Dalam perjalanan Dinda dengan pakaian sederhananya hanya duduk tenang sembari membuka ponselnya yang ternyata dia salah membawanya. Ponsel itu adalah pemberian Dimas dan dia tidak percaya hanya ada satu kontak nama di ponsel itu atas nama suami di kontaknya.
"Suamiku? Apa dia gila!" protes Dinda terkejut melihat nama kontak dengan tulisan Suamiku dan dia tau itu adalah perbuatan Dimas.
"Dimas bodoh!" Dinda menggerutu sembari mengganti kontak nama di ponselnya untuk suaminya dengan nama Dimas Bodoh.
Gadis itu tersenyum bangga, dia tidak akan melakukan apapun yang di katakan Dimas apalagi untuk mengatur tentang dia. Ada Doni yang bertugas menjaga Dinda hanya tersenyum menggelengkan kepala ketika melihat ekspresi Dinda dengan tatapan kesal dan juga tertawa setiap kali memikirkan Dimas.
Dinda menyerahkan pendaftaran kepada sopirnya, dia hanya perlu datang dan belajar dengan baik. Berjalan masuk ke kelasnya, sudah ada begitu banyak teman kampus yang juga berada di kelas. Dinda mengambil tempat duduk di barisan kedua bangku ke 6 tanpa memperhatikan mereka yang juga balas memperhatikan kedatangan Dinda.
"Cantik tapi tidak menarik," bisik salah satu pria di samping barisan membicarakan Dinda yang baru saja duduk.
"Setidaknya lebih baik daripada gadis di sebelahnya," balas temannya.
Dinda mendengarnya dengan perasaan heran, lalu berkata. "Hanya orang bodoh, yang menjadikan kelas untuk ajang menilai orang sebelah mata."
Ucapan Dinda terdengar jelas oleh kedua pria itu termasuk gadis yang duduk di sampingnya.
"Sepertinya penilaianku tidak salah, kau hanya punya tampang dan tidak menarik sekali!" tatap pria tadi di buat kesal oleh Dinda.
"Apa kau dosen? Penilaianmu tidak berguna bagiku dan aku tidak peduli," tegas Dinda.
"Kau ...."
"Sudah, dosen sudah masuk," salah satu teman Rian menariknya mencegah perdebatan mereka.
"Gadis jelek sialan, kau akan dapat balasan," cetus Rian di balas tatapan mengejek Dinda.
Di luar sangat ramai membuat Dinda dan teman yang lainnya ikut penasaran dengan apa yang terjadi di luar kelas. Setelah kelas berakhir, yang lainnya bergegas melihat apa yang terjadi. Tapi Dinda tidak melakukannya, dia masih penasaran dengan materi yang di jelaskan dosen tadi.
"Kamu tidak penasaran apa yang terjado di luar?" pertanyaan gadis di samping Dinda membuatnya menoleh dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Aku Moana," uluran tangan gadis itu memperkenalkan diri pada Dinda.
"Moa?" balas Dinda.
"Ya, kedepannya aku akan duduk di dekatmu," angguk Moana tersenyum ramah.
Gadis berkaca mata di hadapannya membuat Dinda merasa cukup baik berteman dengannya lalu berkata. "Dinda Rahayu, kau boleh bicara padaku apapun itu."
Meski ucapan Dinda membuatnya heran, tapi Moana mengangguk tersenyum memahami teman sebangkunya.
"Apa kau tau keramaian di depan?" tanya Dinda.
"Paling ada pria tampan baru lagi, biasa begitukan? Kalo tidak cantik ya yang tampan," jalas Moana.
"Teori macam apa itu?" tanya Dinda.
"Itu tanggapan mereka yang menilai seseorang dari tampan, cantik atau tidak di jaman sekarang," tambah Moana.
"Merepotkan," acuh Dinda.
"Bagaimana kalo kita ke kantin bareng?" ajak Moana.
"Aku sudah punya bekal, tapi ayolah aku temani kamu," jawab Dinda di balas anggukan Moana.
Meski Dinda tidak yakin, tapi pagi ini Dimas sudah memberikan bekal makanan. Setidaknya itu yang di katakan Doni tentang Dimas.
Di meja makan kantin, Moana dengan makanannya dan Dinda dengan bekal buatan dari rumah dia buka.
"Wah! Ibumu baik sekali membuatkan kamu bekal!" puji Moana.
"Sejak kapan Dimas jadi ibuku?" batin Dinda menahan tawa.
"Iya, aku hanya gak bisa menolaknya," jawab Dinda, membayangkan Dimas sedang memasak di dapur dengan celemek di tubuhnya membuat Dinda ingin tertawa keras, tapi tidak dia lakukan.
"Apa itu, hari gini bawa bekal dari rumah! Norak," sindir seorang gadis dengan pakaian terbuka dan cantik duduk di kursi sebrang Dinda.
Dinda hanya menyeringai saat mendengarnya, dia tahu jika Dimas ada. Dia akan memberi pekajaran pada orang yang sudah meremehkan buatannya.
"Coba aku lihat! Hanya nasi putih dan acar beserta ikan saja. Makanan yang tidak bagus untuk kulit," seorang lagi menghampiri melihat isi bekal Dinda yang sudah dia buka.
"Hahaha, pantas saja jelek dan norak!" tawanya bersamaan.
"Apa kamu mendengarnya, Moa?" Dinda berbicara menatap Moana."Sepertinya ada tikus yang protes dengan asupan gizi singa," sambungnya.
"Siapa tikus, siapa singa yang kau maksud hah?!" tatap Arin merasa di ejek Dinda.
Tidak ada tanggapan dari Dinda, Arin kesal mengambil bekal makanannya dan hendak menumpahkan makanan itu ke arah Dinda. Namun, Dinda tahu apa yang akan dilakukan Arin hingga menahan pergelangan tangan gadis itu dengan sekuat tenaga. Dia bahkan sempat tersenyum menyeringai kepada gadis itu hingga membuat Arin tertekan tidak menyadari jika makananan itu tumpah tepat di wajah temannya yang menjerit protes.
"Hei, apa-apaan ini!" teriak Lisa bangun dari duduk dengan pakaian penuh tumpahan makanan.
"Tangan yang kurus kering tanpa tenaga seperti ini, menurutmu apa gizimu baik?" tatap Dinda menepis tangan Arin.
"Kau ...."
"Heh, kau hanya lebih dulu disini. Itu bukan berarti asupanmu sudah jauh lebih baik dariku!" Dinda menatap tajam sembari menyeringai membuat Arin kesal.
Moana yang terkagum melihat Dinda, dia ikut berdiri dan pergi menyusul Dinda.
"Kita akan membalas gadis jelek itu!" tatap Arin merasa di permalukan oleh Dinda.
"Cari tahu siapa dia?" tegas Lisa.
Sekelompok gadis ramai membicarakan kejadian di kantin pada teman-teman Lisa. Dimas sedang berbicara dengan Rui yang juga ikut kuliah di universitas sama dengan Dimas. Pria tampan yang di teriaki para gadis tadi adalah Dimas dan Rui juga Natan yang sudah lebih dulu disana.
"Kalian tau, ada seorang gadis yang memprovokasi Lisa tadi. Dia melawan seorang diri! Itu keren!" jelas Aldi berbicara pada temannya.
"Mereka hanya mencari masalah pada dirinya sendiri," ucap Natan.
"Aku harap itu bukan dia," ucap Dimas.
"Dia, siapa maksudmu?" tanya Rui.
"Kau akan tau, dan aku rasa dia di luar dugaanmu," jawab Dimas.
"Hei, jangan-jangan kau kuliah disini karena dia?" Rui semakin penasaran.
Kelompok teman-teman Lisa dan Arin sedang saling mengutarakan kekesalannya di kursi kelas. Mereka mencaritahu tentang Dinda Rahayu anak baru yang membuatnya kesal. Meski kesal, tapi Lisa tidak ingin menunjukan itu di hadapan para pria tampan Natan dan Rui apalagi pria incarannya Dimas.
"Aku harus menjaga imageku di depan pria tampan," ucap Lisa tersenyum memperhatikan Dimas yang sedang membaca buku sembari berbincang dengan teman-temannya.
"Kau memang gila akan ketampanan," sindir Arin kesal.
"Apa kau pikir Dimas tidak tampan?" tatap Lisa.
"Biasa saja," balas Arin.
"Heleh, seleramu seperti apa aku tidak perduli," acuh Lisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Anni 21
mantep Thor keyen crita nya perempuan pemberani👍
2023-03-12
1
nesaric
ga mungkin hantu ku
2023-03-11
0