"Lo sengaja ya?" Tersentak Helen kemudian kembali menyimpan tangannya di belakang punggungnya.
Cakra menyeringai entah mengapa ekspresi Helen yang terlihat sangat kikuk itu mampu menggelitik hatinya.
"Sengaja apanya? Tidak, awas saya mau ambil baju anda!" Helen berdiri dengan menyentuh dada Cakra lagi untuk mendorongnya agar menyingkir dari hadapannya. Tanpa memandang suaminya, Helen segera berlari, menuju ruang kerja Cakra karena di sana lah koper Cakra berada.
"Hey... Hati-hati, awas nabrak pintu!" teriak Cakra dengan seulas senyum yang menghiasi wajahnya.
"Hehe... Lucu juga." gumamnya dengan terus memandangi punggung Helen yang semakin menjauh itu.
...💐💐💐💐💐...
Langit kian menggelap, panasnya cahaya sang surya kini berganti dengan dinginnya sang rembulan malam yang bersinar dengan indahnya.
Waktu makan malam tiba, Helen dengan cekatan menyiapkan menu makan malam sendiri, gadis itu memang tidak suka merepotkan penghuni rumah itu hanya sekedar untuk membantunya.
Ditengah-tengah keasikannya memasak tiba-tiba terdengar air tumpah di dekat mini bar yang ada di belakang Helen.
"Yah tumpah." suara laki-laki terdengar sampai ke telinga Helen, hingga gadis itu menoleh tanpa mematikan api kompor.
"Tuan sedang apa?" tanya Helen yang mendapati Cakra lah yang membuat suara barusan.
"Gue nggak sengaja numpahin air minum, ambilin lap dong!" perintah Cakra tanpa memandang kalau Helen saat itu sedang memasak.
Tanpa pikir panjang, Helen segera berlari mengambilkan lap untuk mengelap lantai yang basah.
Segera menunduk Helen mengelap lantai basah yang ada di hadapan Cakra, sedikitpun Cakra tak berpindah dari tempatnya, posisi Helen saat ini menunduk di depan Cakra.
Ingin sekali Cakra menjahili Helen, laki-laki itu menundukkan kepalanya, namun hidung Helen mencium aroma tak sedap.
Ya wajan yang masih di atas kompor tadi gosong, gadis itu teringat dengan kompor yang sama sekali tidak di matikan.
Segera berdiri Helen dan DUGH!!
"Aduh!!!" mengaduh Cakra ketika hidung bangir nya terbentur kepala Helen dengan sangat keras.
Sedikit pun Helen tak menghiraukannya, gadis itu berlari ke arah kompor dan segera mematikannya.
Cakra masih mengelus hidungnya yang memerah, "Aw! Sshhhhh!!!" mendengar keluhan sang istri, Cakra segera berlari dan mendapati tangan Helen yang memerah.
Tanpa pikir panjang kini Cakra mengecup jemari Helen yang sepertinya baru saja terkena wajan panas, tak cukup dengan mengecup Cakra pun mengul-um nya.
Melongo Helen, tapi jujur saja rasa sakit itu kini telah berkurang, "Bagaimana bisa merah begini?" tanya Cakra setelah melepaskan jemari lentik itu dari mulutnya.
Tak menjawab Helen malah sibuk menata hati, pikiran, dan juga detak jantungnya.
PLETAK!! Dengan keras Cakra menyentil kening Helen.
"Aw!!" mengaduh gadis itu dengan memegangi keningnya dengan menggunakan sebelah tangannya.
"Ditanya tu jawab! Bukan malah melongo!" gertak Cakra dengan mengerutkan alisnya.
"Jawab ya jawab sih, ngapain coba pakai nyentil segala! Kan sakit!" mengerucut bibir Helen dengan nggedumel.
"Ya udah jawab!" sentak Cakra dengan nada tingginya.
"Tuan bisa nggak sih! Nggak usah teriak-teriak, saya ini belum tuli, telinga saya masih dapat mendengar dengan baik!" cerocos Helen dengan kesal.
"Heh!!! Mendengar dengan baik? Barusan aja, gue tanya lo nggak jawab, lo bilang nggak tuli? Heh..." cibir Cakra dengan Berkacak pinggang.
"Kalian berdua apaan sih?! Tinggal makan malam dong, ribut banget deh!" ucap Tomy yang baru saja tiba di dapur.
Melihat Tomy masuk kedalam dapur, Helen dan Cakra sekilas saling memandang, kemudian keduanya sama-sama saling mengalihkan pandangannya.
Helen meninggalkan dapur yang masih berantakan itu untuk berlari ke kamar demi mencari salep dan obat untuk luka bakar.
Sedangkan Cakra, Tomy dan Bayu menyiapkan menu makan malam untuk mereka berempat.
"Ekhem... roman-romannya ada yang mulai perhatian nih." cetus Tomy dengan menata piring di atas meja makan.
"Hah? Apa Tom? Gue ketinggalan berita, kah?" sedikit menunjukkan rasa kepo Bayu bertanya kepada Tomy.
"Ah lo mah sibuk kerjaan mulu, makanya update dong." sahut Tomy, Cakra hanya melirik sekilas tak paham dengan perbincangan kedua sahabatnya itu.
"Ya lo tau sendiri, kan kalau gue nggak kerja ntar dipotong gaji, hehehe..." tertawa cekikikan Bayu dan Tomy.
"Terus, terus, terus apa nih berita ter up to date nya?" Semakin memanas pergibahan malam itu.
"Ya kaya yang lo liat tadi, keknya temen kita ini udah mulai tumbuh benih-benih perbucinan." jelas Tomy dengan berekspresi layaknya penyanyi solo yang menjiwai.
"Berisik kalian ya!" teriak Cakra dengan melempar buah jeruk ke arah Tomy dan Bayu, tapi kali ini dengan ketangkasannya Tomy dapat menangkap jeruk yang melayang kearahnya.
"Widih... ada yang marah nih." masih cekikikan kedua pemuda jomblo itu.
"Diem ah Tom, ntar dipotong gaji loh." ujar Bayu dengan meletakkan sayur panas di atas meja makan.
"Bukan apa-apa sih, gue seneng aja kalau liat sahabat gue ternyata masih normal masih tertarik dengan lawan jenis." ucap Tomy.
"Oh jadi selama ini lo pikir gue belok?!" ketus Cakra, kini ia bersedekap dengan memandang kedua temannya.
"Hehehe... Bukannya gimana-gimana ya Bro, lagian selama kita clubbing, kita ngadain party, kita bahkan pernah mengunjungi pesta pantai yang isinya begituan, gue nggak pernah liat lo tertarik sama body bohay mereka loh, bahkan hampir setiap hari Celine dan Stela selalu mepetin lo dengan cara kirim makan siang, dan lo juga nolak." cecar Tomy.
"Kalau udah begitu, siapa coba yang nggak mikir kalau Tuan CEO kita ini tidak tertarik dengan lawan jenis?" imbuh Tomy dengan menghempaskan pantatnya di kursi.
Cakra terdiam, laki-laki itu seolah berpikir, "Tapi bukan berarti gue belok, itu tandanya gue berhasil membatasi diri gue sendiri!" cetus Cakra.
"Nggak kek lo berdua yang udah main celup sana celup sini! Awas lo ntar kena penyakit menular, hih..." bergidik ngeri Cakra setelah berucap.
"Enak tau Bro, lo belum pernah nyobain kan?" goda Tomy dengan menaik turunkan kedua alisnya.
"Cobain apa? Lagi ngomongin apa sih? Kayak nya seru banget." tiba-tiba Helen bertanya, entah sejak kapan Helen berdiri di sana, dan itu membuat Cakra kelabakan.
"Hah? em... itu sayurnya gue belum pernah nyobain sayur panas." celetuk Cakra asal.
Tomy dan Bayu saling pandang, kemudian sama-sama saling mengendikkan bahu mereka.
Helen tak mau berpikir ruwet, gadis itu segera berjalan mendekati meja makan, "Anda belum pernah mencoba sayur ini Tuan?" tanya Helen dengan halus, itung-itung balas budi karena Cakra tadi sudah memberikan sedikit perhatiannya.
"Eh tunggu-tunggu!! Biar gue aja, kan tangan lo masih sakit!" Cakra merebut piring yang ada di tangan Helen, dan mengambil sendiri makanannya.
"Ekhem... jomblo minggir Bay." ucap Tomy yang segera membawa sepiring makanannya pindah dari meja makan itu, dan di ikuti Bayu yang juga membawa makanannya.
"Eh kalian mau kemana?" tanya Helen yang tidak paham dengan kode bahasa Tomy.
"Em... ke depan Bos, di sini panas." sahut Tomy asal.
Setelah kepergian Tomy, Helen kembali bertanya kepada Cakra, "AC nya mati ya Tuan? Eh enggak, ini masih terasa dingin kok." gumam Helen.
"Dah lo nggak udah gubris mereka! Diem, duduk terus makan!" dengan nada ketus Cakra menyuruh Helen.
Gadis itu hanya menurut saja, dan makan dengan perlahan karena tangan kanan nya masih terasa perih.
Melihat Helen yang kesusahan memegang sendok, Cakra merebut sendok yang ada di tangan Helen.
"Loh kok di ambil?" tanya Helen bingung.
"Dah diem lo!" masih dengan raut datar dan nada ketusnya Cakra berucap.
Helen tertegun, untuk kedua kalinya ia mendapatkan satu sendok suapan nasi dari suaminya itu.
"Buruan! Tinggal buka mulut aja kenapa sih? Lama banget! Ntar kalau lo kurus gue yang kena marah!" gerutu Cakra.
Helen menurut, gadis itu menerima setiap suapan dari Cakra, "Oh jadi cuma karena itu, heh... PD sekali aku berpikir kalau dia tulus dari dalam hatinya." batin Helen di sela-sela makan malamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments