Cakra terus saja mengumpat dengan tangan yang mengumpulkan benda lucknut yang di berikan para sahabatnya untuk hadiah pernikahannya.
"Dasar cabul, penjahat kelamin, kumpulan Casanova gila! Mereka pikir gue nggak bisa?!" gerutu Cakra masih dengan mengumpulkan sachet-sachet tissue lucknut itu.
"Dasar sahabat gila! sahabat nggak tau di untung! lihat saja nanti bulan ini gaji mereka nggak akan turun, awas aja! Beraninya mereka! Malu gue, malu! Untung aja tu cewek polos, nggak ngerti kegunaan benda lucknut ini!" menghela nafas sejenak Cakra setelah mengumpat panjang kali lebar.
Pria berstatus suami itu berbalik masih dengan memegangi bungkusan-bungkusan hitam itu, "HUWA!!" teriak Cakra terkejut dengan kembali melemparkan benda yang ada ditangannya.
Karena saat ini Helen sudah berdiri di hadapan nya dengan rambut basah yang terurai.
"Ada apa Tuan?" tanya gadis itu dengan polosnya.
"Bikin kaget aja lo!" sentak Cakra.
Mengerucut bibir Helen, "Saya kan cuma mau tanya lemari baju saya dimana? Toh saya penghuni baru dikamar ini." ucap Helen.
Cakra menghembus nafas kasar.
"Di sana! kau cari saja sendiri!" Cakra menunjuk salah satu lemari yang ada di balik tirai transparan, yang sepertinya itu memang ruang ganti.
"Oh ok Tuan!" langkah kaki Helen segera menuju ruangan yang tertutup tirai transparan itu.
Cakra sempat mengamati istri nya telah hilang dibalik tirai penutup ruang ganti, memastikan kalau Helen telah sibuk dengan memilih baju ganti, Cakra dengan cepat mengumpulkan kembali sachet demi sachet benda lucknut yang ia sebar barusan.
Setelah selesai dengan benda yang memalukan itu, Cakra berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
...💐💐💐💐💐...
Setelah keluar dari kamar mandi Cakra hanya melilitkan handuk di pinggangnya, laki-laki itu tak mendapati siapapun di sana, ia pun melanjutkan langkah besarnya menuju ruang ganti.
"Kemana dia?" gumam Cakra yang tak melihat sosok istrinya di mana-mana, hanya mengenakan T-Shirt putih ketat dengan celana santai selutut Cakra keluar dari ruang ganti, dan di sana, dilihatnya seorang gadis dengan piyama kimono berwarna merah tengah berdiri di balkon.
Angin malam berhembus menerbangkan helaian-helaian rambut panjang yang terurai, Kimono berbahan tipis itu pun melambai-lambai menambah kesan seksi pada gadis itu.
Sesegera mungkin Cakra menepis pikiran kotornya yang merasuk ke dalam otaknya, di tengah keasikannya menikmati pemandangan indah itu, tiba-tiba Helen berbalik dan dengan senyum yang terkembang menghiasi wajah cantiknya.
Langkah kaki jenjang itu perlahan mendekat ke arah Cakra, perut rata di balik piyama kimono yang terlepas ikat taliny dengan hiasan pusar indah di tengah, membuat Cakra susah payah menelan saliva yeng terasa mencekat.
Nafas Cakra memburu dada bidangnya terlihat naik turun seolah mengatur oksigen yang merasuk ke dalam paru-paru.
Tanpa sadar tangan kekar itu seolah meraih helaian rambut yang melambai berterbangan menerpa wajahnya.
Wangi khas vanila membuat Cakra memejamkan matanya, ingin rasanya ia membelai kulit halus mulus yang terlihat menggoda itu.
Semakin terbawa alunan syahdunya hembusan angin malam, "Bernarkah dia berlari mendekat?" batin Cakra ketika ia melihat tubuh seksi itu berlari kearahnya, terbentang kedua lengan Cakra bersiap menyambut tubuh yang indah nan menggoda itu, hingga, BRUGH!!
Sebuah bantal menghantam wajahnya, "Tuan! Helooooo!! Anda sakit? Anda tuli?" pertanyaan tak mengenakkan indera pendengaran itu terdengar di telinga Cakra.
Pria itu tersadar dengan memegangi bantal yang baru saja menghantam wajahnya.
"Jadi? Hanya halusinasi? Oh tidak, sepertinya otak ku mulai tidak waras." gumam Cakra dengan membanting bantalnya ke ranjang.
"Tuan? Anda tak apa?" tanya Helen dengan memegangi pundak Cakra.
Menggeleng Cakra tak menyahuti dengan suara, "Apakah anda gugup?" tanya Helen dengan memiringkan kepalanya demi melihat wajah sang suami.
Mengerutkan alis Cakra mendengar pertanyaan Helen, "Pernikahan ini tak berdasarkan cinta, jadi anda tenang saja, saya tidak akan melakukan kewajiban saya malam ini." ucap Helen terdengar tanpa beban.
"Diamlah!" ketus Cakra yang segera membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk yang nyaman itu.
"Loh loh loh... Tuan! Kenapa anda tidur di sana?" tanya Helen dengan berkacak pinggang.
"Ini kamar gue! Kalau gue nggak tidur di sini, gue tidur dimana?!" mendengus kesal Cakra menyahuti ucapan Helen.
Meleyot bibir gadis berstatus istri itu, "Terus saya, dimana?" tanpa beban sedikitpun Helen bertanya.
"Bukannya kita sudah sah sebagai suami istri? Jadi sah-sah saja kan kalau kita tidur satu ranjang." ucap Cakra sambil rebahan dengan menggunakan tangan kanan nya sebagai bantal.
"Tapi..."
"Dah lo tenang aja, gue nggak minat sama tubuh lo!" ketus Cakra.
"Bagaimana saya bisa percaya kalau malam itu Tuan yang sudah memulainya!" cecar Helen mengingat malam kelam itu.
"Astaga itukan..." terdiam Cakra, ya malam itu yang dipengaruhi alcohol bukan dirinya melainkan Helen, "Ya itu buktinya suami ini laki-laki normal yang tertarik dengan lawan jenis." sahut Cakra asal.
Terdiam kini malah Helen yang sedikit takut, "Tuan janji ya nggak akan meminta hak mu malam ini!" lirih Helen dengan memainkan jari-jarinya.
"Aaaarrrggghhh berisik lo!" Cakra bangun dari posisi rebahan nya dan menarik lengan Helen hingga, BRUGH!! Gadis itu duduk di atas ranjang di samping Cakra, "Dah lo tidur di sini!" ucap Cakra, kemudian ia menggeser duduk nya dan meletakkan dua guling sebagai pembatas diantara keduanya.
"Tuan janji ya jangan melewati batas!" ucap Helen sebelum ia merebahkan tubuhnya.
"Hem!" sahut Cakra acuh, kini kedua nya mulai terlelap dan melarungi dunia mimpi masing-masing.
Sampai terdengar bunyi kokok ayam jantan menandakan kalau fajar mulai menyingsing, Cakra merasakan ada sesuatu yang berat menimpa perut dan dadanya.
Mata pun enggan untuk terbuka, rasa kantuk masih menjalari nya, dengan hanya mengumpulkan tenaga, pria itu membalikkan posisi hingga ia merasa menindih benda kenyal yang hangat.
Bahkan sesuatu yang awalnya aman di tempatnya kini malah ikut terbangun dan mengeras.
Tanpa sadar ia menggerakkan pinggulnya menggesek pelan yang menciptakan rasa nyaman.
Helen terganggu dengan gerakan yang mengusik pantat bulatnya, dengan terpaksa gadis itu membuka matanya.
Sipit mata yang baru beradaptasi dengan cahaya lampu itu mendapati lengan kekar yang memeluk dada berisi nya.
Sedangan gesekan yang terasa di bagian belakang tubuhnya semakin lama semakin terasa mengganjal saja.
Helen menoleh dan wajah Cakra dengan mata terpejam menikmati kegiatan paginya itu terlihat sedikit oleh netra Helen.
"Tuan maaf, anda sedang apa?" tanya Helen yang menyadarkan Cakra, terlihat wajah Cakra memerah kemudian tanpa membuka matanya, Cakra segera memunggungi Helen dan menarik selimut besarnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Helen yang terbebas dari lengan kekar itu sesegera mungkin beranjak dari ranjangnya, ia memasuki kamar mandi.
Terlihat Cakra membuka sedikit selimutnya dan menatap punggung istrinya yang sudah menghilang di balik pintu kamar mandi.
"Haaaaahhhh aku sudah gila! Apa yang ku lakukan barusan?!" gumam nya lirih.
"Kamu juga! Kenapa bangun di saat yang tidak tepat! Memalukan!" oceh Cakra dengan menyentil benda keramatnya.
"Ssshhhh aw!" meringis karena sentilannya terasa sakit mengenai si benda keras itu.
...💐💐💐💐💐...
Sebelum berangkat ke Prancis Helen dan Cakra berkumpul diruang tengah bersama semua keluarga.
Rasa canggung menjalari hati Cakra ketika perdebatan nya dengan Alinda, dan Alinda menantangnya untuk mencium Helen.
Beruntung Cakra saat itu karena Helen segera berjalan meninggalkan ruang tengah itu.
"Emang dasar kampret si Alinda!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments