Selamat! Membaca 🤗
Aku membuka pintu Kamarku.
Dan di sana Ibuku tengah berdiri dengan senyum yang begitu hangat.
"Boleh ibu masuk?"
Aku mengangguk.
"Silakan Bu."
Setelah Ibu masuk ke dalam Kamarku beliau duduk di tepi ranjang dan memintaku untuk duduk di sebelahnya.
Ibu meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat.
"Sayang, keluarlah temui suamimu, dia sudah menunggumu di luar." Pinta Ibu dengan suara yang begitu lembut.
Dan inilah yang selalu aku rindukan pada sosok Ibuku, dalam situasi apapun beliau selalu berbicara dengan tutur kata yang lembut menyejukkan hati. Tidak seperti Ibu mertuaku, yang selalu bicara dengan otot yang begitu nampak dan mata yang membulat penuh sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Tidak Bu! Aku tidak mau menemuinya."
"Jangan seperti itu nak, apa Ibu pernah mengajarimu untuk bersikap tidak sopan pada suamimu?"
Aku menggeleng, karena Ibu memang tidak pernah mengajariku hal-hal buruk seperti itu. Beliau selalu mengingatkan aku untuk menjadi istri yang patuh dan selalu menghormati suami, tapi aku tidak mau menemui Mas Rahman bukan karena aku tidak bersikap sopan padanya. Aku hanya tengah kesal dan ingin memberi dia sedikit pelajaran.
"Aku kesal pada Mas Rahman Bu, jadi untuk saat ini aku tidak mau menemuinya. Tolong Ibu sampaikan padanya, lebih baik ia pulang ke Rumah saja."
Ibu tersenyum mendengar kekesalanku itu lalu beliau mengusap rambutku dengan pelan.
"Sayang, sekesal apapun kau pada suamimu tapi kau tidak boleh bersikap seperti ini, Rahman itu suamimu dan sudah sepatutnya kau menghormati dan bersikap sopan padanya. Temui dia dan bicaralah pelan-pelan, katakan pada Rahman apa yang mengganjal di hatimu tapi kau harus bicara dengan lembut tanpa meninggikan suara di depan suamimu. Jangan memutuskan sesuatu dalam keadaan emosi sayang."
Aku menghembuskan nafas berat, sungguh aku tidak habis pikir kenapa Ibuku bisa sebaik ini. Bukannya membela anaknya ini kenapa Ibu malah terlihat seperti membela Mas Rahman.
"Sayang, ayo temui Rahman."Kata Ibu.
"Aku yakin jika Mas Rahman datang ke sini hanya untuk menjemputku pulang kan? tapi aku tidak mau pulang Bu aku ingin menginap di sini untuk beberapa hari ke depan, sampai kondisi Satria memulih."
Ya.
Ini juga menjadi alasanku untuk tinggal beberapa hari di Rumah Ibu. Karena Satria masih dalam perawatan dan lusa ia harus kembali ke Rumah sakit untuk kontrol, jika dari Rumah Ibu, jarak ke Rumah sakit yang menjadi rujukan tempat Satria kontrol tidaklah terlalu jauh dibanding dari Rumahku dan Mas Rahman.
"Jika itu yang menjadi keinginanmu kau sampaikanlah pada suamimu, katakan dan meminta izinlah pada Rahman jika kau ingin tinggal beberapa hari di sini. Agar Ibu bisa membantumu untuk merawat Satria."
Aku berpikir sejenak dan aku rasa omongan Ibu memang benar, biar bagaimanapun juga Mas Rahman adalah suamiku aku harus tetap menghormatinya.
"Baik bu."
Aku pun memutuskan untuk keluar dari Kamar menemui Mas Rahman dan Ibu yang menemani Satria di dalam kamar.
Sesampainya di ruang keluarga ternyata Mas Alfian masih ada di sana, terlihat sekali dari raut wajah Mas Alfian, jika ia tidak suka dengan kehadiran Mas Rahman di sini.
Melihat kehadiranku Mas Rahman langsung berdiri dan menghampiriku, tapi dengan cepat Mas Alfian mencegahnya.
"Alfian."
Suara berat Ayah terdengar dan itu ditunjukkan pada Mas Alfian.
Mas Alfian segera melepaskan cengkraman tangannya yang ia gunakan untuk menghalangi langkah Mas Rahman dan Mas Rahman kembali mendekatiku.
"Via, ayo kita pulang!"
Ajak Mas Rahman.
Bukannya menanyakan kabar anaknya, ia malah langsung memintaku untuk pulang, dan itu semakin membuatku kesal saja padanya.
"Maaf Mas, untuk beberapa hari ini aku izin tinggal di Rumah Ibu dan Ayah. Satria harus sering kontrol ke Rumah sakit tempat ia dirujuk, dan jarak Rumah sakit itu lebih dekat dari Rumah Ibu dibanding Rumah kita, jadi aku minta tolong biarkan aku dan Satria tinggal di Rumah Ibu dan Ayah untuk beberapa hari ke depan."
Mas Rahman langsung melebarkan matanya mendengar izin yang aku ucapkan.
"Tinggal di sini?"
"Iya Mas, aku ingin tinggal di sini untuk beberapa hari ke depan."
"Tapi Via..!"
"Hai! Apa kau tidak dengar, Via dan Satria ingin tinggal beberapa hari di sini. Jadi kau tidak bisa melarangnya lebih baik kau pulang sana."
Mas Alfian menyahut memotong ucapan Mas Rahman.
Tapi lagi-lagi Ayah menegur Mas Alfian.
"Alfian, kau tidak boleh bicara seperti itu. Biarkan adikmu bicara dengan suaminya."
Setelah mengatakan itu, Ayah bangun dari duduknya dan mengisyaratkan Mas Alfian mengikutinya.
Dan dengan raut wajah yang terlihat terpaksa dan kesal Mas Alfian pun mengikuti Ayah, menuju taman belakang.
Tinggallah aku dan Mas Rahman di ruang keluarga itu.
Mas Rahman meraih tanganku.
"Via, kau harus ikut pulang dengan ku."
"Maaf Mas, aku tidak bisa aku kan sudah meminta izin padamu untuk tinggal di sini selama beberapa hari ke depan, karena Satria sedang sakit Mas."
"Kita bisa merawat Satria di Rumah secara bersama-sama kan?"
Aku tertawa mendengar ucapan Mas Rahman.
"Merawat Satria secara bersama-sama! Apa aku tidak salah dengar Mas? Bukankah selama ini hanya aku yang merawat Satria, dan kau! Jangankan untuk ikut merawat Satria, menanyakan dia sudah makan atau belum, bagaimana dengan kontrolnya hari ini, kau tidak pernah menanyakan itu Mas."
Sebisa mungkin aku menahan emosi agar tidak meninggikan suaraku di hadapan Mas Rahman, meskipun hatiku dongkol ingin rasanya berteriak sekencang-kencangya di hadapan Mas Rahman tapi lagi-lagi aku mengingat pesan dari Ibuku.
Mas Rahman terdiam lalu ia menunduk dan berkata.
"Maafkan aku Via, aku tahu aku salah. Dan aku berjanji mulai sekarang aku akan membantu merawat Satria."
Mas Rahman kembali meraih tanganku yang sempat aku tepis beberapa detik yang lalu.
"Via, maafkan aku."
Aku menarik nafas dalam-dalam.
"Baiklah aku memaafkanmu Mas, tapi aku ingin tetap tinggal di sini beberapa hari kedepan."
Bersambung......
❄️❄️❄️❄️❄️
Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Love banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
AFM
jangan mau di ajak pulang, Via
2023-02-13
1