Setelah selesai dengan ritual mandinya, CEO tampan itu berdiri di depan lemari pakaiannya.
"HELEN!!!" Teriak Cakra, sudah dapat ditebak bagaimana ekspresi Cakra saat ini, pastilah dengan raut wajah yang sangat kusut.
Helen berlari dari arah dapur, gadis yang mengenakan T-Shirt hitam dan dipadu dengan hotpants putih itu baru saja selesai mandi.
Dengan rambut basah yang terurai dan aroma segar sabun mandi, Helen berdiri di depan Cakra, nafasnya masih ngos-ngosan.
"Ada apa?" tanya Helen dengan menyugar rambut panjangnya yang basah.
"Dasi gue mana?!" Hanya menanyakan dasi, Cakra harus berteriak memanggil Helen.
"Astaga Tuan Cakra Frankins! Dasi semua tertata rapi di sini ya! Kenapa harus teriak-teriak?!" ngotot Helen merasa geram juga gemas dengan suaminya itu.
"Kan lo istri gue! Kewajiban lo kan siapin perlengkapan gue!" cecar Cakra.
Melotot Helen dengan tangan yang berkacak pinggang, "Istri rasa pembantu, iya!" gerutu Helen dengan tangan yang menarik salah satu dasi yang tertata rapi di dalam lemari khusus dasi.
"Apa? Coba di ulang?!" tanya Cakra dengan menaikkan salah satu alisnya.
"Nggak!" melotot Helen berucap, "Ini dasinya!" gadis itu mengulurkan dasi yang berwarna maroon.
"Pasangin dong!" ucap Cakra yang berdiri dihadapan Helen, semakin membelalak mata bulat dengan bulu mata lentik itu mendapati suaminya yang terlihat tengah bermanja tapi masih dengan tampang dinginnya.
"Nggak!" ketus Helen dengan melangkahkan kaki hendak meninggalkan Cakra.
"Eits!! Menolak suami itu dosa loh." Cakra meraih lengan Helen kemudian berbisik di samping telinga gadis itu.
Terlihat Helen menghela nafas dengan memejamkan matanya, tanpa berbicara apa pun, bahkan raut wajah gadis itu masih ditekuk, tapi kedua tangan Helen segera mengikatkan dasi merah maroon itu di kerah baju suaminya.
Wajah serius Helen membuat Cakra tak henti-hentinya menatap lekuk wajah yang terbilang sempurna itu.
Mata bulat dengan bulu mata lentik, hidung bangir dan dibawahnya ada bibir sensual yang selalu terlihat manis dan menggoda.
"Astaga! Gue mikir apaan sih!" batin Cakra dengan mengalihkan pandangannya.
"Dah!" ucap Helen masih dengan nada ketusnya.
"Sepatu gue mana?" tanya Cakra yang seperti enggan membiarkan gadis di hadapannya itu berpaling darinya.
"Ya ampun, apa lagi ini? Kemarin yang lepas sepatu siapa? yang naro siapa?! Kek bocah ya!" gerutu Helen dengan emosi yang memuncak.
"Yang punya kewajiban melayani suami siapa? yang harus merapikan barang-barang suami siapa?" Skak Mat! Cakra seolah memutar balikkan kata-kata yang baru saja terucap dari mulut Helen.
Memejamkan mata dengan menghela nafas kasar, Helen berusaha untuk tidak marah.
"Hoe! Kalian apa-apaan sih? Pagi-pagi bukan nya sarapan malah berisik?" tanya Tomy yang tak sengaja berjalan melewati depan kamar Helen dan Cakra.
Terdiam keduanya, namun kemudian Helen berucap, "Cari saja sendiri sepatumu! Aku mau masak!" Sungguh sudah memuncak emosi gadis itu.
Melotot mata Cakra, ia hendak mengejar Helen yang sudah keluar dari kamarnya, namun Tomy menghentikan dirinya.
"Wait, wait, wait!! Ada apa sih? Pagi-pagi marah-marah, nggak biasanya loh, ini juga pembahasan sepatu, biasa sepatu lo simpan sendiri, cari sendiri, kenapa sekarang manja?" cibir Tomy, yang memancing agar Cakra mengatakan perasaannya.
"Apaan sih lo! Awas minggir gue mau keluar!" ketus Cakra dengan berjalan melewati Tomy yang berdiri di depan pintu kamarnya.
Tomy hanya menggeleng, heran dengan kelakuan Bosnya yang tidak biasanya bermanja-manja itu.
...💐💐💐💐💐...
Drama pagi hari selesai kini Cakra sudah tiba di dalam perusahaan besar milik ayahnya yang kini sudah turun kepadanya.
CEO tampan itu kini tengah duduk bersandar di kursi kebesarannya, tengah ruwet otak dan pikirannya karena pekerjaan semakin menumpuk, dan banyak dokumen yang salah pengerjaannya.
"Tom!" panggil Cakra, laki-laki yang tengah sibuk dengan gawai nya itu pun segera merespon panggilan sang bos.
"Hem? Apa?" tanya Tomy.
"Ntar lo sama Bayu balik ke New York, urus beberapa berkas ini! Dan juga meeting dengan beberapa kolega di sana, di sini biar gue yang handel dulu." ucap Cakra dengan memijit keningnya.
"Ok siap!" sahut Tomy yang segera keluar dari ruangan itu.
Deerrrttttzzzz... Deeerrrrtttzzz...
Disaat Cakra baru saja menghembus nafas lega, kini gawai canggih berukuran pipih itu bergetar, tanda ada notifikasi satu pesan singkat masuk.
