"Yummy...jangan pergi lagi! jangan pergi lagi! sekian lama aku mencarimu, kamu tak boleh pergi lagi dariku!" racau Barick saat memeluk Arumi.
"Ba...Barick!" panggil Arumi yang tak menyangka Barick yang dia kenal sebelumnya, saat ini memeluknya dengan erat dan nampak begitu rapuh.
"Arumi hanya kamu yang aku kenal dan aku sayang. Aku tak mau kamu bersama Tommy, dan ma'afkan aku jika kedekatan aku dengan Sisil membuat kamu menjauhiku. Aku janji tak akan dekat-dekat Sisil lagi!" ucap Barick yang perlahan melepaskan pelukannya.
"Jangan begitu Barick, aku sadar kalau kita hanya berteman. Dan aku tak berhak mengatur siapa yang menjadi teman dan kekasih kamu." ucap Arumi yang mencoba untuk bijaksana.
"Terima kasih Arumi, dan aku juga tak akan melarang kamu bersama siapa saja yang dekat dengan kamu." balas ucap Barick yang mencoba menutupi perasaannya yang sebenarnya.
"Kita tetap berteman ya!" seru Arumi seraya menunjukkan jari kelingking sebelah kanannya.
"Iya, teman sejati!" balas Barick yang juga menunjukkan jari kelingking kanannya, yang kemudian dia mengaitkannya pada jari kelingking sebelah kanan Arumi.
"Teman sejati." ucap Arumi pada saat kedua jari kelingking itu terkait, dan keduanya mengulas senyum masing-masing,
"Sekarang aku antar kamu pulang ya!"seru Barick yang memposisikan tubuh kembali ke arah depan dan siap menyalakan mesin mobilnya.
Sementara Arumi juga memposisikan tubuhnya ke depan dan menutup kembali pintu mobilnya yang sebelumnya telah dia buka.
"Langsung pulang ke rumah atau ke tempat kemarin?" tanya Barick yang telah menyalakan mobilnya.
"Ke tempat kemarin saja Bar! aku kan harus kerja dan lagi pula adik aku ada di rumahnya ibu Yuli saat ini." jawab Arumi yang menjelaskannya.
"Oh, begitu ya! baiklah let's go kita berangkat!" seru Barick yang dengan sikap tangan kanannya lurus ke depan bak seperti Superman yang siap untuk terbang.
"Ha....ha...! kau ini, kaya masuk kecil saja!" seru Arumi sembari tertawa terbahak-bahak karena mengingatkan masa kecil mereka.
Kemudian mereka kembali bersendau gurau dan tak ada yang menyinggung perihal pertengkaran mereka beberapa saat sebelumnya.
Tak berapa lama mereka telah sampai di kawasan dekat rumah Bu Yuli,dan Barick pun perlahan menepikan mobilnya dan akhirnya berhenti tepat di depan rumah Bu Yuli.
"Dah sampai!" seru Barick sembari menatap Arumi.
"Oiya, makasih ya Barick!" balas Arumi sembari melepas sabuk pengamannya.
"Iya, besok aku jemput ya!" seru Barick yang mengulas senyum seraya melihat Arumi yang turun dari mobilnya.
"Hm, boleh! lumayan buat menghemat ongkos!" ucap Arumi sembari mengulas senyumnya.
"Bisa saja kamu ini!" balas Barick yang juga membalas senyum Arumi.
Kemudian Arumi keluar dari mobil dan menyempatkan pamitan dengan Barick.
"Daa.. Barick, hati-hati di jalan ya!" pesan Arumi seraya melambaikan tangannya.
"Iya, assalamu'alaikum!" jawab sekaligus ucap pamit BaricK sembari mengulas senyumnya.
"Wa'alaikumsalam...!" balas Barick sembari mengulas senyumnya dan menundukkan kepalanya dan mengangkat ya kembali.
Kemudian Berick dengan perlahan-lahan meninggalkan Arumi yang masih berdiri dan memandang ke arahnya dengan tetap melambaikan tangannya.
Setelah mobil Barick menjauh dan menghilang dari pandangan kedua matanya, Arumi melangkahkan kakinya menuju ke rumah Bu Yuli.
Tak butuh waktu yang lama Arumi tiba didepan etalase kaca warung Bu Yuli. Kemudian dia memberi salam keadaan rumah yang sedang warung itu.
"Assalamu'alaikum..!" ucap salam Arumi.
"Wa'alaikumsalam..!" jawab dua orang dengan suara wanita dengan usia berbeda, yang ternyata sedang duduk di bawah.
"Bu Yuli, Tiana!" panggil Arumi pada saat melihat keduanya yang ternyata sedang menata barang-barang yang nampaknya ibu Yuli habis belanja.
"Oh, hai Arumi! kok baru pulang?" tanya Bu Yuli yang kemudian bangkit dari duduknya.
"Iya nih kak Arumi! Tiana kan khawatir kalau kak Arumi kenapa-kenapa!" ucap Tiana yang menatap ke arah Arumi.
"Oh iya ma'afkan Arumi, tadi pagi Arumi tak bilang dulu. Arumi pergi ke kantor polisi, menjenguk ibu." jelas Arumi.
"Oh, terus bagaimana keadaan ibu kamu disana?" tanya Bu Yuli yang penasaran.
"iya kak, apakah ibu baik-baik saja?" tanya Tiana yang ikut penasaran.
"Alhamdulillah i u baik-baik saja. Dan tadi sempat membeli nasi bungkus dan kami makan bersama dikantor polisi." jelas Arumi yang kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam toko, dan dia meletakkan tas nya.
"Oh, syukurlah kalau begitu!" ucap Bu Yuli yang bernapas lega.
"Ibu, saya mau sholat dan berganti pakaian dulu ya!" ucap Arumi yang meminta ijin.
"Oh iya, kalau mau makan lagi di atas meja masih ada sayur dan lauk-pauk tadi siang." ucap Bu Yuli yang memberitahukan.
"Oh, iya Bu." jawab Arumi yang melangkahkan kakinya masuk ke ruang tamu berikut menuju ke sumur.
Setelah mengambil air untuk berwudlu, Arumi segera berwudlu dan kemudian menuju ke ruangan yang memang diperuntukkan untuk sholat di rumah itu.
Arumi dengan segera menunaikan ibadah sholat ashar dan selesai sholat segera mengganti pakaiannya.
Kemudian gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke depan dan segera membantu ibu Yuli dan Tiana yang sedang berkemas-kemas dan menata barang-barang dagangan yang akan di jual di toko Bu Yuli.
Ketiganya kemudian bekerja bersama-sama seraya diselingi candaan dan sesekali melayani pembeli.
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa jam dinding menunjukkan pukul delapan malam setelah sebelumnya mereka menunaikan sholat Maghrib dan sholat isya.
"Ibu Yuli, ma'af kami mau pulang." ucap pamit Arumi yang sudah memapah Arumi ke atas kursi rodanya,
"Apa kalian tidak menginap disini saja?" tanya Bu Yuli yang sangat khawatir,
"Oh, sebetulnya ingin sih Bu. Tapi Arumi dan Tiana harus menyiapkan buku-buku pelajaran esok hari." jelas Arumi.
"Baiklah kalau itu keinginan kalian. Ibu hanya berpesan agar kalian berhati-hati di perjalanan dan juga di rumah nanti." pesan ibu Yuli yang sangat khawatir.
"Ah, kami tak akan apa-apa Bu. Jangan khawatir ya!" ucap Arumi yang berusaha membuat ibu Yuli tenang.
"Baiklah semoga apa yang ibu khawatirkan tak terjadi pada kalian!" jawab Bu Yuli yang berusaha mengulas senyumnya.
"Assalamu' alaikum..!" ucap salam pamit Arumi.
"Wa'alaikumsalam..!" balas Bu Yuli yang kemudian mengantarkan Arumi yang mendorong Tiana dengan kursi rodanya menuju ke pintu utama rumah Bu Yuli.
Dengan perlahan-lahan Arumi yang mendorong Tiana yang sedang tidur diatas kursi rodanya itu keluar dari halaman rumah Bu Yuli.
Arumi segera mempercepat langkahnya, karena keadaan disekelilingnya sudah sepi. Tak ada orang yang berlalu lalang.
Tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di depan rumahnya yang waktu itu memang dalam kondisi masih gelap, karena Arumi belum menyalakan lampu penerangannya.
"Eh, kanapa ada mobil yang berhenti di depan rumah kita kak?" tanya Tiana yang penasaran.
"Entahlah, tapi perasaan kak Arumi nggak enak ya?" jawab Arumi yang merasa penasaran.
"Sama kak, Tiana juga merasakan akan ada sesuatu yang menimpa kita!" ucap Tiana yang terus menatap ke arah mobil berwarna hitam itu.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Mendadak Jadi Pewaris ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhananh wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments