"Arumi!"
Panggil seseorang dari deretan tempat parkir mobil. Dan nampaklah laki-laki yang amat sangat dikenal Arumi.
"Ba...Barick!" panggil Arumi yang terkejut dengan kedatangan laki-laki tersebut.
"Ternyata benar kata Tommy, kamu memang berada disini Sedang apa kamu disini?" tanya Barick yang penasaran.
"Ah, tidak apa-apa kok!" jawab Arumi yang kemudian melanjutkan langkahnya, Namun dengan cepat Barick menangkap lengan Arumi.
"Arumi! kamu kenapa?" tanya Barick yang penasaran.
"Apa sih? lepaskan!" seru Arumi yang menghempaskan tangan Barick.
Tapi laki-laki itu tak mau kalah dengan Arumi, dia mencengkram lengan kanan Arumi dan kemudian Qatar menarik Arumi sampai ke samping mobilnya.
"Lepaskan aku Barick!" bisik Arumi yang menatap Barick dengan kesal.
"Aku akan melepaskanmu setelah kamu masuk ke mobilku!" gerutu Barick seraya membuka pintu mobil Mewah yang selalu bersamanya itu.
"Ba..Barick ka..kau...!" seru Arumi yang hanya bisa menatap Barick dengan tajam karena tak percaya sahabatnya bisa seenaknya saja padanya.
Dengan terpaksa Arumi mengikuti kemauan Barick dan saat ini duduk di kursi depan di samping kemudi. Sementara Barick setelah menutup pintu dan kemudian melangkahkan kakinya menuju ke pintu mobil yang mengarah pada kemudi mobil mewah tersebut.
"Arumi, kenapa kamu terkesan menghindariku? ceritakan apa yang terjadi, kenapa kamu berada di kantor polisi ini?" tanya Barick setelah dia menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan,
"Inikan masalah pribadi aku, buat apa aku ceritakan semua pada kamu?" jawab Arumi yang kemudian berbalik tanya pada pemuda yang ada disampingnya tanpa menatap ke arah wajah Barick.
Pemuda itu sedikit kesal karena Arumi terkesan cuek padanya.
"Arumi! kita kan sahabat?" tanya Barick yang mencengkram lengan Arumi.
"Auw ..! sakit Barick!" seru Arumi dengan kerasnya dan menatap Barick dengan tajam.
"Ma..ma'af! Karena aku tak mau kehilangan kamu lagi!" balas Barick yang tak enak hati dan kemudian melepaskan cengkraman tangannya. Kemudian Arumi mengusap tangannya yang kini memerah akibat dari cengkraman Barick.
"Tak mau kehilangan? tapi kamu sendiri yang membuatku menjauhi kamu! sadar tidak sih , kalau kamu telah berbuat begitu!" seru Arumi dengan kesalnya.
"Oh apakah benar begitu?" tanya Barick. Sedangkan Arumi menganggukkan kepalanya.
Barick menghela napasnya dan mencoba memikirkan apa yang dikatakan Arumi dengan tetap mengemudi.
Setelah itu Barick menyalakan mobilnya perlahan dan keluar dari area parkir mobil dan lanjut keluar dari area kantor polisi.
Sementara itu Arumi hanya diam saja tak mau menjawab pertanyaan Barick dan dia terus menatap keluar jendela mobil dan pandangannya terus keluar tanpa menghiraukan pemuda yang ada disampingnya itu.
Barick sedikit kesal, karena Arumi cuek padanya.
"Arumi jangan seperti itu, aku tak mau kehilangan kamu lagi!" seru yang pandangannya lurus ke arah depan jalan raya ada dihadapannya.
"Kamu sadar tidak sih? kalau kamu yang memulai?" tanya Arumi dengan geram.
"A...aku?" tanya Barick yang belum menyadarinya dan perlahan dia menepikan mobilnya.
Setelah mobilnya menepi, Barick mematikan mesin mobilnya.
"Karena aku?" tanya Barick sekali lagi yang memastikannya.
"Iya karena kamu!" jawab Arumi yang tetap tak mau memandang Barick, dia terus memandang ke arah luar jendela.
"Arumi, lihat aku!" seru Barick yang nampak sedikit kesal.
Sekali lagi Arumi tak menggubris Barick, tapi tiba-tiba saja kedua matanya berkaca-kaca.
