Setelah selesai menyiapkan pesanan Arumi, kemudian ibu kantin memberikan makanan yang telah dua bungkus itu pada Arumi. Dan Arumi menerimanya.
"Jadi semuanya berapa Bu?" tanya Arumi yang kemudian mengambil uang dari dompet yang ada di dalam tasnya.
"Dua puluh ribu saja nak!' jawab si ibu kantin dengan mengulas senyumnya.
"Oh, ini uangnya Bu." ucap Arumi seraya menyerahkan uang kertas yang berwarna hijau itu pada Bu kantin kantor polisi.
"Terima kasih nak! E..tapi apakah ibu boleh tahu, apakah keperluan anak ini ke kantor polisi?" tanya ibu kantin yang penasaran.
"Menjenguk ibu tiri saya Bu, ma'af permisi." jawab Arumi yang tak mau jika akan ada pertanyaan dan pertanyaan lagi dari si ibu kantin.
"Oiya, yang sabar saja ya nak!" pesan ibu kantin.
"Terima kasih Bu, Assalamu'alaikum!" balas Arumi seraya menyampaikan salam perpisahannya.
"Wa'alaikum salam...!" jawab ibu kantin yang melihat kepergian Arumi dengan mengulas senyumnya.
"Kenapa aku ikut merasakan bagaimana kesedihan seorang anak yang ditinggalkan orang tuanya untuk mendapat hukuman di dalam penjara? walaupun orang tua itu orang tua tiri. Batin ini terasa ikut tercabik-cabik!" gumam dalam hati Ibu kantin yang tak terasa meneteskan air mata dipipinya yang sudah nampak berkerut itu.
Setelah menyeka air matanya, ibu kantin itu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sementara itu Arumi terus melangkahkan kaki kembali ke tempat polisi yang sedang piket.
"Pak, saya sudah bawa makanan. Apakah ibu saya sudah bisa dijenguk?" tanya Arumi yang penasaran.
"Boleh keluarkan kartu identitasnya?" tanya polisi laki-laki yang menatap ke arah Arumi. Karena masih memakai seragam sekolah, otomatis yang dia serahkan adalah kartu pelajarnya.
Polisi yang sedang berjaga itu kemudian menerima dan memeriksa kartu pelajar yang Arumi serahkan.
Setelah yakin benar nama dan foto yang ada di kartu pelajar itu sama dengan gadis yang ada dihadapannya, polisi itu kemudian mengisi buku tamu yang ada dihadapannya.
Kemudian Polisi itu mengajak Arumi ke sebuah ruangan dimana ada banyak kursi dan meja seperti dalam warung makan, dan banyak orang yang bercakap-cakap. Diantara orang yang memakai pakaian biasa, ada dihadapan mereka yang memakai pakaian tahanan.
"Silahkan anda cari tempat duduk yang kosong untuk anda berdua. Sebentar saya akan panggilkan tahanan atas nama ibu Partinah." ucap polisi tersebut.
"Oh iya, terima kasih pak!" balas Arumi yang kemudian mencari bangku yang kosong. Dan kemudian dia duduk seraya mengamati sekelilingnya.
Tak berapa lama datanglah polisi yang mengantar Arumi tadi bersama seorang wanita yang amat dikenal oleh Arumi.
"Ibu...!" panggil Arumi seraya mencium punggung tangan ibu Partinah.
"A...Arumi!" balas panggil ibu Partinah yang tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Anak tiri yang selama ini dia sia-siakan menjenguk dirinya yang saat ini berada di dalam penjara.
"Kalian sudah bertemu, waktu kalian hanya 15 menit dan pergunakanlah seefisien mungkin." ucap polisi jaga yang mengingatkan.
"Terima kasih pak!" ucap Arumi dan Bu Partinah secara bersamaan.
Kemudian polisi tersebut melangkahkan kaki meninggalkan kedua wanita beda usia itu.
"Ibu, bagaimana keadaan ibu!" bisik Arumi seraya memeluk ibu tirinya itu.
"Yah, ternyata lebih enak tidur dirumah sendiri! he..he...he..!" ucap Bu Partinah yang menerima pelukan dari Arumi, seraya mengulas senyum kecutnya.
"Begitulah?" tanya Arumi yang kemudian melepas pelukannya.
"Iya, dirumah kita bisa makan dan minum sesuai selera kita, bisa istirahat seingin kita. Disini semua sesuai aturan." jawab Bu Partinah seraya duduk di kursi yang ada disampingnya, demikian juga dengan Arumi yang juga duduk di kursi yang terbuat dari plastik itu.
