Selamat! Membaca 🤗
❄️❄️❄️
Aku mengerjapkan mata yang masih terasa ngantuk.
Dan ketika aku berhasil membuka dengan sempurna kedua bola mataku ini, aku terkejut ternyata aku tidur di sofa.
Lebih tepatnya aku ketiduran di sofa, karena semalam aku ingat sedang melihat-lihat foto Satria sambil menunggu Via keluar dari Kamar, dan Karena Via tidak kunjung keluar aku malah ketiduran.
Aku bangun melangkahkan kaki menuju Kamar, dan ternyata pintu Kamar itu dikunci dari dalam.
Tok.
Tok.
Tok.
"Via, buka pintunya! Kenapa harus dikunci."Teriakku.
Namun tidak ada sahutan apapun dari dalam sepertinya Via sudah tidur nyenyak di dalam sana.
Aku melirik jam di dinding dan ternyata waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari.
Aku memutuskan untuk tidak menggangu Via dan Satria.
Aku hendak melanjutkan tidur di sofa, tapi sebelum itu aku berjalan menuju dapur terlebih dahulu untuk mengambil air putih karena tiba-tiba tenggorokan ku terasa kering.
Setelah sampai dapur, arah pandanganku tertuju pada meja makan,
bukan karena aku melihat hidangan di sana tapi aku melihat sebuah mangkuk kaca dan handuk kecil yang tergeletak di sana.
Ini seperti bekas mengompres, apa Satria panas!
Aku segera kembali menuju ke kamar dan mengetuk pintu.
CKLEEK.
"Ada apa Mas?"
Akhirnya Via membuka pintunya..
"Apa Satria badannya panas, aku melihat ada mangkuk dan handuk kecil di sana seperti habis di pakai untuk mengompres?"
"Iya, tapi sekarang sudah turun. Apa ada sesuatu yang kau butuhkan Mas, apa kau masih ingin melanjutkan marah mu?"
Mendengar sahutan dari Via, sepertinya ia masih kesal denganku.
"Tidak. Aku hanya ingin melihat Satria."
Via tidak mengatakan apapun lagi, ia hanya mundur beberapa langkah untuk memberikan aku jalan agar bisa masuk kedalam Kamar.
Aku mengusap rambut Satria, dia begitu nampak pucat dan sangat kurus.
"Via, apa kata Dokter tentang kondisi anak kita?"
"Masih sama Mas, Dokter Bram menyarankan membawa Satria ke Rumah sakit XXX untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, karena Dokter menemukan ada kelainan pada Satria, dan pengecekan itu hanya bisa di lakukan di Rumah sakit yang di tunjuk Dokter Bram karena di sana peralatannya lebih memadai."
"Kelainan! Apa maksudnya?"
Aku sungguh terkejut dengan penuturan dari Via, apa itu kelainan! bukankah Dokter hanya mengatakan jika Satria memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Tapi kenapa Dokter itu bisa mengatakan ada kelainan juga pada Satria.
"Kita akan mengetahuinya jika Satria sudah melakukan pemeriksaan, dan pagi ini aku akan berangkat ke Rumah sakit diantar oleh Mas Alfian."
"Kenapa harus pergi dengannya?"Aku kesal kenapa Via harus meminta Alfian untuk mengantarnya.
"Lalu aku harus pergi dengan siapa Mas kalau bukan dengan mas Alfian, apa kau bisa mengantarku ke sana?"
"Bisa, aku akan meminta izin kepada pak Burhan, dan pagi ini aku akan mengantar Satria ke Rumah sakit."
Rumah sakit yang ditunjuk oleh Dokter Bram masih berada di Kota yang sama dengan tempat tinggal kami, tapi Rumah sakit itu letaknya sangat jauh dari Rumah kami, bisa memakan waktu 2 jam lebih untuk sampai di sana.
Dan besok aku memutuskan, akan mengantar Satria ke Rumah sakit untuk melakukan pengecekan lebih lanjut.
"Baiklah, kita berangkat jam 07.00 pagi. Mas Alfian sudah membuat janji dengan Dokter spesialis anak di jam 09.30."
"Kenapa kamu melibatkan Mas Alfian lagi, Kau bisa kan bilang padaku? jika aku tidak bertanya soal Satria pasti kau tidak akan mengatakan padaku kalau besok Satria akan melakukan pengecekan di Rumah sakit XXX."aku sedikit kesal dan marah pada Via bisa-bisanya ia melibatkan Mas Alfian lagi.
"Sudahlah mas kau jangan meributkan soal itu, lagi pula, jika bukan mas Alfian yang aku mintai tolong lalu siapa lagi! aku bukan tidak pernah mengatakannya padamu, tapi kau yang tidak pernah peduli dengan apa yang ingin aku sampaikan. Jadi jangan salahkan aku jika aku lebih mengandalkan Mas Alfian, Ibu dan Ayahku."
Aku terdiam.
Via memang benar, jika ini salahku, aku yang tidak memperdulikan Via dan Satria aku yang tidak pernah mau mendengarkan Via jika dia menyampaikan soal kesehatan Satria.
"Baiklah, tapi lain kali aku tidak setuju jika kau meminta bantuan apapun pada Mas Alfian."
***********
Keesokan harinya.
POV Author
Via tengah bersiap-siap untuk ke Rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan pada Satria.
Begitupun dengan Rahman,
ia sudah meminta izin pada pak Burhan jika hari ini ia tidak masuk ke Pabrik karena harus mengantar anaknya ke Rumah sakit.
Tapi di saat mereka sudah siap berangkat dan Via pun sudah memesan taksi online tiba-tiba Rohmah datang dengan tergesa-gesa.
Wanita itu terlihat sangat panik!
"Ada apa Mbak?"
"Rahman, tolong Putri!"
Wajah Rohmah begitu memerah dan sangat ketakutan badannya bergetar bahkan dia datang ke situ pun diantar dengan tetangganya yang mengemudikan motor karena Rohmah tidak sanggup untuk melajukan motornya dengan kondisi yang panik seperti itu.
"Putri kenapa Mbak?"
Bukan cuma Rahman yang panik tapi Via juga panik dan cemas melihat Mbak Rohmah yang datang dengan ketakutan luar biasa di wajahnya.
"Semalam Putri badannya panas dan pagi ini dia mengalami kejang-kejang sebanyak dua kali, tolong bantu Mbak untuk membawa Putri ke Rumah sakit Rahman."
"Astaghfirullahaladzim!"Ucap Via dan Rahman secara bersamaan.
Sebagai seorang Ibu, Via tentu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Rohmah.
"Via, aku harus mengantar Putri ke Rumah sakit."
Via pun mengangguk.
"Pergilah Mas."
Dan akhirnya, Rahman pergi bersama Rohmah untuk mengantar Putri ke Rumah sakit.
Sedangkan Via harus pergi ke Rumah sakit seorang diri untuk membawa Satria.
Kali ini ia mengalah karena menyangkut soal Anak-anak.
Putri mengalami kejang dan itu sudah pasti keadaan darurat, oleh sebab itu Via mengalah membiarkan Rahman mengantar keponakannya ke Rumah sakit.
Tapi siapa sangka.
Itu semuanya hanyalah alasan dari Rohmah dan Jubaidah saja, wajah panik dan ketakutan yang ditampilkan Rohmah pun hanyalah akting belaka.
Sungguh luar biasa!
Wanita itu bisa menipu Rahman dan Via dengan ekspresi ketakutan akan keselamatan anaknya.
Rahman yang melihat Putri baik-baik saja di Rumah menjadi bingung,
tapi lelaki itu masih belum menyadari jika Rohmah sudah membohonginya.
Bersambung..
❄️❄️❄️❄️❄️
Terimakasih sudah berkunjung 🙏
Minta dukungannya 🙏
Love banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Mirna Loden Mirna Mirna
ko laki2 itu bodok skli yah mau ajah trus di bodoh2hin
2023-05-03
0
AFM
Rohmah tidak takut kena karma apa?
2023-02-13
0