"CAK?! CAKRA!! WOY LO DIMANA?!!" terdengar suara Tomy berteriak dari ruang tengah.
"Tuh kan beneran Tomy!" ucap Helen dengan melepas pelukan Cakra.
"Biarin aja, emangnya kenapa?" enteng sekali Cakra berucap, bahkan terlihat senyum jahil menghiasi wajahnya.
"Tuan jangan begini, malu kalau dilihat." lirih Helen dengan memalingkan wajahnya.
Akhirnya Cakra menurut, keduanya naik ke daratan, melihat baju Helen yang sangat terlihat seksi karena basah, Cakra melepas kemejanya yang juga basah dan memakaikannya untuk menutup lekuk tubuh yang tercetak jelas itu.
"Maksudnya apa coba? Toh sama-sama basah ini." ucap Helen dengan menampilkan raut yang malu-malu.
"Setidaknya tidak terlihat jelas, dimata laki-laki lain." sahut Cakra dengan membenarkan kemeja yang menutupi tubuh Helen, sejenak keduanya saling memandang dan, CUP!!!
Tertahan nafas Helen ketika sekilas Cakra mendaratkan ciumannya di bibir Helen yang membiru.
"Diam di sini dulu, jangan keluar, ok!" Cakra berpesan kali ini nada yang digunakan laki-laki berstatus suami itu tidak lagi ketus, sangat lembut dan nyaman didengar.
Setelah Helen mengangguk setuju, Cakra berlari mendekati jemuran dan meraih salah satu celana bokser kering yang ada di sana, tanpa malu laki-laki itu melepas celana basahnya dan mengganti dengan celana bokser yang kering.
"YAK!! Tuan, apa yang kau lakukan?!" teriak Helen dengan menutup wajahnya.
"Bukankah kau pernah melihatnya?" sahut Cakra dengan menoleh ke arah Helen berdiri, kemudian ia melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumah.
Sungguh dag-dig-dug rasanya jantung Helen, gadis itu masih merasakan panas-panas hangat ditelinga dan pipinya.
"Duuuhh aku kenapa sih?! Kok malah jadi gugup gini?" gumam Helen dengan berjalan menuju kursi malas yang ada di sisi kolam.
Sinar mentari sore ini cukup hangat untuk dirinya berjemur setelah berendam cukup lama di dalam kolam tadi.
...💐💐💐💐💐...
Cakra masuk kedalam rumah hanya mengenakkan bokser, bertelanjang dada CEO tampan itu menemui Tomy yang saat itu bersama dengan Bayu.
"Ada apa?" tanya Cakra tanpa basa-basi, namun kedua sahabatnya itu malah melongo melihat atasannya yang sore-sore begini sudah bertelanjang dada.
"Lo, nggak habis main kan? Masih sore lo ini?" tanya Tomy dengan memicingkan matanya.
"Dasar OMES!!" teriak Cakra sekaligus dengan menempeleng kepala Tomy yang asal ceplos itu.
"Ya kan, siapa tau kan, lo main mumpung kita lagi di kantor, terus rumah sepi, kan bisa di mana aja, bisa pose apa aja, bisa berfantasi liar bro." cerocos Tomy, sedangkan Cakra hanya menghela nafas, ia beralih ke Bayu.
"Gimana Bay?" tanya Cakra.
"Loh loh loh kok gue dicuekin sih?!" tak terima Tomy mengejar Cakra yang menghampiri Bayu.
"Diem lo OMES!" cetus Cakra.
Tomy terdiam, kemudian Cakra membahas tentang keberangkatan Bayu dan Tomy yang akan lepas landas sore nanti, juga tentang masalah perusahaan apa saja yang harus mereka tangani, juga kolega mana saja yang perlu di setujui kerja samanya.
"Ok kalian berkemas aja dulu, gue mau kebelakang!" titah Cakra yang langsung di setujui oleh kedua sahabatnya itu.
"Siap Bos!" sahutnya bersamaan.
Cakra dengan hati yang berbunga-bunga berjalan menuju halaman belakang, tercengang ia ketika tak mendapati istrinya di tepi kolam.
Disapukan pandangannya ke seluruh penjuru halaman belakang itu, dan di sana, di atas kursi malas, ia mendapati seorang gadis dengan kemeja putihnya yang hampir setengah kering tengah berbaring dengan hangatnya sinar mentari sore.
"Hai." Cakra menyapa dengan menutupi sinar matahari yang menerpa wajah Helen.
"Iiiihhh awas ah!" ucap Helen dengan menyingkirkan tubuh suaminya.
"Galak banget sih." gerutu Cakra.
"Ya lagian, ganggu orang berjemur aja, aku kan dingin." gumam Helen dengan mengerucutkan bibirnya.
"Jangan lama-lama berjemurnya, nanti kulit yang bersih mulus ini memerah." bisik Cakra dengan mengelus pelan perut rata Helen yang terbuka.
Memejamkan mata Helen berusaha menahan rasa gelanyar yang menjalari tubuhnya.
Tanpa aba-aba Cakra mengangkat tubuh Helen ke dalam gendongannya, "YAK!! Tuan apa-apaan sih?!" teriak Helen spontan dengan mengalungkan tangannya di leher kokoh suaminya.
"Mandi sudah sore!" ucap Cakra dengan membawa Helen masuk kedalam rumah.
Tanpa menurunkan Helen dari gendongannya Cakra berjalan memasuki kamar mandi yang ada didalam kamarnya, mulai panik Helen saat tau dirinya dibawa kedalam kamar mandi.
"Tu... tuan turunkan aku, anda tidak akan macam-macamkan?" tanya Helen dengan menatap wajah suaminya.
"Memangnya mau apa?" Cakra balik bertanya, dengan perlahan menurunkan Helen kedalam bath up dan mulai menyalakan kran air hangat.
Masih duduk si samping bath up Cakra memandangi istrinya yang terlihat malu-malu, "Aku mau mandi, tuan pergi sana!" ucap Helen dengan mencipratkan air kearah Cakra.
"Iya, iya ini aku juga mau mandi kok." sahut Cakra dengan berjalan menuju ruang yang hanya dibatasi kaca transparan, ya laki-laki berstatus suami itu melakukan ritual mandinya di bawah shower.
Memerah wajah Helen melihat samar-samar tubuh kekar tanpa busana itu di bawah guyuran air shower.
Menunduk Helen tak berani menatap lagi kearah kaca transparan yang memperlihatkan tubuh indah suaminya.
"Jangan lama-lama berendam nya, aku mau mengantar Tomy sama Bayu ke bandara." ucap Cakra dengan melilitkan handuk di pinggangnya.
Tersentak Helen keluar dari fantasi liarnya, "Hah... eh... i... iya." mengangguk patuh Helen menyahuti.
Setelah Cakra keluar dari kamar mandi, Helen segera menyelesaikan ritual mandinya, ketika ia keluar dari kamar mandi ia mendengar suara deru mesin mobil yang kian menjauh, tak mau berlama-lama Helen segera berganti pakaian dan keluar dari kamar, gadis itu menuju dapur untuk menyiapkan makan malam untuk dirinya dengan sang suami nanti.
-
-
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, namun Cakra tak kunjung pulang, "Kok belum pulang sih?" gumam Helen dengan melihat kearah jam dinding.
Menunggu memang terasa lama dan membosankan, tapi ini sudah hampir lima jam Helen menunggu sang suami, sampai gadis itu meletakkan kepalanya di atas meja makan dengan beralaskan kedua tangannya, perlahan rasa kantuk menghampiri netra gadis itu dan akhirnya Helen terlelap.
...💐💐💐💐💐...
Di bandara, Cakra baru saja melepas kepergian dua sahabat juga bawahan kepercayaannya, ia pun tak mau berlama-lama lagi di tempat itu.
Dengan langkah kaki yang semangat Cakra berjalan mendekati mobilnya, berpikir ingin segera pulang dan menyatroni istri cantiknya.
Tapi baru saja ia membuka pintu mobil, seseorang memanggilnya, "Tuan Cakra?" suara gadis itu terdengar sampai ke telinga Cakra, hingga membuat CEO tampan itu menoleh kearah sumber suara.
Terlihat di netra Cakra seorang gadis muda dengan laki-laki yang mungkin seumuran dengan ayahnya tengah berjalan mendekatinya.
CEO tampan itu mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobilnya, demi menghargai orang tua yang ternyata adalah koleganya itu.
"Waaaahhh ternyata Stela benar, ini Tuan Cakra ya? Bagaimana kabarnya? sudah lama anda tidak menyambangi kota ini." tanya orang tua itu yang tak lain adalah Steven ayah dari Stela.
"Oh saya baik, anda apa kabar?" tanya Cakra dengan menjabat tangan orang tua itu.
"Baik, saya baik, tidak enak ngobrol sambil berdiri, bagaimana jika kita makan di sana?" pertanyaan yang berujung ajakan secara paksa itu terucap oleh Steven.
Mau tak mau Cakra menerima ajakan Steven, akhirnya mereka bertiga berbincang sambil makan di sebuah resto yang dekat dengan bandara.
Sebenarnya merasa risih Cakra dengan Stela yang tak henti-hentinya memandangi dirinya, jika saja tidak menjaga image orang tuanya, Cakra pasti sudah pergi meninggalkan tempat itu, sampai sebuah pertanyaan meluncur dari mulut gadis itu, yang membuat Cakra semakin muak.
"Tuan Cakra, apa anda mendapat undangan dari perusahaan ayahnya Celine?" tanya Stela dengan suara yang dibuat sehalus mungkin.
"Iya." sahut Cakra dingin.
"Waaaahhh... Daddy, Stela bolehkan datang bersama dengan Tuan Cakra?" terlihat gadis itu memohon.
"Loh kan Daddy juga mau ke sana, kenapa harus bareng sama Tuan Cakra?" tanya Steven yang sedikit kurang setuju dengan keinginan gadis yang baru berusia 20 tahun itu.
Mengerucut Stela karena tidak diperbolehkan untuk keacara pesta bareng dengan Cakra, namun berbeda dengan Cakra, ia malah terlihat mengulum senyum bahagia, karena bisa terlepas dari gadis manja itu.
Terlihat Stela seperti menyusun kata-kata untuk membujuk Steven, namun sebelum itu Cakra sudah lebih dulu berpamitan.
"Tuan Steven, maaf ini sudah terlalu larut, dan istri saya di rumah pasti sudah menunggu saya, permisi saya duluan ya?!" ucap Cakra dengan menjabat tangan Steven.
Steven hanya menganggukkan kepalanya, namun berbeda dengan Stela, sepertinya gadis itu terkejut dengan kata istri yang di ucapkan Cakra barusan.
Cakra tak mau lagi berlama-lama di sana, ia segera menuju mobilnya dan menyalakan mesin mobil itu dan menginjak pedal gas untuk menyusuri jalanan malam itu.
Tak perlu waktu lama, Cakra kini sudah tiba di halaman rumahnya, segera Cakra keluar dari mobil dan memasuki hunian mewah yang terlihat sepi itu.
"Keman Helen? Tak biasanya gadis itu diam." gumamnya dengan memasuki kamar, kosong pandangan Cakra melihat isi kamar yang begitu hening dan sepi.
"Mustahil, dia tidak ada di kamar." Segera berganti pakaian, Cakra keluar dari kamar sudah mengenakkan celana santai selutut dan juga kaos ketat berwarna hitam.
Saat langkah besar itu menuju ruang tengah dan melewati meja makan, Cakra melihat sosok yang terlihat menunduk.
"Siapa itu?" Cakra mendekati sosok berambut panjang yang tengah menundukkan kepalanya dia atas meja makan.
"Astaga Helen?...
Cuz... di like dan komentar, jangan lupa klik favorit juga, biar author makin rajin up nya...
See you next episode my readers, bay bay... 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments