang juga istri pensiunan AURI. Dan Sisil selalu terpenuhi kebutuhannya.
Walaupun begitu, Sisil tumbuh menjadi pribadi yang pemalu dan lebih pastinya kurang percaya diri. Mana lagi dia selalu menggunakan kacamata tebal dalam setiap penampilannya, karena penglihatanya yang sedari kecil memang mengalami rabun jauh.
Sisil suka membaca dan juga dia selalu juara di setiap ujian kelas, dimana Arumi selalu membayanginya dan tetap di juara dua.
Walaupun juara dua di sekolah, Arumi selalu mendapat bea siswa. Sedangkan Sisil tidak mendapatkan karena dia memang putri dari pemilik Yayasan sekolah dimana mereka menimba ilmu.
Keduanya memang teman sebangku, bersahabat sekaligus saingan dalam hal pelajaran dan juga rangking guna tetap mendapatkan bea siswa dari sekolah itu untuk Arumi. Sedangkan bagi Sisil, dia akan membuktikan pada semuanya, walaupun dia anak pemilik yayasan tapi dia juga mampu berprestasi di tengah kekalutan yang menimpa keluarganya.
Dari semangat mereka itulah, prestasi keduanya selalu diunggulkan oleh para guru. Namun hanya satu yang disayangkan oleh para guru pada Arumi. Yaitu karena Arumi selalu terlambat saat masuk sekolah.
"Selamat pagi Sisil!" ucap salam Arumi saat akan duduk di kursinya.
"Eh, pagi juga Arumi!" balas Sisil yang menoleh ke sumber suara seraya membenarkan posisi kacamatanya.
"Kamu sedang mengerjakan apa?" tanya Arumi seraya mengambil buku pelajaran yang sesuai dengan jadwalnya. Dan kemudian meletakkannya diatas meja yang ada dihadapannya.
"Ini cuma baca ulang materi yang kemarin di sampaikan oleh Bu Iswati." jawab Sisil tanpa melihat ke arah Arumi.
"Ohw!" ucap Arumi yang paham apa yang dikatakan oleh Sisil, se!mbari memasukkan tas-nya di dalam laci meja, dihadapannya.
"Eh, Arumi! kenapa sih nggak balas seruan kami tadi?" tanya salah satu teman, satu kelas Arumi.
"Menjawab seruan kalian? huh, apa untungnya!" seru Arumi yang membalas pertanyaan dari temannya.
"Hei, berani kurang ajar dengan kami ya!" seru teman-teman Arumi yang tadi membully Arumi.
"Dari pada aku menjawab seruan kalian, lebih baik aku buka kembali buku pelajaran. Itu lebih penting daripada keinginan kalian!" seru Arumi tanpa menggubris omongan teman-temannya yang saat ini dihadapannya. Gadis itu membuka buku-bukunya, dan hal itu membuat sebagian dari temannya sedikit kesal.
Salah satu temannya yang karena kesal dengan sikap Arumi, menarik Arumi dan mengakibatkan gadis itu terjatuh ke samping. Tepatnya di gang antar meja.
"Brugh...!"
"Aduh!" seru Arumi yang mengaduh kesakitan karena tubuhnya yang menghantam ke lantai.
"Ha ..ha...ha....!" suara tawa teman-temannya yang nampak riuh.
"Tok ..tok...tok...!"
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
Namun tetap saja suara ketukan pintu itu tertutup oleh riuhnya teman-teman satu kelas Arumi yang sedang menggoda Arumi.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Mendadak Jadi Pewaris ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Bryan Kennedy
ujian untuk orang sukses
2023-02-27
1
🥑⃟Serina
cool
2023-02-14
3
Nengmela 😘
Semangat terus up nya ya jaga kesehatan juga kk lop yuu
2023-02-14
2