Selamat! Membaca 🤗
❄️❄️❄️❄️❄️
Setelah sampai,
aku pun langsung masuk ke dalam Rumah Ibu dengan mengucapkan salam terlebih dahulu.
Tapi tidak ada sahutan dari dalam sepertinya Ibu dan Mbak Rohmah tengah sibuk berbincang sehingga tidak mendengar ucapan salam dariku.
Aku malah berpapasan dengan Rania yang keluar dari Kamarnya, dia ingin berangkat ke sekolah.
"Mas Rahman, ada apa?"tanya adikku itu.
"Di mana Ibu dan Mbak Rohmah?"
"Ada di dalam Kamar Ibu, ada apa Mas? Kenapa wajahmu terlihat tegang seperti itu apa ada sesuatu?"tanya adikku itu yang sepertinya sangat penasaran.
"Tidak ada apa-apa, cepat kau berangkat ke Sekolah sana ini sudah jam berapa,"sahut ku agar anak itu segera berangkat ke Sekolah dan tidak mendengar percakapanku dengan Ibu nanti.
"Iya Mas, oh ya apa sore nanti Mbak Via ada di Rumah, aku ingin main bersama Satria."
"Ada,"sahut ku dengan cepat agar anak itu segera keluar dari Rumah.
Raina Meraih punggung tanganku untuk salim dan ia bergegas keluar dari Rumah.
Setelah aku memastikan Raina keluar dari Rumah, aku segera menuju kamar Ibu.
Samar-samar aku mendengar perbincangan dari dalam Kamar Ibu, tapi aku tidak tau apa yang tengah menjadi perbincangan antara Ibu dan Mbak Rohmah, karena suaranya tidak begitu jelas terhalang oleh tembok dan pintu.
Aku memutuskan untuk mengetuk pintu itu dan langsung di buka oleh Mbak Rohmah
"Rahman! Ada apa kau datang kesini? Apa kau sudah lama ada di sini?"tanya Mbak Rohmah dengan ekspresi wajah yang panik.
Entah kenapa ia bisa panik seperti itu dengan kedatanganku yang menurutnya sangat tiba-tiba dan mengejutkan.
"Aku baru datang Mbak, aku langsung ke Kamar Ibu karena tidak ada siapapun di depan."
"Siapa Rohman! Apa itu Raina?"
Suara Ibu terdengar dari dalam, sepertinya Ibu belum menyadari jika aku yang datang mengetuk pintu kamarnya.
"Bukan bu, ini Rahman yang datang."
DUBRAK!
Setelah Mbak Rohmah mengatakan jika aku yang datang tiba-tiba aku mendengar suara benda terjatuh dengan sangat keras dari dalam Kamar Ibu.
Aku pun sangat panik takut terjadi sesuatu pada Ibu dan langsung bergegas hendak masuk kedalam.
Tapi Mbak Rohmah dengan cepat menghalangiku dengan kedua tangannya.
"Ada apa Mbak, Kenapa kau menghalangiku. Aku ingin masuk melihat Ibu, kau tidak dengar ada sesuatu yang jatuh dari dalam sana?"
"Tidak Rahman! Ibu tidak apa-apa, dan mungkin yang jatuh itu hanya sebuah buku atau kotak perhiasan milik Ibu,"kata Mbak Rohmah. Aku juga heran kenapa dia bisa bicara seperti itu padahal mbak Ralohmah belum melihat ke dalam.
"Tidak Mbak! Aku harus tetap memastikannya aku takut terjadi sesuatu pada Ibu,"aku tetap memaksa untuk masuk karena sungguh!
Aku benar-benar sangat khawatir dengan suara gubragan yang sangat keras itu.
"Rahman!"
Tiba-tiba ibu keluar dari balik punggung Mbak Rohmah, dan ibu terlihat baik-baik saja aku lega karena tidak terjadi sesuatu pada Ibuku.
"Suara apa tadi di dalam Bu? Apa yang terjatuh?"tanyaku dengan penuh khawatir ketika Ibu sudah ada di hadapanku.
"Bukan apa-apa Rahman, itu hanya suara kotak perhiasan Ibu yang jatuh,"kata Ibu, memberi alasan yang sama seperti Mbak Rohmah.
Tapi entah kenapa aku melihat kepanikan dan kecemasan di Wajah Ibu, tapi aku segera menepis hal itu dan mencoba berpikir positif mungkin saja Ibu kaget karena kotak perhiasannya jatuh.
"Ada apa kau datang ke sini Rahman? Apa kau ingin sarapan di sini?"tanya Mbak Rohmah mencoba mengalihkan perhatianku.
Karena memang tujuanku datang ke sini untuk menanyakan perihal kejadian kemarin pada Ibu dan Mbak Rohmah sehingga akupun tidak memperdulikan lagi benda yang jatuh dari dalam kamar Ibu.
"Tidak Mbak, aku sudah sarapan di Rumah karena Via menyiapkan sarapan untukku."
"Tumben sekali dia memberi sarapan baik untukmu, sepertinya nasehat Ibu benar-benar ampuh untuk istrimu itu."kata Mbak Rohmah tapi dengan nada sinis.
"Lalu untuk apa kau datang ke sini nak,"tanya Ibu dengan sangat lembut seraya memegang lenganku dan menuntunku untuk duduk di sofa ruang keluarga.
Aku merasa tak tega pada Ibu untuk menanyakan perihal Video yang aku terima dari Mbak Rohmah kemarin.
"Ada apa Rahman?"tanya Ibu masih dengan suara yang sangat lembut.
"Ibu aku...!"aku menggantungkan ucapanku karena sesungguhnya aku benar-benar sangat ragu untuk menanyakannya pada Ibu, aku takut jika Ibu tersinggung dengan pertanyaanku ini.
"Katakan ada apa, Ibu akan mendengarkan semua keluhan mu."
Dengan penuh keberanian akupun mengatakan apa yang ingin aku tanyakan pada Ibu.
"Ibu, aku ingin bertanya soal Video yang Mbak Rohmah berikan padaku kemarin sore, apakah Video itu benar-benar nyata! Maksudku apakah rekaman yang ada di Video itu tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya?"
Ibu dan Mbak Rohmah terkejut secara bersamaan mendengar pertanyaan ku itu.
Terutama Mbak Rohmah, wajahnya sudah sangat memerah dengan mata yang mendelik, berbeda sekali dengan Ibu yang seketika langsung memasang wajah setenang mungkin setelah beberapa detik terkejut.
Ibu kembali menggenggam lengan tanganku.
"Apa maksudmu nak?"
"Maaf Bu, apa isi dalam Video itu tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya? Dan apa kalian juga melakukan tindakan kekerasan pada Via di pagi itu?"
Kataku yang kembali mengulangi pertanyaannya.
Hiks...
Hiks....
Hiks...
Sungguh di luar dugaan, tiba-tiba Ibu menangis sesenggukan.
Ia menangkupkan kedua tangannya di wajah yang berderai air mata.
Sungguh pemandangan seperti ini sangat menyayat hatiku.
Selama bertahun-tahun aku tidak pernah melihat Ibu menangis seperti ini di hadapanku.
Aku segera meraih tangan Ibu.
"Ibu, kenapa? Apa kata-kata ku menyakiti hati Ibu?"
"Tentu saja kau menyakiti hati Ibu, kau keterlaluan Rahman. Tega bicara seperti itu pada Ibu,"Mbak Rohmah yang menyahuti ucapan ku dengan penuh amarah yang memancar dari kedua bola matanya.
Apa benar pertanyaan ku tadi menyakiti hati Ibu! Ya Tuhan aku merasa sangat bersalah pada Ibu.
"Ibu maafkan aku, aku tidak bermaksud menyinggung dan menyakiti hati Ibu, aku hanya ingin bertanya pada Ibu mengenai kebenaran dari Vidio yang di berikan Mbak Rohmah kemarin."
"Tapi pertanyaanmu itu seperti menuduh Ibu dan aku berbohong Rahman!"
Lagi-lagi Mbak Rohmah menyahuti ucapanku.
Sebenarnya aku sangat kesal dengan kebiasaan Mbak Rohmah yang seperti ini.
Dia selalu saja menyela dan memotong ucapanku.
Bersambung......
❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️
Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini agar Ntor bisa segera memperbaikinya 🙏
Love banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
AFM
Rohmah jubaidah. Enyah kau
2023-01-30
0