Karena tak mendapat respon dari Arumi, Barick memegang punggung tangan kanan Arumi yang berada di atas tas sekolah gadis itu, yang sengaja dia letakkan diatas pahanya.
Usaha Barick berhasil, Arumi menoleh ke arah punggung tangannya yang dipegang Barick dan kemudian melihat ke arah Barick.
"Kamu jangan seperti ini padaku! aku tak mau kehilangan kamu lagi, a..aku minta ma'af jika aku salah padamu. Tapi aku mohon, kamu jangan acuhkan aku lagi!" ucap Barick dengan lirih.
"Barick, kamu bilang seperti itu? kamulah yang menjauh Barick, kamu yang buat aku harus menjauhi kamu!" seru Arumi yang air matanya perlahan-lahan jatuh ke pipinya.
Barick hanya diam dan mendengarkan apa yang Arumi katakan seraya menyeka air mata gadis yang ada disampingnya itu dengan tisu yang dia ambil di dasbor mobil.
Sementara Arumi menarik napasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan-pelan. Merasakan sentuhan jari-jari Barick yang memegang tisu dan mengusap air matanya dipipinya.
"Kenapa kamu permainkan perasaanku Barick?" lanjut tanya Arumi dengan suara lirih.
"Arumi, kenapa kamu bilang seperti itu padaku?" tanya Barick yang tak percaya dan masih tak memahami apa yang dimaksudkan oleh gadis yang ada dihadapannya itu.
"Kamu masih tak paham juga Barick?" tanya Arumi yang tak percaya dengan jawaban Barick seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan-pelan.
"Aku tak tahu apa maksud kamu, sahabatku!" balas Barick yang menatap Arumi dengan mengernyitkan kedua alisnya,
"Dari tadi pagi di kelas, kamu itu duduk di kursinya siapa dan bersendau gurau dengan siapa? sampai tak menghiraukan aku! Apakah aku tak boleh melakukan keinginanku sendiri? jawab!" tanya Arumi dengan menatap Barick tajam.
Tatapan Arumi itu membuat Barick gelagapan, dia bingung harus bagaimana cara memulai menjelaskannya.
"Kamu cemburu ya?" goda Barick yang sebetulnya dia berusaha mengalihkan jawaban untuk pertanyaan Arumi
"Idih, siapa yang cemburu! cemburuin kamu itu buat apa?" tanya Arumi yang juga menutupi hal yang sebenarnya.
"Lha itu, sampai nangis-nangis segala!" jawab Barick seraya arah kedua matanya menunjuk ke mata Arumi yang masih berkaca-kaca.
"Oh ini bukan karena cemburu Bar! buktinya aku bisa jalan tanpa kamu, aku ke kantor polisi saja tadi sama Tommy yang suka rela mengantarkan aku!" ucap Arumi yang tanpa sengaja membuat jari Barick mengepal saat mendengar nama Tommy.
"Jadi kamu lebih memilih Tommy dari pada aku?" tanya Barick dengan kesal.
"Iya, dia orangnya cuek! dan aku suka sama orang yang cuek dan tidak kepo seperti kamu!" jawab Arumi dengan wajah yang nampak kesal sekali.
"Oh, pilih Tommy ya!" seru Barick dengan senyum sinisnya.
"Iya tuan Barick!" balas Arumi yang tentu saja gadis itu tahu kalau sejak kecil Barick tak suka bila Arumi memanggilnya dengan embel-embel tuan.
"Turun Arumi!" perintah Barick yang teramat kesal.
Arumi terkejut dengan sikap Barick, dan tanpa banyak kata dia membuka pintu mobil yang ada disampingnya.
Pada waktu Arumi akan turun dari mobil mewah itu, tiba-tiba lengannya ditarik oleh Barick dan tentu saja tubuhnya berbalik menghadap ke arah pemuda yang ada disampingnya.
Dan seketika itu juga tubuh pemuda yang disampingnya itu, memberikan pelukan erat pada Arumi. Tentu saja hal itu membuat Arumi membelalakan kedua matanya dan tak bisa berkata-kata.
"Yummy...jangan pergi lagi! jangan pergi lagi! sekian lama aku mencarimu, kamu tak boleh pergi lagi dariku!" racau Barick saat memeluk Arumi.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Mendadak Jadi Pewaris ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhananh wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments