Sampai di dapur, pekerjaan yang pertama kali dia lakukan adalah mencuci beras. Arumi mengambil setengah dari beras yang tadi dia bawa dari warung Bu Yuli.
Setelah mencuci dan menanak beras tersebut ke dalam penanak listrik, Arumi dengan cekatan mengiris tempe dan juga membuat bumbunya. Tak lupa mendadar telur dan membuat sambal terasinya.
Di sela-sela pekerjaannya, Arumi merebus air dan setelah mendidih dia menyeduh teh dan menyiapkan tiga gelas untuk dituangi teh yang dia seduh itu.
Kurang lebih satu jam pekerjaan dapur dikerjakan oleh Arumi, kemudian dia menyiapkan semuanya ke atas meja makan.
Kemudian Arumi melangkahkan kakinya menuju ke kamar adik tirinya, dimana ibu tirinya sedang membangunkan putrinya yang masih duduk di kelas dua Sekolah Dasar Luar biasa itu.
Adik tiri Arumi mengalami Cerebral Palsy.
Cerebral palsy adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh. Kondisi ini dapat terjadi pada masa kehamilan, ketika proses persalinan, atau di tahun pertama setelah kelahiran.
Gejala Cerebral atau lumpuh otak sangat beragam. Pada tingkat paling parah, cerebral palsy dapat menyebabkan kelumpuhan. Penderitanya mungkin memerlukan peralatan khusus untuk bisa beraktivitas. Penyakit ini bahkan dapat menyebabkan penderitanya tidak mampu berjalan sehingga memerlukan perawatan seumur hidup.
Kerusakan otak pada cerebral palsy bersifat permanen dan tidak bisa disembuhkan. Namun, ada perawatan yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan fungsi saraf yang mengatur pergerakan otot tubuh. Penyakit ini juga tidak akan bertambah buruk, tetapi beberapa gejalanya dapat berubah seiring waktu.
Karena itulah adik tiri Arumi yang bernama Tiana itu selalu di dampingi ibunya ataupun Arumi, jika mau kemana-mana.
Ibu tiri Arumi hanyalah butuh karyawan pabrik konfeksi, yang hari ini dia masuk siang.
"Tok...tok...tok...!"
Arumi mengetuk pintu kamar yang memang sudah terbuka.
"Bu, sarapannya sudah siap." ucap Arumi yang memberitahu, kalau pekerjaannya di dapur sudah siap.
"Ya, sekarang mandikan adik kamu. Dan siapkan semua keperluan sekolah dia!" seru Partinah si ibu tiri Arumi dan ibu kandung Tiana.
"Ba..baik Bu." ucap Arumi yang kemudian dengan cekatan dia melakukan tugas kesehariannya sebelum sekolah.
Gadis itu menggendong Tiana ke kamar mandi dan memandikannya serta memakaikan baju seragam sekolah adiknya.
Setelah itu Arumi mempersiapkan peralatan sekolah Tiana dan setelah itu membopong Tiana ke atas kursi roda dan mendorongnya ke ruang makan. Dimana Ibu tirinya sudah berada di kursi makan dan sudah menyantap sarapannya.
"Ibu, kenapa tak menunggu Tiana? ibu makan duluan?" tanya Tiana yang sudah berada di samping ibunya.
"Ah, nungguin kamu lama! ibu keburu lapar!" seru Partinah yang terus menyantap makanannya.
"Mbak ambilkan ya! setelah itu kakak mau mandi dulu." ucap Arumi yang mengambil piring dan menyiapkan nasi beserta lauknya untuk adik tirinya.
"Iya mbak!" ucap Tiana yang kemudian menerima sepiring nasi beserta lauknya itu, dan kemudian menyendok dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Setelah itu Arumi melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi dan melakukan ritual mandinya.
Beberapa menit kemudian Arumi sudah selesai mandi dan mengganti pakaiannya. Kemudian dia melangkahkan kakinya ke ruang makan dan sebelumnya mengambil tas yang semalam telah dia persiapkan.
Sesampainya di ruang makan, Arumi tak mendapati ibu tirinya. Sedangkan Tiana sudah selesai makan dan sibuk membolak-balikkan buku pelajarannya sembari menghabiskan minuman teh yang tadi sudah disiapkan Arumi.
"Sudah sarapannya Tia?" tanya Arumi yang mengambil piring dan hendak mengambil nasi.
"Sudah mbak! mbak Arum...!" jawab Tiana sekaligus memanggil Arumi yang selesai mengambil nasinya.
"Ya, ada apa Tia?" tanya Arumi yang penasaran.
"Telur dadarnya habis, dimakan ibu semuanya." ucap Tiana yang memberi jawaban.
"Oh, nggak apa-apa. Kan masih ada tempe dan sambal, itu saja buat mbak Arumi sudah cukup." ucap Arumi yang mengulas senyumnya, walaupun dalam hatinya sedikit kesal. Tapi dia berusaha menutupinya dari adik tirinya itu.
Kemudian Arumi mengambil tempe dan juga sambal terasi yang tadi dia buat. Setelah berdoa, dengan lahapnya Arumi menyantap makanan yang sudah dia buat.
Tak menunggu lama Arumi sudah menyelesaikan makannya. Dan segera dia membereskan sisa makanan dan piring-piring bekas ke dapur.
"Aduh sudah jam setengah tujuh, sebaiknya aku cuci nanti sore saja. Keburu telat!" gumam dalam hati Arumi yang bergegas menyiapkan bekal untuk dirinya dan juga adik tirinya. Setelah itu dia melangkahkan kakinya menghampiri Tiana.
"Tia, buruan! sudah jam setengah tujuh! kamu kan masuknya jam tujuh!" seru Arumi.
"Oh iya kak!" balas Tiana yang membuka tasnya.
Sedangkan Arumi bergegas memasukkan buku-buku Tiana ke dalam tas Tiana dan kemudian Arumi mendorong kursi roda dimana Tiana duduk diatasnya.
"Sepertinya ibu balik tidur lagi Tia! nggak usah pamitan aja!" seru Arumi yang memperhatikan sekitar ruang tamu dan tak mendapati ibu tirinya berada.
"Apa! mau nggak pamitan katamu? Hei, kau anggap apa aku ini hah! dasar anak tak tahu diuntung!" seru Partinah yang kemudian menarik telinga sebelah kanan Arumi.
"Aduh..duh..duh...! sakit Bu!" seru Arumi yang merasakan kesakitan.
"Rasakan!" seru Partinah yang kemudian mengulurkan tangan kanannya ketika Tiana hendak mencium punggung tangannya.
"Ibu, Tiana berangkat ya!" ucap pamit Tiana sehabis mencium punggung tangan ibunya.
"Iya sayang. Yang rajin belajarnya. Nanti ibu akan jemput kamu." ucap Partinah dengan mengulas senyumnya.
"Ibu Arumi berangkat sekolah ya!" ucap Arumi seraya meraih tangan ibu tirinya dan berusaha mencium punggung tangan kanan ibu tirinya itu.
Partinah hanya diam saja dan dia segera mengusap punggung tangannya di pakaiannya, dimana punggung tangan kanannya tersebut sehabis dicium Arumi.
"Kalian tidak ada jatah uang saku! Tiana sudah dibawakan bekal bukan? Dan kamu Arumi, aku nggak mau tahu kalau kamu mau jalan kek atau nebeng kek ke sekolah kamu. Suruh siapa kamu mau lanjutin ke Sekolah menengah Atas? Harusnya itu kamu sampai Sekolah menengah Pertama saja, dan jagain adik kamu! kalau begini kan repot jadinya!" seru Partinah dengan senyum sinisnya.
"Ingat, ibu tidak mau membayari sekolah kamu. Jadi kamu usaha sendiri! mengerti!" seru Partinah yang menatap Arumi dengan tajam.
"I..iya Bu, Arumi mengerti. Dan nanti Arumi pulang sore, karena Arumi mau kerja Bu." ucap Arumi dengan menundukkan kepalanya.
"Kerja? heh kerja apa kamu?" tanya Partinah yang tak percaya dengan perkataan Arumi.
"Iya pokoknya Arumi mau kerja, buat bayar sekolah dan juga hutang kita di warungnya ibu Yuli." jawab Arumi.
"Oh, baguslah! Yang terpenting kebutuhan kita terutama adikmu jangan sampai kamu tinggalkan. Kalau tidak! kamu kamu tidur di luar rumah kalau malam!" ancam Partinah dengan senyum sinisnya.
"I..iya Bu, Arumi paham. Kami pamit Bu." ucap Arumi.
"Hm...!" ucap Partinah tanpa membuka suara.
"Assalamu'alaikum!" ucap pamit Arumi dan Tiana yang bersamaan.
"Wa'alaikumsalam!" balas Partinah yang kemudian masuk ke rumah dan menutup pintu utama rumahnya itu, tanpa melihat lagi kedua putrinya yang melangkahkan kaki meninggalkan rumah mereka.
Arumi mendorong kursi roda dimana Tiana duduk diatasnya, dengan mempercepat langkahnya. Karena jam masuk sekolah mereka sudah mepet, karena itulah Arumi berupaya untuk jangan sampai terlambat.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Mendadak Jadi Pewaris ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Bryan Kennedy
ibu tiri kejam
2023-02-27
1
🥑⃟Serina
keren
2023-02-14
3
🥑⃟Serina
semangatt
2023-02-14
3