"Oiya Bu, ini ada makanan. Kita makan bersama-sama ya!" ucap Arumi yang mengingat tentang kantung plastik yang sedari tadi dia bawa.
"Wah, boleh banget! dari mana uang kamu untuk beli dimana makanan ini?" tanya Bu Partinah yang menerima bungkusan nasi dan satu botol air mineral yang Arumi ulurkan padanya.
"Tadi Arumi beli di ibu kantin kantor polisi ini, dan uangnya dari setiap hari Arumi bekerja di warungnya ibu Yuli. Arumi bantu bungkus-bu gkus serta kadang juga melayani pembeli Bu." jelas Arumi seraya membuka nasi bungkus yang ada dihadapannya.
"Oh, jadi begitu ya." ucap Bu Partinah yang kemudian mereka menikmati makanan mereka.
Kemudian keduanya akan siang bersama dan dengan sedikit cerita ringan di sela-sela aktifitas makan mereka yang sedang makan nasi bungkus yang sedang mereka nikmati.
"Arumi, jaga Tiana untuk ibu ya. Ma'afkan ibu yang tak bisa menjadi ibu yang baik untuk kamu dan juga Tiana." ucap Bu Partinah yang meneteskan air matanya.
"Iya Bu, Arumi sangat sayang sama Tiana. Arumi akan jaga Tiana seperti Arumi menjaga diri Arumi Bu." ucap Arumi yang menggenggam tangan ibu tirinya dengan erat.
"Terima kasih Arumi. Ibu bisa mengandalkan mu!" ucap Bu Partinah dengan mengulas senyumnya.
Arumi membalas dengan anggukan dan juga senyum yang mengembangnya.
Tiba-tiba dua orang polisi dimana salah satunya yang mengantarkan Arumi tadi mendekat.
"Hm, hm...! ma'af jam berkunjung telah habis. Mohon maklum dan tahanan 778, segera masuk kembali ke tempatmu!" seru polisi selain yang mengantarkan Arumi tadi.
"Iya pak! beri waktu sebentar lagi!" ucap Bu Partnah yang kemudian berdiri dan menghampiri Arumi.
Wanita itu memeluk dengan erat anak tirinya itu.
"Arumi, jaga diri baik-baik ya!" bisik Bu Partinah di telinga Arumi dan Arumi hanya bisa menganggukkan kepalanya, karena tak tahu lagi mau bilang apa. Hanya air matanyalah yang mewakili perasaannya saat ini.
"Sudah jangan menangis, kamu gadis yang kuat!" seru Bu Partinah saat melepaskan pelukannya dan menyeka air mata putri tirinya pada saat melihat Arumi yang sedang meneteskan air matanya.
"Ibu juga menangis!" ucap Arumi seraya mencium punggung tangan ibu tirinya itu.
"Eh, ibu ikutan kamu! he..he...!" ucap Bu Partinah sembari mengulas senyumnya.
"Hm..hm...!"
Deheman kedua polisi yang menandakan tak ada waktu lagi untuk keduanya bertemu.
"Oh, iya pak!" jawab Bu Partinah yang bergegas melangkahkan kaki dan diikuti oleh polisi yang tadi menjemput Bu Partinah saat akan bertemu dengan Arumi.
Sesekali Bu Partinah menoleh ke arah Arumi, dan dia melambaikan tangannya seraya mengulas senyumnya.
Dan Arumi membalas lambaian serta senyuman ibu tirinya sampai ibu tirinya masuk ke ruangan khusus tahanan sementara.
"Sudah nak! kamu yang sabar, karena semua ini pasti ada hikmahnya." ucap Pak polisi yang tadi mengantarkan Arumi.
"Iya pak, terima kasih!" ucap Arumi yang kemudian dia membuang sampah nasi bungkusnya dan kemudian melangkahkan kaki keluar dari kantor polisi itu dengan diikuti polisi yang tadi mengantarnya.
"Hati-hati di jalan!" pesan pak polisi yang kemudian duduk di kursinya semula.
"Baik pak, terima kasih." balas Arumi seraya menunduk dan kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kantor polisi dengan melewati halaman kantor polisi yang lumayan luas itu.
"Arumi!"
Panggil seseorang dari deretan tempat parkir mobil.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Mendadak Jadi Pewaris ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhananh wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments