DHUBRAK!!
Pintu gudang terbuka secara paksa, reflek Cakra menarik Helen kedalam pelukan nya.
Terlihat di balik pintu yang terlepas dua engselnya itu, sosok Alinda dengan tampang garangnya berdiri nanar menatap sang kakak.
""Lo gila Lin!" teriak Cakra ketika melihat Alinda lah yang membuka paksa pintu itu.
"Lo yang gila! Lo main sama cewek ini kan?! terus kenapa lo nggak kasih restu buat hubungan gue sama Krisna?!" cecar Alinda dengan menahan bulir bening yang mulai memburamkan netra bulat nya.
"Kakak udah di apa in sama pecundang ini?" tanya Alinda kepada Helen, Cakra membelalakkan mata nya ketika mendengar adik kandung nya menyebut dirinya sebagai pecundang.
"Jaga mulut lo ya!" Gertak Cakra dengan menunjuk wajah Alinda menggunakan jari telunjuknya.
"Emang bener, kan lo pecundang! Memang nya mau di sebut apa?! Laki-laki yang sudah meniduri wanita tapi tidak berani bertanggung jawab, kalau bukan pecundang?!" dengan mendongakkan wajah nya demi menatap kakak kandung nya, Alinda mendebat Cakra.
"Sudah-sudah kalian jangan pada ribut, memang nya kalau nasi sudah menjadi bubur mau di apakan lagi?!" Kini Helen menengahi kedua nya.
Alinda beralih menatap Helen, "Kak, hati mu itu terbuat dari apa? Bahkan kau tidak menuntut nya! Aku sudah mendengar semuanya dari luar, kalau kalian membahas masalah keintiman, maaf sebelum nya, tapi aku sebagai adik nya Cakra tetap akan memaksa si pecundang ini untuk bertanggung jawab."
"Tidak, tidak, aku tidak butuh itu, lagi pula tidak ada ikatan cinta, akan kemana hubungan rumah tangga kami nantinya?" sahut Helen dengan penolakan.
"Lalu jika sampai ada baby yang tumbuh di dalam perut mu, apakah kau akan dengan kejam memisahkan baby kecil itu dengan keluarga kami?" memutar balikkan ucapan Alinda adalah jago nya.
"Alin! Nggak usah sok dewasa deh lo! Lo cuma mau kalau gue nikah lo bisa resmi pacaran sama Krisna kan?! Nggak akan!" Tegas Cakra.
"Ya... itu salah satu nya! Tapi setidak nya gue nggak munafik, gue suka ya bilang suka, gue nggak kek lo!" mendongak dengan tatapan tajam Alinda menatap kakak kandungnya itu.
Wajah Friska terlihat memucat mendengar perdebatan diantara kedua cucunya itu, perlahan tubuh yang sudah menua dengan kulit yang mengeriput itu duduk di lantai dengan meluruskan kakinya, perlahan nafas panjang dihirup oleh nenek dua cucu itu.
Alinda menoleh ke belakang, "Astaga, Nenek!" Dengan segera Alinda mendekat ke arah nenek nya.
Cakra yang tak kalah panik pun juga berjongkok di samping nek Friska, "Tuan cepat anda gendong Nenek dan bawa ke dalam kamar! Bisa jadi dia syok." ucap Helen, yang langsung di lakukan oleh Cakra.
Tanpa pikir panjang Helen mengikuti langkah besar Cakra yang tengah memasuki sebuah ruangan, yang tak lain adalah kamar pribadi Friska.
Helen dengan sangat hati-hati dan telaten membantu Cakra untuk memposisikan wanita tua itu agar tidurnya nyaman.
Setelah memastikan nenek tua baik hati itu rebahan dengan posisi yang nyaman Helen segera keluar dari kamar, gadis itu membuatkan teh hangat untuk si nenek baik itu.
...💐💐💐💐💐...
Malam Harinya terlihat suasana seperti biasa, makan malam kali ini berlalu begitu lama sampai Helen yang sudah menghabiskan makanan nya harus menunggu yang lainnya.
Frans menatap Helen dan Cakra bergantian, "Kalian akan menikah seminggu lagi." ucap Frans yang membuat Cakra menyemburkan minuman yang baru saja di seruputnya.
"Uhuk-uhuk-uhuk!!" terbatuk-batuk Cakra dengan menepuk dadanya.
Sedangkan Helen hanya membulatkan kedua netranya.
...💐💐💐💐💐...
Kini kedua mempelai pengantin baru itu tengah duduk di atas pelaminan, saling berdiam diri entah apa yang ada di pikiran masing-masing.
Tapi tiba-tiba Helen tertawa kecil dengan menutup mulutnya menggunakan tangan yang masih berhiaskan Henna dan berlian.
"Hihihi..." Mungkin bayangan Cakra saat menyemburkan air minum nya membuat gadis itu tertawa kecil.
Dirasakannya saat ini tatapan tajam tengah tertuju padanya, namun tak berarti itu menghentikan tawa jahatnya, terdiam sejenak gadis itu dengan ekor mata yang melirik ke arah suaminya yang tengah menatapnya tajam.
Namun Helen malah dengan sengaja membelakanginya, dan melanjutkan tawa nya dengan menutup mulutnya.
Terlihat Cakra menarik nafas panjang dan menghembuskan nya kasar, mungkin ia merasa ditertawakan oleh Helen.
Sengaja Cakra menarik pinggang ramping istrinya dan ditariknya agar punggung yang berselimut kebaya putih itu menempel pada dada bidangnya.
"Lo ngetawain gue? Hem?!" bisik Cakra tepat di samping telinga Helen, dengan mengeraskan rahangnya.
Netra Helen membulat gadis itu merasakan debaran yang berbeda, nafas seolah terhenti, bahkan tawa yang menggelitik hati menghilang begitu saja entah terbawa apa.
Menggeleng pelan Helen menyahuti bisikan Cakra barusan, "Jawab gue!" sengaja Cakra menarik dagu Helen hingga gadis berstatus istri itu menoleh kepadanya.
"Widih... akhirnya nikah juga lo Bos!" ucap Tomy yang tiba-tiba datang di hadapan kedua mempelai itu.
Terpaksa Cakra harus melepaskan Helen kembali karena, Tomy bawahan juga sahabatnya itu datang untuk memberi selamat.
"Semoga sakinah mawaddah warahmah, dan segera launching baby yang comel-comel ya?" ucap Tomy dengan cengengesan, dan memberikan amplop besar berwarna coklat.
"Bacot aja lo!" gertak Cakra dengan suara berbisik. Tomy mendekat ke arah samping telinga Cakra, "Ini dari gue dam temen-temen yang lain, merek nggak bisa datang cuma nitip salam." bisiknya yang kemudian mengedipkan salah satu matanya.
"Awas lo sampai aneh-aneh!" ancam Cakra, namun Tomy segera bersalaman dengan Helen dan memberikan selamat.
"Selamat ya, Bos cantik, hati-hati dengan rudal balistik malam nanti akan meluncur." ucap Tomy yang membuat Helen mengerutkan alisnya.
"Maksudnya?" tanya gadis polos itu.
"Nggak ada maksud! Udah pergi! Pergi! Pergi!" sahut Cakra dengan mendorong Tomy agar segera pergi dari hadapan mereka.
"Hahaha... Gue tunggu kabar baiknya Bos! Semoga nggak karatan ya!" masih sempat-sempatnya Tomy berucap dengan tertawa, namun kaki tetap berjalan meninggalkan pelaminan.
"Sial tu bawahan! Minta di potong gaji apa gimana sih?!" gumam Cakra dengan kembali duduk.
Helen yang tidak tau apa-apa memilih untuk diam, setidaknya laki-laki tadi sudah menyelamatkan jantungnya yang hampir saja berhenti berdetak.
Malam semakin larut, tamu undangan pun juga sudah kembali ke kediaman masing-masing.
Helen berniat untuk membantu membereskan ruangan yang baru saja di gunakan untuk berpesta itu, namun Kista melarangnya.
"Helen, kamu sedang apa? kamu istirahat saja, biar pelayan yang membereskannya!" ucap Kista.
"Tapi, Tan..." Kista menatap menantunya yang hendak memanggilnya dengan sebutan Tante.
"Em... Mamah, itu em... Kamar..." terdiam Helem bingung mau berkata apa.
"Ayo Mama antar, kamar Cakra ada di sebelah sini! Nggak usah malu-malu, kamu sekarang sudah menjadi anak mama juga." cecar Kista dengan terus menggiring Helen menuju kamar Cakra.
CEKLEK!!
Cakra tersentak kaget, amplop coklat yang ada di tangan nya tak sengaja tersobek dan bercecerlah barang yang ada di dalamnya, tak mau di curigai Cakra menggeser barang-barang yang bercecer itu ke bawah ranjang menggunakan kakinya.
Kista membukakan pintu kamar yang tertutup itu, "Dah kamu masuk, selamat istirahat." tersenyum Kista meninggalkan kamar pengantin itu.
Helen menyaksikan pintu kamar yang tertutup, kemudian ia berbalik di sana ia mendapati Cakra yang duduk memunggunginya.
"Em... Tuan, kamar mandi di sebelah mana ya?" tanya Helen dengan suara lirihnya.
Sedangkan Cakra hanya menunjuk sebuah pintu yang ada di samping kanan nya.
"Oh... Ok." sahut Helen menandakan kalau gadis itu mengerti.
Saat kaki jenjang Helen mulai melangkah menuju kamar mandi, gadis itu kembali menoleh dan melihat handuk yang tergeletak di samping kaki Cakra.
"Maaf Tuan, handuknya." ucap Helen dengan sopan.
"Punya tangan kan? Ambil sendiri bisa, kan?" Ketus Cakra berucap.
Menghela nafas Helen segera berjalan mendekati Cakra, kemudian ia menunduk dan meraih handuk yang tergeletak itu dan...
SRAK...
"Tuan? Ini apa?" tanya Helen yang memungut satu sachet bungkusan yang bertuliskan SUPER MAGIC.
Menoleh Cakra, "Berikan!" ucap Cakra dengan merebut benda satu sachet yang berwarna hitam itu.
"Tissue Super Magic itu apa? Apa itu semacam obat? Apa Tuan selama ini sakit?" pertanyaan beruntut keluar dari mulut Helen, sedangkan Cakra terlihat memejamkan matanya dengan memijit pelipisnya.
"Tuan pusing? Sebentar saya panggil kan mama dulu ya?" ucap Helen dengan beranjak dari tempatnya, namun baru satu langkah, lengan Helen di tahan oleh Cakra.
"Nggak perlu! Udah sono mandi lo!" ketus Cakra berucap.
Helen pun hanya terdiam dan kembali menuju kamar mandi, Cakra masih memantau istrinya itu sampai punggung ramping itu menghilang di balik pintu kamar mandi.
"TOMY GILAAAAAA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments