Keras Kepala

Tidur tanpa mengganti pakaian membuat Dinda tidak nyaman dalam tidurnya, dia berusaha menyingkirkan semua hal yang melekat pada dirinya termasuk bantal yang dia peluk. Semakin di rasa tidak nyaman, Dinda membuka kedua matanya terkejut melihat seseorang tidur di sampingnya.

"Aarrgh!" selain berteriak, Dinda juga mendorong kuat tubuh Dimas dengan kakinya hingga suaminya terjatuh mengaduh kesakitan.

Bangun dan duduk, Dinda menatap tajam ke arah Dimas yang sedang meringis kesakitan saat tubuhnya terjatuh dengan keras.

"Dimas bodoh. Kenapa kau tidur di atas kasurku!" tatap Dinda.

"Baru sehari kau jadi istriku, bahkan sudah mau membunuhku," keluh Dimas bangun dan berdiri tepat di hadapan Dinda yang memalingkan wajah saat melihat tubuh tak berpakaian Dimas.

"Kau bahkan berani berbuat mesom, Dimas!" teriak Dinda.

"Hei, jangan sembarangan bicara!" protes Dimas.

Sebuah ketukan di balik pintu kamar menghentikan Dimas yang hendak melempar bantal ke arah Dinda.

"Dinda, kalian tidak apa?" suara Ibu Rahayu membuat Dinda ikut melihat ke arah pintu, lalu menatap Dimas dan mendorongnya, dia turun dan lari menghampiri pintu.

"Jangan lupa kita sudah menikah."

Penegasan Dimas menghentikan langkah Dinda, dia masih tidak ingin percaya pernikahan itu nyata. Tapi mengingatnya membuat Dinda mengurungkan niat untuk mengeluh pada ibunya tentang perbuatan Dimas yang tidur di tempat tidurnya.

"Dimas bodoh." gadis itu membuka pintu perlahan lalu menjawab pertanyaan ibunya. "Tidak apa Bu, Dinda hanya terkejut tadi," dengan malu-malu dia menjelaskan.

"Perlahan-lahan nanti kamu terbiasa," nasihat sang ibu di balas anggukan Dinda.

Dinda menutup pintu, dia berbalik kembali berjalan. Dimas sudah tidur lagi tanpa menghiraukan larangannya, gadis itu hanya bisa duduk terdiam mendapati kenyataan tentang dirinya kini sudah memiliki seseorang yang akan membuatnya sulit, terutama tentang kehidupan pernikahan yang tidak pernah dia bayangkan akan secepat itu.

"Akan sangat melelahkan untuk ke depannya," keluh Dinda.

Pagi hari, di tengah semua orang sedang sibuk dengan aktivitas. Di kamar pengantin, tampak suasana berbeda dari dugaan semua orang. Ada Dimas yang tidur pulas di atas tempat tidur, tapi tidak dengan Adinda. Dia tidur setelah mengganti pakaian dan menghapus riasannya, Dinda bahkan tidur di lantai beralaskan tikar.

Dimas membuka kedua mata dengan tubuh rasa segar setelah tidur pulas. Masih ada rasa sakit di punggung akibat tendangan istrinya semalam.

"Gadis sialan, dia bahkan mau membunuhku dengan kakinya," gerutu Dimas.

Pria itu terkejut melihat seseorang tidur di bawah kaki saat dia hendak turun. "Dinda?" sambungnya terkejut.

Dimas berpikir sejenak, dia tahu mereka menikah bukan atas keinginan. Dia juga tidak akan berbuat lebih pada gadis itu, tapi Dinda sangat membuat jarak terhadap dirinya membuat Dimas tidak percaya ada gadis yang menolak pesonanya. Terlintas ingin membangunkan gadis itu, tapi Dimas urungkan saat mendengar ketukan di balik pintu.

"Akan sangat repot jika mereka tau tentang gadis ini tidur di bawah," ucap Dimas.

Ketukan di balik pintu masih belum berhenti, Dimas berusaha mencari sesuatu untuk menutup diri Dinda dengan sesuatu. Namun tidak ada yang dia dapat kecuali memindahkan gadis itu ke atas tempat tidur.

"Kau memang merepotkan!" dengan segera Dimas merengkuh Dinda yang masih tertidur.

Dimas lupa jika Dinda gadis yang tidak suka di sentuh tanpa seizinnya. Hingga saat Dinda tahu ada yang salah, saat dia membuka mata berada di pelukan Dimas. Gadis itu menjerit mendorong tubuh Dimas, pelukan Dimas menjadi tidak seimbang. Akibatnya mereka terjatuh tepat di atas tempat tidur, Dimas di atas tubuh Dinda.

"Dimas bodoh, apa yang kau lakukan!" teriak Dinda.

Dimas menutup kedua mata merasa pendengarannya melebihi kapasitas mendengar suara Dinda yang kencang membuatnya mematung. Setiap pukulan Dinda tidak dia hiraukan tepat di dada bidangnya. Merasa pusing, Dimas menahan kedua tangan Dinda hingga gadis itu terdiam.

"Tidak bisakah, kamu jadi gadis lembut sebentar saja? Selain mulutmu yang sering berteriak, seluruh anggota tubuhmu bahkan membuatku kesakitan. Atau aku harus membungkam mulutmu dengan mulutku baru kau diam."

Tatapan Dimas tampak mengerikan sangat dekat dengan wajah Dinda. Gadis itu mulai mereda saat mendengar ancaman Dimas. Pria itu melepas perlahan dan membiarkan Dinda, namun saat dia mencoba melangkah pergi, Dinda yang masih kesal menahan kaki Dimas hingga suaminya terjatuh.

"Itu bayaran untuk suami mesum sepertimu! Juga menggunakan tatapan tajam melebihiku." Dinda menjulurkan lidah mengejek Dimas yang kesal, gadis itu berjalan lebih dulu ke arah kamar mandi tanpa menghiraukan Dimas.

"Bisa habis jika aku tinggal dengannya," gerutu Dimas.

Belum hilang rasa sakit semalam, kini bertambah lutut Dimas yang terbentur di buat Dinda. Dia melihat ke sekitar tentang sesuatu yang dapat dia gunakan untuk membalas perbuatan gadis itu.

"Dimas! Kenapa kamu masih belum keluar juga. Kita harus segera kembali, Nak."

Ucapan ibu Dimas membuatnya tersadar, dia memakai pakaiannya dan berjalan membuka pintu. Tampak ibu Dimas penasaran apa yang terjadi dengam putranya.

"Kamu baik-baik saja, Mas?" tanya Mona.

"Ya, lututku hanya sakit sedikit," jawab Dimas.

"Heh, harusnya kau lakukan perlahan. Jadi tidak membuatmu kelelahan," ucap Mona.

Dimas tidak mengerti maksud ucapan ibunya, yang dia tahu lututnya memang sakit. Saat berbalik menutup pintu, Dimas terkejut melihat Dinda keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk menutupi sebagian tubuhnya dengan handuk di kepala dia terkejut menatap Dimas.

Segera Dimas menarik istrinya dan menutup mulut Dinda yang hendak berteriak lalu berkata. "Jangan teriak lagi! Nanti semua orang mengira aku terlalu kasar padamu. Padahal yang jadi korban disini siapa kamu pasti tau," perlahan Dimas berbicara menatap Dinda yang memajukan bibir lekas menggigit tangan Dimas di mulutnya.

"Aw! Kau ...."

Dimas meringis kesakitan setelah melepas Dinda di pelukannya. Dia tidak percaya gadis itu semakin berani padanya.

Tatapan Dinda tajam ke arah Dimas. "Sekali mesum tetap saja mesum. Aku hanya lupa tadi, keluar tanpa pakaian. Aku lupa kalo sudah punya suami mesum sepertimu," rutuk Dinda.

Gadis itu pergi begitu saja tanpa menghiraukan Dimas yang terdiam mendengar ucapannya. Ada bekas gigitan di telapak tangan Dimas, dia memilih untuk pergi ke kamar mandi dengan perasaan kesal memiliki istri keras kepala seperti Dinda membuatnya tidak berkutik.

"Aku akan membalasnya di rumah nanti," rutuk Dimas.

Saat keluar dari kamar mandi, tidak ada Dinda di kamar. Dimas tahu Dinda pergi keluar, dia mencoba untuk memasangkan plester di tangannya. Saat dia kesulitan memasangkannya, tiba-tiba sebuah tangan meraih plesternya dan memasangkannya dengan baik menutup luka gigitan.

"Sakit gak? Maaf ya, lain kali aku gigitnya yang kenceng biar tanganmu gak berani menutup mulutku," ucap Dinda, dia berdiri tepat di hadapan Dimas.

Ada rasa kesal, tapi Dimas merasa tidak ada salahnya dengan gadis itu. Dia hanya tidak tahu cara menghadapi Dinda, tapi Dimas merasa ingin tertawa saat melihat wajah kesal istrinya tampak menyenangkan membuatnya sekesal itu, padahal Dimas memasang plester hanya untuk menipunya saja, tapi gadis itu malah membantunya memasang plester. Dinda pergi begitu saja setelah membantunya memasangkan plester dan berbicara dengan nada kesal padanya.

"Padahal itu tidak luka sama sekali," gumam Dimas tertawa tertahan.

Terpopuler

Comments

nesaric

nesaric

lanjooott kakkkk

2023-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!