Selamat! Membaca 🤗
❄️❄️❄️❄️❄️
Terlihat sekali raut kesal di wajah Rania.
"Terserah kalian saja, aku hanya menyampaikan fakta. Tapi jika kalian tidak mau terima yasudah,"kata Rania.
Aku sudah tidak memperdulikan lagi perdebatan antara Ibu, Mbak Rohmah dan Rania. Karena saat ini aku tengah fokus menyantap sarapan yang sangat nikmat ini.
❄️❄️❄️❄️
Setelah puas mengisi perut yang kelaparan sejak malam, aku memutuskan untuk berangkat ke pabrik.
"Rahman!"
Ibu memanggil dan tentu aku menghentikan langkahku menuju pintu depan.
"Iya Bu?"
"Rahman, Ibu bisa tidak minta uang 500.000?"
"Untuk apa Bu?"aku cukup terkejut karena ternyata ibu ingin meminta uang, baru saja tadi aku berdebat dengan Via karena masalah uang tagihan listrik dan air.
"Bulan ini ibu belum membayar arisan Rahman, kau tahu kan baru dua hari yang lalu ibu membayar biaya praktek di sekolah adikmu, jadi uang arisan ibu di gunakan untuk membayarnya, dan sekarang ibu harus membayar arisan itu."
Aku menghembus nafas dengan pelan, aku sangat tahu dan mengerti bahwa kebutuhan ibu sangatlah banyak ditambah lagi dengan biaya sekolah Rania yang cukup besar karena anak itu bersekolah di SMA elit dengan biaya yang tidak sedikit.
"Nanti aku usahakan ya Bu."
"Jangan cuma diusahakan Rahman, ibu harus sudah mendapatkan uang itu sore ini karena besok Ibu akan menyetorkannya."
Dan tidak ada pilihan lain aku pun mengangguk mengiyakan permintaan ibu, entah aku dapat uang itu dari mana. Mungkin saja aku akan menggunakan dulu uang bensinku yang penting Ibu bisa membayar arisannya.
"Baiklah Bu kalau begitu aku pamit dulu,"aku pun berpamitan pada ibuku dan mencium punggung tangannya.
"Hati-hati ya nak."
❄️❄️❄️❄️❄️❄️
POV Author
Selepas kepergian Rahman menuju Pabrik tempatnya mengais rezeki.
Jubaidah meminta Rohmah untuk mengantarkannya ke rumah Rahman tentu bukan untuk menemui putranya itu, melainkan menemui Via.
Wanita itu sepertinya sudah habis rasa sabar karena hampir setiap pagi putranya selalu sarapan di rumahnya.
"Untuk apa ibu ke rumah Rahman?"
"Apa lagi, tentu saja untuk memberi peringatan pada istrinya yang pemalas dan Boros itu."
Mendengar ibunya akan melabrak Via, Rohmah jadi bersemangat! tanpa berfikir panjang ia segera mengeluarkan motornya dan mengantarkan ibunya ke rumah Rahman, dengan membawa serta anaknya yang bernama Putri.
❄️❄️
POV Jubaidah.
Pagi ini aku memutuskan untuk melabrak menantuku yang pemalas dan boros itu.
Tentu saja aku harus melakukan itu karena aku sudah tidak tahan melihat putra semata wayangku yang harus berangkat bekerja dengan menumpang sarapan di rumahku ini.
Bukan cuma itu, Rahman juga sering bercerita padaku jika istrinya itu sudah sangat jarang melakukan tugasnya sebagai seorang istri.
Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan.
Aku menuju rumah Rahman bersama Rohmah, ketika Rahman sudah berangkat bekerja dan tanpa memberitahunya terlebih dahulu, karna jika aku memberi tahu Rahman sudah pasti anak itu akan melarang ku melabrak istrinya itu.
Entah apa yang ada di pikiran Rahman kenapa ia bisa tergila-gila dengan Via, apa karna dia cantik!
Tentu cantik saja tidak cukup bukan!
Dari dulu aku sudah tidak menyukai gadis itu, padahal dulu aku sudah menjodohkan Rahman dengan gadis yang tak kalah cantik dari Via, tapi mengapa anak itu tidak menerima perjodohan itu, bahkan ia sampai memohon padaku agar aku merestui hubungannya dengan Via.
Dan aku terpaksa merestui pernikahan mereka.
Sampai di Rumah Rahman.
Rohmah segera menepikan motornya.
Aku mengamati rumah yang nampak sepi itu.
"Ada apa Bu?"tanya Rohmah yang sudah menurunkan anaknya.
"Di dalam sepi, apa mungkin Via tidak ada di dalam?"
"Ibu ketuk saja pintunya, dia tidak mungkin berpergian."
Akupun setuju dengan apa yang di katakan Rohmah putri sulungku itu.
Aku mengetuk pintu rumah yang sekitar 2 tahun yang lalu di bangun putraku.
Ya..
Baru satu hari menikah dengan Via, Rahman memutuskan untuk hidup terpisah dari ku, dan itu pasti keinginan Via yang bermaksud menguasai Rahman sepenuhnya.
Dan ia pun membangun rumah di sini untung saja Rahman memilih membangun rumah di sekitar sini yang masih satu kampung dengan ku.
Membuatku masih bisa mengawasi mereka.
Namun sudah beberapa kali aku mengetuk pintu rumah itu, tidak ada sahutan apapun dari dalam, sepertinya Via benar-benar tidak ada di dalam.
Tapi di mana dia?
"Sepertinya Via tida ada di dalam,"kataku pada Rohmah.
Secara bersamaan tetangga Via mendatangi kami.
Diapun mengatakan jika sekitar 20 menit yang lalu Via pergi bersama putranya Satria, mungkin dia ker Rumah sakit untuk melakukan kontrol pada anak itu.
Lihat saja kelakuannya, dia hanya bisa membuang-buang uang dengan melakukan kontrol rutin pada Satria, padahal anak itu hanya menderita daya tahan tubuh yang lemah, itupun karena Via sendiri yang tidak becus merawat anaknya.
Di rasa lama jika harus menunggu Via pulang dari rumah sakit, aku dan Rohmah pun memutuskan untuk pulang dan akan kembali lagi esok hari setelah Rahman pergi bekerja.
❄️❄️❄️❄️
Sore hari.
POV Rahman
Setelah seharian bekerja akhirnya aku pulang juga.
Aku teringat dengan Ibuku yang tadi pagi meminta uang, dan akupun segera melajukan motorku menuju rumah Ibu sebelum pulang ke rumahku.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikummusalam! Rahman akhirnya kau pulang juga nak,"ibu terlihat senang dan bersemangat sekali ketika melihatku pulang.
Tidak seperti Via yang menjawab salamku tapi wajahnya selalu di tekuk.
"Kau sudah dapat uangnya kan?"
Aku mengangguk.
"Sudah bu, ini!" Aku menyerahkan uang yang ibu minta.
"Terimakasih nak, kau memang anak yang berbakti kepada orang tua."
Setelah memberikan uang itu pada Ibu, aku bergegas pulang ke rumah karena waktu sudah memasuki Maghrib.
❄️❄️❄️
"Assalamualaikum. Via!"
"Waalaikummusalam!"
Nah seperti itu Via hanya akan menyahut salamku tapi tidak menunjukkan batang hidungnya.
Aku bergegas masuk kedalam karena Via memang tidak pernah mengunci pintu di waktu aku pulang bekerja.
❄️
2 jam kemudian
Via menyiapkan makan malam, aku terbelalak karena menu makanan malam hari ini sangat berbeda dari sebelumnya.
"Tadi pagi aku ke dokter,"kata Via di sela-sela aktivitasnya yang tengah menyusun makanan di meja.
Dan aku sangat paham dari perkataannya itu, karena itu adalah kegiatan rutin yang di lakukan Via setiap Minggu, jadi aku tidak terlalu menanggapinya.
Tapi hal itu justru membuat Via marah!
"Mas, apa kau akan diam saja seperti ini ketika aku mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan Satria?"
"Lalu aku harus bicara apa?"
Terlihat sangat jelas kekesalan di wajah Via, entah apa sebabnya dia bisa kesal seperti itu. Sungguh aneh bukan!
Bersambung..
❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️
Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Mohon dukungannya 🙏
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini agar Ntor bisa segera memperbaikinya 🤗
Love banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Diajeng lope
namamu indah rahman tpi otaknya dangkal
2023-06-08
1
Mirna Loden Mirna Mirna
heran dengan rahman klu istri mnta uang blnja malah marah2 tpi klu ibunya mnta dia mau2 ajah
2023-05-03
1
Jang Nara
semakin menarik ceritanya tetap semangat ntor.
2023-02-07
1