Helen terlelap di meja makan, saking lelahnya ia menunggu kedatangan sang suami, sampai samar-samar ia mendengar suara Cakra memanggilnya dengan lembut.
"Helen? Sayang, kamu tidur?" Suara lembut itu merasuk kedalam indera pendengaran Helen, ingin sekali gadis itu membuka mata dan segera menyambut suaminya, tapi entah kenapa matanya terasa berat hingga sedikitpun ia tak dapat melirik wajah tampan suaminya.
Kemudian ia mulai merasa tubuhnya diangkat oleh sepasang tangan kekar, "Apakah Tuan Cakra benar-benar menggendongku? Oh ya Tuhan, ini sweet sekali seperti yang ada didalam novel-novel." batin gadis itu yang masih tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian Helen merasa tubuhnya direbahkan di atas permukaan kain yang lembut dan wangi.
"Oh ya Tuhan jika ini mimpi jangan biarkan aku bangun, aku masih ingin merasakan kelembutan dan kenyamanan ini." batin Helen yang mengira bahwa itu semua adalah mimpi.
Baru saja Cakra menurunkan Helen di ranjang dan hendak meninggalkan nya, namun tiba-tiba gadis itu menahan lengan Cakra, "Apa ini? Kenapa seperti dejavu?" batin Cakra yang tiba-tiba mengingat saat dimana keduanya baru tiba di rumah ini.
"Helen, aku tutup pintu sebentar sayang." bisik Cakra dengan perlahan melepaskan tangan Helen yang menahannya.
"Jangan tinggalin aku..." Cakra berhenti mendengar suara yang keluar dari bibir seksi istrinya itu.
"Ternyata hanya mengigau." gumam Cakra.
"Kau tau Tuan, aku sudah siap menyerahkan semuanya untuk mu... " sambung Helen lagi dengan masih memejamkan matanya.
Tersenyum miring Cakra mendekat kearah telinga Helen, "Benarkah? Bagaimana jika aku memintanya sekarang?" bisik Cakra.
"Emmmmhhh..." gadis itu menggeliat, kemudian kedua tangan Helen meraih tengkuk Cakra dan ditarik untuk dipeluknya.
"Kau wangi, seperti suami ku... " terdengar lagi racauan Helen.
Posisi Cakra saat ini, dada bidangnya menindih dada kenyal milik istrinya, masih untung Cakra sigap dengan sedikit menopang tubuhnya menggunakan kedua tangannya agar tidak menindih penuh tubuh Helen.
Namun Cakra juga laki-laki normal yang pasti punya pikiran mesyum didalam otaknya, apalagi saat ini benda kenyal itu dihimpit nya, juga nafas hangat Helen kini menerpa telinga juga ceruk lehernya.
"Oh Shial, kenapa harus bangun sih!!" batin Cakra geram karena ia merasa sesuatu dibawah sana ada yang terbangun dan mengeras.
Perlahan Cakra berusaha untuk melepaskan diri, namun siapa sangka kalau kaki Helen bergerak dan tanpa sengaja paha mulus yang tertutup hotpants itu malah seperti mengelus benda keramat yang masih bersembunyi dibalik resleting itu.
"Ough...Oh Shi*t! Aku bisa gila!" geram Cakra bergumam.
Cakra pun mengangkat wajahnya dari ceruk leher Helen, laki-laki itu menatap wajah ayu yang masih asik terlelap di alam bawah sadarnya.
"Cantik." gumam Cakra dengan membelai pipi Helen, dan ketika jemari Cakra sampai di dagu, netra tajam yang mulai sayu itu terpaku pada bibir merah yang terlihat manis itu.
Perlahan tapi pasti, Cakra memangkas jarak wajah diantara keduanya, semakin dekat dan semakin dekat lagi hingga keduanya bertaut.
"Oh gila, ini sangat manis." batin Cakra dengan menyecap bibir Helen yang sedikitpun belum membalas ciumannya.
Terbawa suasana sebelah tangan Cakra mulai menggerayangi leher jenjang Helen dan perlahan mulai turun kebawah sampai pada belahan benda kenyal yang sama bersarnya.
Awalnya hanya meraba saja, semakin lama semakin gemas Cakra dibuatnya, jemari kekar itu perlahan mulai meremas gemas bongkahan benda kenyal yang sebelah kiri, "Ahhhh... "
Terbuka mulut Helen mengeluarkan suara desah manja yang membuat Cakra dapat menelusupkan lidahnya kedalam rongga mulut Helen.
Bertukar sliva keduanya, "Emh... emmmmhhh..." des'ahan demi des'ahan mulai terdengar di indera pendengaran Cakra.
Helen mulai merasa kesusahan bernafas, hingga gadis itu terpaksa membuka matanya, dan terbangun dari nyamannya alam bawah sadar, membelalak mata bulatnya mendapati sang suami yang dengan mata terpejam memagut dengan nikmatnya, juga tangan yang meremas gemas aset miliknya.
"Emm!!! emmmhh!!"
Dugh-dugh... dugh-dugh!! Helen memukul-mukul dada Cakra.
Terpaksa Cakra pun melepas pagutannya karena sang istri sepertinya terbangun.
Kedua netra itu saling bertatapan, namun beda arti, Helen yang masih dengan kebingungannya, sedangkan Cakra sudah dengan gairahnya.
Jemari yang masih stay di gundukan kenyal itu secara sengaja memelintir ujung benda kenyal itu.
"Ssshhhh... Ahhhh... " kelepasan Helen, gadis itu mengerutkan keningnya dengan pipi yang memerah, "Tu... Tuan..."
"Iya sayang? Apa? Hem? Nikmat bukan?" tanya Cakra yang di lanjut dengan mengecup ceruk leher Helen dan menyesapnya hingga meninggalkan bekas merah di sana.
Semakin menggeliat tubuh itu ketika Cakra memainkan permainan nya dengan kondisi Helen yang sadar diri. Gadis itu teringat tentang ucapan ibunya yang ingin segera menimang cucu, maka dari itu Helen hanya pasrah saat suaminya mulai menjamahnya.
Kecupan demi kecupan Cakra menjelajahi leher putih jenjang itu kemudian semakin menurun hingga tibalah wajah tampan itu diantara dua belahan kenyal yang sangat menggoda itu.
Dengan sedikit memaksa Cakra melepaskan T-Shirt ketat yang dikenakan istrinya. Tak terhalang kain setelah cup berukuran 40B itu di lepasnya juga.
Termangu Cakra melihat keindahan itu, "Tuan jangan liat, aku malu." gumam Helen dengan tangan yang perlahan bergerak hendak menutup aset berharga itu.
Dengan gerakan lembut Cakra menahan lengan Helen, "No baby, ini milikku." bisik Cakra tanpa mengalihkan pandangannya dari dua bongkahan besar nan kenyal itu.
"Perasaan dulu tidak sebesar ini." gumam Cakra lagi kemudian ia mengecup satu persatu kulit mulus itu dengan tangan yang masih menahan lengan Helen.
"Emhhh... sshhhh... uuuhhh..." berusaha menahan suara lucknut itu, Helen menggigit bibir bawahnya.
Cakra melahap salah satu ujung benda kenyal itu, dan menyesapnya juga memainkan lidahnya.
"Ahhhh..." loloslah satu desah manja dari bibir seksi Helen. Gadis itu merapatkan kedua pahanya ketika dibawah sana terasa berkedut.
Sedangkan Cakra yang merasakan gerakan kaki Helen, segera ia melepaskan tangan Helen dan jermari kekar itu mulai menggerayang turun kebawah.
Membuka kancing juga resleting yang ada di sana, sudah kepalang nafsu Cakra tak lagi lembut dalam membuang kain penutup itu, dengan kasar Cakra menariknya.
Kembali Helen menutup aset paling berharga itu dengan kedua tangannya, "Lepaskan baby." bisik Cakra dengan nafas yang sudah tak beraturan.
Menggeleng Helen, "No! Malu lah." lirihnya dengan wajah yang sudah memerah antara malu dan nafsu yang sudah menjadi satu.
"Apa yang membuatmu malu? Bukan kah dulu kita sudah melakukannya?" tanya Cakra.
"Tapi kan dulu aku mabuk." sahut Helen dengan pipi yang memerah.
"Ayolah baby, please, ijinkan aku untuk mengajakmu melayang." Entah sejak kapan CEO dengan julukan es batu juga yang bangga dengan sebutan Bukan Casanova itu pandai menggombal.
CUP! ciuman mendarat kembali di bibir Helen, kembali saling memagut keduanya, kini kedua tangan Helen meremas rambut juga tengkuk Cakra dengan lembut.
Tak mau membuang kesempatan Cakra menelusupkan jari tengahnya untuk menelusuri lembah semak belukar yang sedikit basah itu.
"Ahhhh..." lenguh desah kembali terdengar ketika jari itu mengobrak abrik lembah kenikmatan itu.
Setelah dirasa istrinya tenggelam dalam nafsu kenikmatan, Cakra melepaskan ciuman nya kemudian ia beralih pada lembah bawah yang sedikit basah itu.
Dilihatnya bentuk indah yang sedikit tersenyum itu, kemudian dikecupnya lalu tanpa ragu Cakra menjulurkan daging tak bertulang itu untuk menembus masuk kedalam lembah yang sedikit basah itu.
"Ouuuhhhh... yeah... emmmhhh... " kembali meracau Helen ketika Cakra mengobrak-abrik bagian bawahnya menggunakan lidah yang ia gerakkan keluar- masuk, naik- turun di sana.
Tak sadar Helen meremas rambut Cakra dan membusungkan dadanya, "Baby akuh... mau... Aaahhhh..." tak sampai selesai ia berucap, terasa seperti digelitik perut bagian bawah Helen, gadis itu merasa ada sesuatu yang keluar.
Cakra menjilat habis semua yang keluar dari lembah itu, wangi khas itu membuatnya ingin segera kembali mengulang kejadian masa lalu itu.
"Baby, kau siap?" tanya Cakra.
Tak menjawab Helen hanya mengangguk, mendapatkan kode persetujuan itu Cakra segera melepas T-Shirt yang dikenakannya dan kembali menyatukan kedua bibir mereka, dengan tangan Cakra yang sibuk melepas bawahannya, laki-laki itu kembali merangsang istrinya.
Setelah terlepas dari sangkarnya, terpampang lah pusaka yang kini telah berdiri tegak, menganga Helen mendapatinya, "Be... Baby... i... itu terlalu besar. " Spontan gadis itu menutup area bagian bawahnya.
"Ayolah sayang, aku sudah tidak tahan." rengek Cakra dengan mengalihkan lengan Helen dari sana.
"Apakah akan sakit?" tanya Helen yang ternyata merasa takut.
Cakra menggeleng pelan, "Kan dulu udah pernah, dia juga yang masuk." sahut Cakra.
"Ta... tapi... Ahhh..." Cakra menggesekkan benda pusaka itu di ganjalan kecil di sana.
"Apakah sakit?" tanya Cakra menghentikan kegiatannya. Helen menggeleng, Cakra pun mencari dimana pintu masuk kemudian berusaha melesakkan benda pusaka itu agar masuk ke dalam.
Ketemu, laki-laki itu menghentakkan, namun terasa sempit, "AAAww Sakiiiittthhh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments