Selama di dalam lift juga sepanjang perjalanan menuju ruangannya, Cakra sedikit pun tak melepaskan cengkeramannya di lengan Helen.
Dan gadis itu sedikitpun tak keberatan dengan kelakuan suaminya itu, sampai di dalam ruangan Cakra, Helen baru berani bertanya.
"Banyak gadis yang mendatangi anda kemari?" tanya Helen, entah mengapa dari sekian kata di dalam otak pertanyaan itu lah yang terucap.
"Iya." sahut Cakra jujur apa adanya.
"Membawakan makanan juga?" tanya Helen lagi.
"Iya." sahut Cakra dengan meraih paper bag yang ada di tangan Helen.
"Lalu? Kenapa hari ini anda susah-susah menyuruh Tomy untuk menelfon saya?" cecar Helen lagi.
"Iya." lagi-lagi kata menyebalkan itu yang terucap dari mulut Cakra.
"Iya?" Helen mengulang jawaban Cakra.
"Iya, gue maunya lo yang nganter makanan." sahut Cakra acuh, karena perutnya sudah mengharapkan hidangan lezat buatan Helen itu agar segera masuk ke dalamnya.
"Kembalikan masakan saya!" sewot Helen menutup kembali tempat bekal makan siang itu, melongo Cakra menatap istrinya yang bertingkah aneh.
"Kok lo ambil lagi sih?!" tanya Cakra dengan menahan emosi nya, bagaimana tidak marah, ia sudah lapar sekali dan tinggal satu langkah perutnya akan terisi, kini malah makanan itu di ambil kembali oleh si pembuatnya.
"Makan saja dari makanan yang mereka berikan!" ketus Helen dengan berbalik hendak meninggalkan ruangan itu.
"Hey, hey, hey... Jangan gitu dong." ucap Cakra dengan meraih lengan Helen dan menahan nya agar, gadis itu tidak pergi dari ruangannya.
Terdiam ditempat Helen tak menoleh ke arah suaminya, "Lo kenapa sih?" tanya Cakra dengan memiringkan kepalanya agar melihat ekspresi wajah Helen.
"Nggak papa!" ketus Helen menyahuti, bahkan gadis itu memalingkan pandangannya.
Cakra menaikkan salah satu alisnya, "Ya udah sini in makanan gue!" menengadah tangan Cakra meminta bekal makan siang yang ada digenggaman Helen.
"Minta saja sama gadis yang sering ngirim anda makan siang!" masih bernada ketus, kini bertambah dengan raut wajah yang di tekuk.
Terdiam Cakra, sepertinya laki-laki itu diam-diam mencerna setiap kata yang diucapkan oleh istrinya.
"Lo cemburu?" tanya Cakra spontan, dan itu membuat wajah Helen merona, pipi gadis itu memerah bak buah tomat yang siap panen.
"Heh, beneran lo cemburu? Hey... Liat gue!" ucap Cakra dengan meraih dagu Helen agar gadis itu menatap wajahnya.
Sekilas Helen menatap wajah Cakra, namun detik berikutnya Helen menepis tangan Cakra yang mencubit kecil dagunya.
"Apaan sih! Lepasin!" ketusnya masih dengan wajah yang memerah.
Cakra menyugar rambut hitamnya kebelakang, terlihat senyum tipis di sana.
"Dah lo tenang aja, gue nggak pernah terima makanan dari gadis manapun kok, gue kasih ke Tomy sama Bayu, kalau lo nggak percaya tanya aja sama mereka berdua." jelas Cakra.
Entah kenapa Cakra ingin sekali salah paham diantara dirinya dan Helen untuk segera di luruskan.
Terdiam Helen, gadis itupun mengatur nafas yang sebelumnya membuat dadanya naik turun tak karuan, seolah gejolak api cemburu di dalam hati mulai menyala jika mendengar suaminya itu bersama wanita lain.
Cakra menghela nafas panjang, demi mengisi perut yang mulai perih melilit ia menghaluskan suaranya, "Emm... Sini in dong kotak makan siangnya, kan lo udah capek-capek bangun pagi, buat bikin ini." ucap Cakra dengan perlahan meraih kotak makan yang ada ditangan Helen.
Sedikit menatap heran, Helen merasa dag dig dug ketika Cakra sang suami yang sah di mata agama juga di atas kertas itu berperilaku halus, ya... walaupun masih menggunakan bahasa lo, gue, tapi setidaknya Cakra kali ini tidak menggunakan nada ketus.
"Dah sini duduk dulu, lo pasti capek kan, jauh-jauh dari rumah ke sini, nyampe sini lo marah-marah kan dari pada lo balik pulang lagi mending di sini dulu temenin gue makan." cerocos Cakra dengan menarik lengan Helen agar kembali duduk di sofa, kemudian kedua tangan Cakra fokus membuka kotak makan yang mengeluarkan aroma yang sangat lezat nan menggoda perut itu.
"Tuan kok jadi kayak emak-emak sih? Banyak ngomong." cetus Helen tanpa sadar, dan itu membuat Cakra meliriknya tajam.
Tersadar Helen dengan ucapannya gadis itu kembali terdiam dan memalingkan wajahnya.
Terkejut Helen ketika satu sendok yang berisi makanan tersodor di depan wajahnya.
"Hak! Ayo buka mulut!" terdengar aneh suara Cakra, tapi jujur, itu membuat hati Helen serasa digelitik, ingin tertawa, tersenyum, dan melompat, sungguh bagaikan hujan bunga mawar yang harum juga indah, begitulah suasana hati Helen.
Jujur saja, gadis kuat itu juga wanita normal yang akan merasa bahagia jika diperlakukan manis, apa lagi oleh orang terdekatnya.
"Kok malah ngeliatin gue sih?! Ini sendoknya di depan loh!" ucap Cakra yang kembali menyadarkan Helen dari lamunan nya, sebelum petasan cabai keluar dari mulut suaminya, Helen segera melahap satu suapan dari sendok yang disodorkan tangan Cakra.
Memerah pipi Helen, gadis itu perlahan mengunyah dengan sesekali ekor matanya melirik Cakra yang saat itu sedang menyendok makanan dan segera melahapnya, juga dengan sendok yang sama, dan itu membuat Helen membelalak.
"Uhuk-uhuk-uhuk..." terbatuk Helen melihat sendok bekas dirinya dipakai sang suami untuk makan.
"Eh kenapa? Minum, minum, minum!" Cakra membukakan satu botol air mineral dan memberikannya kepada Helen.
Segera Helen meraih botol minum itu, dan meminumnya. Kemudian setelahnya diletakkan kembali botol itu di atas meja yang ada dihadapan keduanya.
"Pelan-pelan dong, baru makan satu sendok aja udah keselek." ucap Cakra dengan memberikan tissue untuk Helen mengelap mulutnya.
Makan siang yang penuh dengan adegan sport jantung itu pun selesai, namun Cakra tak membiarkan Helen pulang sendiri, ia meminta untuk Helen menunggu dirinya yang sebentar lagi akan pulang.
Duduk dengan sopan di sofa Helen sesekali menatap Cakra yang sibuk dengan pekerjaannya di meja kerjanya.
TOK... TOK... TOK...
Terdengar pintu ruangan itu diketuk seseorang dari luar.
"Masuk!" teriak Cakra tanpa memandang ke arah pintu.
Masuklah Tomy dengan satu orang laki-laki, Tomy mendekati meja Cakra sedangkan laki-laki lain itu duduk di samping Helen.
Cakra dan Tomy terlihat tengah berbincang dengan serius, sedangkan di sofa, Helen terlihat sangat tidak nyaman.
"Helen? Kamu Helen kan? Sedang apa kamu disini?" tanya laki-laki itu yang tak lain adalah Ferdi.
"Maaf, anda siapa ya? Sedang apa saya disini, itu bukan urusan anda!" ketus Helen yang sedikitpun tak mau mengenang laki-laki bejat yang telah mengkhianati cintanya.
"Ayolah Helen jangan begitu, ini aku Ferdi, aku minta maaf waktu itu aku di jebak." jelas Ferdi dengan meraih tangan Helen.
PLAK!!! Helen menyentak tangan Ferdi dengan kasar, bahkan Cakra sampai tercuri perhatiannya, CEO tampan itu melirik kearah dimana istrinya duduk.
"Maaf, saya tidak mengenal anda!" ucap Helen acuh, ia menggeser posisi duduknya.
"Helen, ku mohon, kita bisa berbaikan, kan?" tanya Ferdi dengan raut wajah sendu.
"BERISIK!!" Teriak Cakra dengan membanting map tebal yang berisi dokumen-dokumen milik Fredi yang tadi diberikan Tomy padanya.
"Saya menolak kerja sama kita!" tatapan dingin Cakra membuat Ferdi terdiam, terlihat ia memutar otak.
"Tapi pak, saya..."
Tomy mengisyaratkan agar Ferdi diam, mau tak mau Ferdi terdiam.
"Cak, lo yakin mau batalin kerja sama dengannya? Dia bisa jadi batu loncatan buat lo semakin maju di sini." jelas Tomy.
"Lo pikir gue butuh cecunguk kayak dia? Lo pikir gue nggak mampu berdiri di atas kaki gue sendiri?" terdengar nada emosi yang terucap oleh Cakra.
"Bukan gitu Cak! Lo belum baca dokumen nya, kan? Lagi pula, kenapa sih lo bisa tiba-tiba marah begitu? Apa gara-gara dia ngobrol sama bini lo?" tanya Tomy.
Terdiam Cakra begitu juga dengan Ferdi, dia tak kalah terkejutnya dengan ucapan Tomy.
"Iya ya gue kenapa marah? Toh dia cuma istri di atas kertas, bahkan semalam gue nggak tidur di kamar gara-gara dia." batin Cakra.
"Oh jadi kamu sudah menikah?" batin Ferdi dengan menatap sendu mantan kekasihnya itu.
"Dahlah lo urus dia, kalau kinerja bagus, kirim dia di cabang pelosok! Pokoknya gue nggak mau liat muka dia!" ucap Cakra yang segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya, tak lupa lengan kekar itu meraih pinggang Helen, merangkulnya dengan gaya suami posesif.
Duh kayak yang gimana ya mereka tuh? Eh reader ku tersayang, jangan lupa klik favorit juga like dan komentar ya, Othor do'a in semoga kalian sehat selalu, bay... bay... see you next episode... 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments