Satu Sama Lain

Rumah yang di tinggalkan sang nenek, di jaga dengan baik oleh pengurus rumah. Bagi Dimas, rumah ini adalah pemberian neneknya yang sangat berarti baginya. Ada banyak kenangan saat bersama dengan neneknya dulu, termasuk insiden nenek yang sedih di tinggal suaminya . Disana, Dimas janji akan selalu menemani nenek hingga akhir hayat. Tapi ternyata, wanita tua kesayangannya harus pergi menyusul suaminya.

Awalnya Dimas berencana mampir ke rumah sang nenek sesekali tapi dia tidak menduga malah akan datang lebih awal. Bahkan dia memungkinkan untuk menetap di sana bersama dengan seorang wanita yang kini sudah berstatus istri darinya, rencana dan pernikahan yang sedari awal memang keluarganya mencoba untuk menjebaknya. Namun ternyata dia sendiri yang sudah terjebak.

Dia membuka tirai penutup berdebu terlihat sebuah motor scooter berada tepat di hadapan Dimas rasa rindu dan haru ketika Dimas mengingat scooter itu pernah digunakan oleh kakeknya untuk mengajak Dimas di masa lalu.

"Skuter yang bagus," ucapan Dinda membuat Dimas berbalik ke arah istrinya yang berjalan sembari memperhatikan motor yang ada di hadapan mereka.

Tidak mendapat hirauan dari Dimas, gadis itu berjalan sembari melihat-lihat keluar bagasi.

"Kau mau kemana?" tanya Dimas memperhatikan pakaian Dinda yang sedikit rapih dengan sepatu sneakersnya.

"Tidak ada, aku hanya mau melihat-lihat saja," jawab Dinda tanpa menoleh ke arah Dimas.

Diam sejenak, Dinda berbalik kembali mendekati Dimas. "Pinjamkan aku skutermu, aku mau keliling sekitar sini!" pinta Dinda.

"Tidak boleh." larangan Dimas membuat istrinya terdiam kesal.

"Ada sopir dengan mobil di depan, kau bisa menggunakannya," jelas Dimas lagi.

"Aku tidak bilang mau menggunakan sopir atau mobilmu, mana kuncinya? Aku hanya akan lakukan apapun mauku," uluran tangan Dinda tepat di hadapan Dimas membuatnya terdiam heran akan sifat keras kepala Dinda yang selalu membantahnya.

"Kau dengan maumu dan aku tidak akan menurutimu," tegas Dimas.

"Kau ...."

Keduanya saling bertatap tajam satu sama lain, sama-sama keras kepala membuat mereka hanya saling menekan tanpa ada yang mau mengalah.

Yang lebih membuat Dimas heran, gadis itu sudah duduk di atas scooternya tanpa menghiraukan larangannya.

"Kuncinya?" Dinda mengulurkan tangan meminta kunci tepat ke hadapan Dimas yang mengerutkan dahi masih tidak percaya ada orang yang bahkan sangat sulit di hadapi seperti Dinda.

"Merepotkan."

Pada akhirnya, Dinda sudah berada dalam perjalanan kali ini. Hanya saja, dia tidak menyangka Dimas sendiri yang menemaninya termasuk duduk di balik kemudi malah di ambil alih oleh Dimas meski dia duduk di depan.

Canggung, kesal dan malas dirasakan oleh gadis itu lalu berkata. "Bukankah seharusnya aku yang mengemudi?"

"Duduk dengan tenang, jika masih ingin berkeliling." Dimas tidak menghiraukan Dinda yang merasa canggung dan malu jika di lihat orang lain dengan posisi mereka.

Perjalanan yang cukup lama untuk sampai di taman dekat rumah mereka, sudah tidak menghiraukan kekesalan dia ke Dimas lagi. Dinda tersenyum menikmati udara segar taman, ada banyak pohon yang berjejer rapih disana dengan sebuah danau yang cukup bersih. Gadis itu tampak menikmati perjalanan meski seharusnya dia jauh lebih merasa canggung saat ada banyak mata melihat di taman.

Dimas hanya menggelengkan kepala memperhatikan wajah senang dan senyuman Dinda di balik kaca spion.

"Padahal beberapa waktu lalu dia masih protes dengan kemudi, sekarang lupa dengan rasa malunya sendiri," batin Dimas.

"Apa bagusnya tempat begini," ucap Dimas melihat-lihat.

"Kehidupanmu terlalu suram untuk memahaminya," cetus Dinda.

"Jika kau berani berkata lagi, aku turunkan di tengah jalan," ancam Dimas.

"Cih, apa tidak ada hal lain selain ancaman?" rutuk Dinda kembali menikmati pemandangan taman.

Cukup lama keduanya berkeliling tanpa berhenti, meski begitu. Dinda sama sekali tidak protes, yang dia mau memang hanya ingin berkeliling tanpa menghabiskan waktu lama di taman. Dia pikir masih ada begitu banyak waktu jika ingin berlama-lama menikmati taman. Tapi bersama Dimas hanya akan merusak suasana menurutnya di awasi pria itu sepanjang hari.

"Sebenarnya, kau mau kuliah dimana?" Dimas bertanya mengejutkan Dinda sembari menoleh ke arah suaminya.

"Aku belum tau," balasnya acuh.

"Hmm, ya sudah kau daftar di kampusku saja," ucap Dimas lagi.

"Kenapa begitu?"

"Selain aku bisa mengawasimu, kau juga tidak akan merepotkanku jika mudah di cari," jelas Dimas.

"Tapi aku lebih suka merepotkan orang."

"Kau bisa lakukan apapun maumu jika sudah menentukan tujuan kuliahmu," tegas Dimas.

"Aku akan lakukan Dimas, tapi aku perlu keluar rumah dan mencarinya," ucap Dinda.

"Apa kau bodoh? Ada internet dan koneksi, untuk apa menyulitkan diri mencarinya keluar?" tatap Dimas.

"Huh, baiklah-baiklah. Tapi ingat, aku tidak mau semua orang tau tentang kita. Di luar kita tidak salin kenal," ucap Dinda menyerah.

"Lakukan sesuai maumu," angguk Dimas.

Meski hanya mengelilingi taman sekitar kompleks, keduanya menikmati waktu dan berencana kembali. Tidak ada yang mau berhenti ataupun lebih lama menikmati suasana di taman. Mereka memilih hanya berkelilinf menggunakan scooternya. Sudah hampir sampai untuk ke rumah, tapi tiba-tiba kendaraan mereka berhenti tanpa sebab.

"Kenapa?" Dinda turun sembari memperhatikan scooternya.

"Entah." Dimas mencoba menghidupkan kembali motornya.

Dinda tidak lagi banyak bertanya, dia hanya duduk di tepi trotoar sembari menunggu Dimas memperbaiki kendaraannya.

"Kau sepertinya senang membuat aku jalan seperti ini," ucap Dinda.

"Aku hanya merasa kau jauh lebih enak di lihat saat menikmati taman tadi," balas Dimas.

"Maksudmu wajahku saat ini tidak enak di lihat hah! Apa kau tidak menikmatinya juga?"

"Tidak."

"Tapi mukamu tidak menyenangkan," cetus Dinda.

Belum sempat Dimas membalas ucapan Dinda, datang beberapa anak muda dengan kendaraannya melewati mereka.

"Hahaha, hari gini mogok? Miskin!" teriakadan tawa beberapa anak muda seumuran Dimas lewat sembari meremehkan ke arah Dimas yang bahkan mengacuhkan mereka.

Ada sekitar 3 motor besar saat mereka melewati Dimas dan Dinda, beberapa gadis cantik dengan pakaian sedikit terbuka ikut menertawakan mereka.

"Apa perlu aku beri mereka pelajaran?"

Dimas terkejut saat mendengar ucapan istrinya menetap tajam ke arah mereka yang masih menertawakan dan berlalu pergi. Dia hanya tersenyum saat melihat tatapan kesal Dinda.

"Jangan biarkan tangan halusmu itu membuat citra yang tidak jelas," ucap Dimas mendorong scooternya.

"Aku tidak butuh citra baik," balas Dinda ikut berjalan menemani suaminya.

"Aku tau tentang itu."

"Tentang apa?" tanya Dinda.

"Tentang citramu yang kacau sejak di sekolah," jelas Dimas.

"Setidaknya aku bukan berandalan sepertimu!" protes Dinda.

"Aku pria dan kau gadis, harusnya kau tau itu." Dimas bicara tanpa melihat wajah kesal Dinda.

Gadis itu berhenti berjalan dengan perasaan kesal saat Dimas membicarakan tentang citranya di sekolah. Meski mereka berjalan sudah hampir sampai, tapi Dinda masih kesal hingga saat mendahului Dimas, gadis itu memilih untuk menginjak kaki suaminya dengan kencang mengejutkan Dimas.

"Weeek, Dimas bodoh. Aku gak peduli akan citraku apalagi citramu! Awas saja kalo kamu mengacau, kau juga menyebalkan Dimas Angga Dinata Dirga!" teriak Dinda menjulurkan lidah mengejeknya.

Dimas hanya terdiam kesal menahan sakit di kaki, tapi tersenyum saat melihat tingkah istrinya yang petakilan tanpa menunjukan gadis itu pendiam seperti yang selama ini dia lihat.

Membiarkan Dinda masuk rumah lebih dulu, Dimas di hampiri sopir dan mengambil alih scooter. "Sepertinya mesinnya kotor, kau perbaiki. Jika nonamu mau menggunakannya, biarkan saja!" perintah Dimas di balas anggukan Doni.

Melihat Dimas sudah masuk ke dalam rumah Doni terdiam dia pikir sesesuatu yang selama ini dia harap tuan mudanya dapat menjalani kehidupan normal seperti orang lain akan di mulai dari Dinda. Dan dia tahu perubahan besar akan terjadi di antara mereka.

Terpopuler

Comments

Anni 21

Anni 21

wah of lama sekali nya up buanyak👍

2023-03-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!