Tercuri perhatian Cakra, ia pun meraih gawai yang baru saja bergetar itu, terbaca satu pesan yang ternyata dari salah satu pengawal bayangan yang diam-diam dia perintahkan untuk terus mengawasi istrinya.
📥 [Bos cantik, terpantau keluar bersama dengan ibu-ibu komplek.]
Cakra membiarkan saja karena masih dalam mode aman entah sejak kapan laki-laki itu mengawasi Helen Valensia, harinya seolah ada yang kurang jika sedetik saja dia tidak mendengar kabar istri yang selalu di jahilinya itu.
Senyum mengembang di wajah dingin Cakra.
📤 [Coba kau kirimi gambarnya!]
Pesan perintah itu terkirim, dan aneh nya Cakra tak sedikitpun meletakkan ponselnya, ia masih saja memantau layar ponsel itu dan juga masih di laman yang sama, di via chatnya bersama dengan si pengawal bayangan.
Deerrrttttzzzz... Deerrrttttzzzz...
Segera Cakra mengindahkan suara getaran itu dan melotot mata tajam Cakra kala ia melihat foto yang dikirim pengawal bayangan itu...
📥
📤 [Kau! Sekarang share lokasi!]
Cakra segera beranjak dari tempat duduknya, dan segera meninggalkan kantor.
"Cak lo mau kemana?" tanya Bayu yang saat itu hendak memasuki ruangan Cakra.
"Gua ada urusan, bentar!" sahut Cakra.
"Tapi didepan ada Celine nyariin lo, katanya ada undangan dari perusahaan bapaknya ngundang kita ke acara pesta gitu." jelas Bayu.
"Gue sibuk! Lo yang urus! Gue terima jadi aja!" sekali lagi Cakra menyahut, lalu kemudian ia berjalan meninggalkan Bayu.
Setibanya Cakra di lantai bawah tepatnya ketika langkah kakinya melewati meja resepsionis, seorang gadis dengan tampilan modis berdiri dari duduknya dan menghampiri Cakra lengkap dengan senyum manisnya. Ya... gadis itu adalah Celine yang selalu mengejar Cakra.
"Beib, kamu turun? Kamu mau kita makan siang? Atau kita hang out sebentar, atau..."
"Security! Tolong urus dia!" Sela Cakra memanggil security, kemudian berlalu keluar dari gedung megah itu.
Terlihat gadis cantik itu menahan emosi juga malu, karena sudah sekian kalinya ia ditolak oleh laki-laki dingin itu.
Sampai di basement Cakra sudah tak lagi menggubris siapa saja yang bertanya atau pun sekedar menyapanya, pikiran nya sudah dipenuhi dengan amarah yang membuncah karena melihat tampilan istrinya yang mengekspos perut ratanya.
"Kurang ajar, memangnya mau dia perlihatkan kepada siapa kulitnya itu?! Nggak akan gue biarin!" gumamnya dengan memasuki mobilnya.
...💐💐💐💐💐...
Di sebuah kafe...
Terlihat Helen bersama dengan beberapa ibu-ibu komplek, mereka terlihat akrab padahal belum ada seminggu mereka bertemu.
Ya... Helen memang gadis yang mudah diajak bergaul, toh dia dulu adalah instruktur senam jadi mudah saja dirinya untuk bersosialisasi, karena sudah biasa berbaur dengan lingkungan baru.
"Bagaimana jika mulai besok kita senam sore saja?" ucap seorang wanita dewasa bernama Charoline.
"Ah nyonya Charoline ini terlalu bersemangat." ucap Helen berbasa-basi.
"Alah dia mah cuma pengen di bagian BL(Body Language) nya aja itu." Cetus salah seorang ibu-ibu lagi yang bernama Agata.
"Eh ya kan sekarang lagi musim pelakor, BL itu penting lo say, gimana beb, jepit, lepas, jepit, lepas gitu, kan?" cecar Charoline.
"Iya Nyonya Charoline benar, itu bagus juga buat mengencangkan otot-otot panggul." jelas Helen sedikit.
Deerrrttttzzzz... Deerrrttttzzzz...
Ponsel Helen berdering dan itu panggilan dari ibu Rosma yang tak lain adalah ibu kandung nya.
"Nyonya, saya permisi sebentar." pamit Helen ketika hendak mengangkat telfon.
Gadis itu berjalan meninggalkan dua ibu-ibu sosialita itu setelah mendapat persetujuan.
Di dekat toilet Helen mengangkat telfon...
"Halo buk? Ada apa?" tanya Helen setelah menggeser tombol hijau.
📞 "Iya nduk, ibuk cuma kangen." sahut suara dari seberang telfon sana.
"Iya nanti Helen telfon lagi ya, ini Helen lagi di luar." ucap Helen.
📞"Nggak nduk, ibuk cuma mau tanya, gimana sudah ada tanda-tanda positif belum? ibuk pengen segera menggendong cucu nak." Terdiam Helen mendengar ucapan ibunya dari seberang telfon sana.
Seolah sesak mengisi penuh hatinya, bahkan setelah terucap sahnya ijab qobul, Cakra belum benar-benar menyentuhnya, bahkan laki-laki itu lebih seperti mempermainkan dirinya.
"Nanti Helen kabari lagi ya buk!" ucap Helen kemudian ia mematikan telfonnya sampai sebuah tangan dengan cepat menarik lengannya, "PULANG SEKARANG!!"
Duh kira-kira siapa ya beb itu?
Like dan komentar dulu dong, yuk cari tau di next episode...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments