Selamat! Membaca🤗🤗
❄❄❄
"Sudahlah mas, aku tidak mau membahas ini lagi karena sepertinya percuma jika aku mengatakan dan membahasnya pun kau tidak pernah mengerti,"kata Via yang semakin membuatku bingung.
Tapi lagi-lagi aku tidak mau memperdulikan omongan Via, aku menarik kursi di meja makan dan segera menyantap makan malamku yang sungguh berbeda ini.
"Kau masak sebanyak ini? Bukankah kau sedang berhemat?"tanyaku penasaran, karena sudah beberapa hari ini Via memasak menu yang sama yaitu tahu dan tempe tapi kenapa malam ini seperti di restoran bintang 5.
"Tidak! Ini semua makanan dari ibuku."
"Kau pulang ke rumah ibumu?"
"Tidak! Siang tadi ibu yang datang ke sini menjengukku dan Satria."
Aku menggangguk, karena hal itu juga memang sudah rutin dilakukan oleh ibu mertuaku, satu minggu sekali ia akan datang ke sini untuk menengok Satria cucunya.
Selesai dengan ritual makan malam, aku menuju ruang menonton TV, tapi bukan untuk menonton berita atau Sinetron.
Aku hanya ingin bersantai di sana sambil melihat-lihat media sosial milik teman-temanku.
Baru beberapa menit aku duduk sambil scroll-scroll ponselku tiba-tiba Via datang sambil membawakan satu gelas teh manis yang masih mengebul di tangannya.
Setelah meletakkan satu gelas teh itu di meja Via duduk di hadapanku.
"Mas!"panggilnya.
"Iya!"
"Kau tidak lupakan dengan percakapan kita tadi pagi?"
Aku mengerutkan kening setelah mendengar ucapan dari Via.
"Apa?"
Lagi-lagi Via menghela nafas berat.
"Mas, besok kita harus membayar uang listrik dan air. Apa kau masih tidak mengingatnya?"
Astaga!
Aku melupakan hal itu, aku lupa jika tadi pagi Via meminta uang untuk membayar listrik dan air. Tapi bagaimana ini! Uang bensinku pun sudah aku berikan kepada ibu untuk membayar arisan.
"Kenapa Mas?"
"Via, aku sudah tidak punya uang, kau tahu kan uang gaji bulanan ku ke mana saja, dan aku hanya menyisakan untuk bensin motorku selama 1 bulan bekerja."
"Lalu bagaimana dengan tagihan listrik dan air mas?"
"Ya itu terserah kau, aku sudah memberimu uang bulanan dan itu sudah termasuk untuk biaya listrik dan air."
"Tapi uang itu tidak cukup Mas!"
"Bukan tidak cukup, tapi karena kau yang terlalu boros menggunakan uang itu."
Mendengar ucapanku Via langsung berdiri dari duduknya.
"Jadi kau tidak mau memberi uang?"
"Bukan tidak mau Via tapi aku memang tidak punya uang lagi, aku baru memiliki uang lagi awal bulan nanti."
"Baiklah!"
Setelah mengatakan itu Via pergi masuk ke dalam kamar.
❄️❄️❄️❄️❄️
Keesokan harinya.
Seperti ucapannya kemarin Ibu Jubaidah mendatangi rumah Via di saat Rahman sudah berangkat bekerja.
Hari ini Rahman tidak sarapan di rumah ibunya karena pagi ini pun Via memasak masakan yang cocok untuk Rahman sehingga lelaki itu mau memakanya.
❄❄
Setelah mendapatkan info dari Rohmah jika Rahman sudah tidak ada di rumahnya ibu Jubaidah dan Rohmah segera menuju rumah Rahman untuk menemui Via.
Tentu ia tidak mau menunda lama-lama niatnya yang ingin melabrak menantu wanitanya itu.
Rohma melajukan motornya dengan sangat kencang karena ia pun sudah tidak sabar ingin melihat ibunya memaki Via.
"VIA!"
Wanita itu berteriak dengan sangat kencang ketika sudah sampai di depan rumah Rahman.
Via yang saat itu memang sedang berada di ruangan depan sedikit terkejut dan segera membuka pintu.
"Ibu, Mbak Rohmah. Ada apa pagi-pagi datang ke sini?"
"Memangnya kenapa jika aku dan ibu datang ke sini pagi-pagi apa kau tidak suka?"
"Bukan begitu mbak, Aku hanya bertanya?"
"Tapi pertanyaanmu itu seolah tidak menyukai jika aku dan ibu datang ke sini."
"Via saya ingin bicara denganmu!"kata Jubaidah menyela.
Via mengangguk dan segera mengajak ibu mertua dan kakak iparnya untuk duduk di ruang keluarga.
"Ada apa Bu?"
"Apakah sudah bosan menjadi istri Rahmah?"
"Apa maksud ibu?"
"Jika kau memang sudah bosan menjadi istri Rahman, Lebih baik kau tinggalkan saja suamimu itu daripada kau berstatus sebagai istrinya tapi kau tidak pernah memenuhi kewajibanmu sebagai seorang istri bahkan kau lebih sering menelantarkan Rahman."
Via tersentak dengan perkataan Ibu mertuanya itu.
"Apa Mas Rahman mengatakan sesuatu pada ibu?"
"Rahman tidak mengatakan apapun pada saya. Tapi apa kau tahu, kalau setiap pagi Rahman selalu sarapan di rumah saya. Karena kau tidak pernah memasak sarapan yang baik untuknya. Kau ini istrinya kan! Harusnya kau lebih mengutamakan suamimu itu dari segala-galanya kau harus mempersiapkan semua keperluan dan kebutuhan suamimu termasuk sarapannya di pagi hari."
"Aku sudah menyiapkan sarapan untuk mas Rahman setiap hati, tapi dia saja yang tidak mau memakanya."
"Itu karena kau memasak sarapan yang tidak bergizi untuk Rahman, Via, kau tahu kan suamimu itu bekerja keras banting tulang untuk menghidupi kau dan anakmu jadi kau harus memperhatikan kesehatannya."
"Jika memang di rumah Ibu ada masakan yang bergizi seimbang dan sehat untuk Mas Rahman, ya sudah biarkan saja Mas Rahman makan di rumah ibu."
"Apa! Kau gampang sekali berkata seperti itu, dengar Via. Rahman itu suamimu jadi kau harus bertanggung jawab untuk mengurusinya."
"Tapi Mas Rahman juga kan anak ibu. Apa salahnya jika anak ibu makan dan sarapan di rumah ibu, toh itu juga tidak setiap hari dan selamanya kan. Mas Rahman makan di rumah ibu, baru beberapa minggu ini saja, itu juga karena mas Rahman memberi uang bulanan yang tidak cukup untuk biaya hidup kami selama satu bulan, jadi ketika di akhir bulan seperti ini aku harus berhemat Bu."
"Bukan harus berhemat Via, tapi kau itu yang terlalu boros, menghambur-hamburkan uang suami seenaknya."
Via bangkit dari duduknya.
"Ibu, Maafkan aku jika aku berlaku tidak sopan. Jika ibu datang ke sini hanya untuk memaki dan menyudutkanku lebih baik Ibu pergi saja dari rumahku."
Jubaidah membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang dikatakan Via. Begitu juga dengan Rohmah, wanita itu tentu tidak terima jika Via berani mengusir ibunya.
"Via! Jangan kurang ajar kau, kau berani mengusir Ibuku dari rumah adikku sendiri."
"Ini rumahku Mbak!"
"Sudah biarkan saja Rohmah, dia benar-benar menantu durhaka yang berani mengusir Ibu mertuanya sendiri."
Tak banyak bicara, setelah mengatakan perkataan tadi Jubaidah pun menarik Rohmah untuk keluar dari sana.
"Ibu tidak boleh membiarkan Via seenaknya seperti itu, dia sudah kurang ajar berani mengusir Ibu ini kan rumah Rahman Bu!"
"Sudah Rohmah. Cepat kau nyalakan motor dan kita pergi dari sini."
Tak bisa berbuat apa-apa lagi, Rohmah pun menuruti permintaan ibunya ia segera menyalakan motor dan melaju menjauhi rumah Rahman dan Via.
Sebenarnya jarak rumah mereka tidaklah terlalu jauh, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki hanya dalam waktu beberapa menit saja.
Tapi, baik Rohmah atau Rahman mereka lebih memilih untuk menggunakan motor jika berkunjung ke rumah masing-masing.
Via menutup pintu dengan rapat setelah kepergian ibu mertua dan kakak iparnya itu.
Ia kembali ke dalam kamar untuk melihat Satria yang baru beberapa menit yang lalu tertidur.
Bersambung....
❄️❄️❄️❄️
Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Mohon dukunganya ya🙏
Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini agar Ntor bisa segera memperbaikinya.🤗🤗
Love banyak-banyak untuk semuanya❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Heny
Yg boros tu bkn istri mu tp ibu mu jatah sdh dikasi minta tambah lg
2024-12-23
1