GREP!!
Tersentak Helen ketika tiba-tiba seseorang memeluk tubuhnya dari belakang, "Diam dan jangan berteriak!" suara tak asing itu lagi, ya suara Cakra yang berbisik.
"Tuan Muda, jangan seperti ini! Tidak baik jika ada yang melihatnya." bisik Helen masih dengan posisi membelakangi Cakra.
Dengan gerakan cepat Cakra memutar tubuh gadis yang ada di hadapannya itu, kini keduanya saling berhadapan namun Helen segera memalingkan pandangannya, tak mau ia beradu tatap dengan netra tajam laki-laki tampan di hadapannya.
"Lihat gue!" ucap Cakra dengan penuh penekanan, tangan kanannya mencengkeram rahang Helen, hingga wajah gadis itu mau tak mau menghadap tepat di depan wajah Cakra.
Sampai hembusan nafas Helen yang sedikit mendongak dapat dirasakan oleh Cakra, nafas segar yang gadis itu hembuskan, membuat Cakra mengingat kejadian malam itu.
"SHIAL!!" umpat laki-laki tampan itu dengan melepaskan cengkeramannya, terlihat Cakra memijit pelipisnya.
Sedangkan Helen hanya menunduk, tak berani gadis itu mengangkat kepala sedikitpun.
"Ok kita bicara baik-baik, gue tanya dan lo harus jawab!" Cakra berucap dengan suara penuh penekanan.
"Siapa yang kasih tau lo, kalau gue di sini?" tanya Cakra, kali ini pemuda tampan itu duduk di salah satu kursi yang ada di mini bar.
"Maaf Tuan Muda, saya ke sini hanya di tawari pekerjaan oleh nenek anda, bahkan tujuan utama saya datang ke negara ini untuk menjauhi anda!" sahut Helen dengan berani, tapi masih dengan suara yang tertahan.
"Omong kosong! Alasan lo nggak bisa gue terima..."
"Itu terserah anda, tapi saya mengatakan yang sejujurnya!" sela Helen, dengan menatap laki-laki berjambang itu.
"Bahkan setelah malam itu?" tanya Cakra yang kini balas menatap wajah cantik berkacamata Helen.
Bukannya menjawab Helen hanya memalingkan pandangannya, "Heh! Sudah gue duga, memang pantas calon suami lo ninggalin lo, karena dengan mudahnya lo melepas kesucian lo, bahkan untuk orang asing." cibir Cakra.
"Cukup Tuan! Bukankah anda beruntung saya tidak menuntut pertanggung jawaban dari anda?!" tukas Helen yang mulai tersulut emosi.
Cakra berdiri dari duduknya, ia melangkah mendekati Helen dengan berucap, "Heh, siapa yang percaya? Buktinya saja, lo sampai seperti stalker, pertama lo dekati sahabat gue, kemudian kedua lo berhasil masuk ke dalam rumah gue, bahkan nenek mempercayai lo yang sok polos ini."
Melepas kacamata fantasi yang nangkring di hidung bangir Helen, Cakra kembali berbisik, "Apa lo juga merayu Satria? Seperti lo merayu gue malam itu?"
Helen mendorong tubuh Cakra, "Cukup Tuan! Anda sudah keterlaluan, anda pikir saya ini wanita macam apa?!" nafas naik turun Helen mulai emosi.
"Asal anda tau, saya masih mengingat dengan jelas, minuman itu anda yang memberikan nya pada saya! Saya juga masih ingat anda yang memulai duluan, bukan saya!" geram Helen mencecer semua kejadian malam itu.
"Saya permisi!" ucap Helen meninggalkan dapur, sedangkan Cakra, ia terdiam mengingat kata-kata Helen.
Ya... memang dia yang memberikan minuman kaleng malam itu kepada Helen, jadi salah siapa sekarang? Cakra mulai pusing memikirkannya, ia pun memutuskan untuk kembali ke kamar dan beristirahat.
...💐💐💐💐💐...
Pagi Hari sinar mentari mulai menyinari dengan kehangatan yang haqiqi, harusnya kenyamanan dini hari di sambung dengan kicauan burung kenari, yang bersenandung menyapa awal hari.
Tapi tidak dengan pagi ini, pemuda tampan yang masih bergelut dengan selimut tebalnya terlihat mengerutkan alis nya, tak kala ia mendengar dentuman musik DJ, yang berbunyi dari belakang kamarnya.
"Siapa sih pagi-pagi begini?!" gumam nya dengan menyibak kasar selimut yang menutupi tubuh kekarnya.
Pemuda tampan yang tak lain adalah Cakra itu beranjak dari ranjang empuknya dan berjalan menuju jendela.
Dilihatnya dari sana seorang gadis dengan thank top abu-abu nya di padu dengan celana training warna hijau.
Visual Helen Valensia.
Tanpa kacamata gadis itu terlihat sangat cantik dan menggoda, bahkan Cakra sampai tak mengedipkan mata.
Tersentak kaget ketika gadis yang di pandanginya itu menoleh ke arah nya, reflek Cakra menarik tirai jendelanya dan menutupi wajahnya padahal dari bawah sana Helen melihat jelas kaki Cakra yang berbulu halus itu berdiri di balik tirai jendela itu.
Menggeleng Helen tak mau menggubris laki-laki yang menurutnya sangat egois juga munafik itu.
Dengan nafas yang memburu, juga detak jantung yang dag-dig-dug, Cakra masih menutup wajahnya, kemudian sedikit ia melirik, mencuri pandang ke arah Helen, tak ada siapa pun di sana, mungkin Helen sudah pindah dari tempatnya.
Cakra segera beranjak dari tempatnya kemudian ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di Halaman belakang, Helen dengan semangatnya mengintruksikan gerakkan senam yang di ikuti Friska. Terlihat dengan semangat nenek cantik itu bersama dengan instruktur senam barunya ya itu Helen sudah bersama mencari keringat sehat.
Kedua manusia berbeda generasi itu tengah melakukan senam pagi di teras belakang.
Alinda yang juga mendengar musik DJ yang sangat asik untuk di ikuti itu segera keluar dari dalam kamar hangat nya.
Tak perlu waktu lama Alinda kini sudah bergabung dengan gerakan Aerobik tipis-tipis itu.
Frans hanya melihat sekilas dari dalam rumah, "Ayo Frans! Kita senam pagi bareng, biar tubuh kita sehat!" ajak Friska dengan melambaikan tangan yang mulai mengeriput itu kepada anak tunggal nya.
"Hahaha... No Mom, Frans harus kekantor pagi ini, Mommy hati-hati awas encok!" Teriak Frans dengan tawa nya.
"Anak kurang ajar! Gini-gini Mommy mu ini masih kuat loh!" umpat Friska dengan masih mengikuti gerakan aerobik dengan alunan musik DJ itu.
Frans hanya tertawa dengan melangkahkan kaki nya mulai menjauh.
"Ayo nek semangat!" teriak Helen memimpin gerakan aerobik itu.
"Yok! kanan-kanan, kiri-kiri." gadis dewasa itu dengan lihai nya membimbing setiap gerakan senam pagi itu.
Alinda dan nenek Friska mengikuti dengan sesekali tertawa, cekikikan kedua nya karena sesekali salah gerakan.
"Haaaahhh... Haaaaahhhh... Haaaahhhh... Kita istirahat sebentar ya, capek!" keluh Friska dengan keringat yang sudah bercucuran.
"Ok nek." Helen mematikan musik, ketiganya kini duduk di kursi taman belakang dengan sinar hangat sang mentari yang membelai nyaman di permukaan kulit mereka.
"Pokok nya ini masih rumah aku ya mas! Aku nggak mau kita cerai!" Tak lama kemudian, Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari dalam rumah.
"Siapa itu?" Friska bertanya dengan menegakkan posisi duduknya, bahkan kepala ia tolehkan ke arah sumber suara.
Menggeleng Alinda sambil menjawab, "Entahlah nek, coba kita lihat!" ajak Alinda dengan meraih lengan Friska untuk di gandeng nya.
Helen yang tak tau apa-apa pun hanya ikut melangkahkan kaki nya mengikuti kedua tuan rumah itu.
Tapi ketika Alinda dan Friska masuk ke ruang tengah, tangan Helen ditarik oleh seseorang hingga gadis dewasa itu masuk ke dalam gudang.
BRAK!!
Pintu gudang tertutup rapat dan seorang laki-laki kini tengah mengungkung tubuh Helen yang bersandar di tembok.
"Tuan?" lirih Helen dengan mengerutkan alisnya.
"Mau kemana lo?!" tanya Cakra tak bersahabat.
"Mau keluar Tuan, itu ada rame-rame." ucap Helen terbata.
"Itu bukan urusan lo!" tukas Cakra.
"Baiklah, kalau begitu biarkan saya keluar." pinta Helen masih dengan sopan.
"Lo mau keluar dengan pakaian begini?" terdiam sejenak Cakra memperhatikan outfit yang di gunakan Helen saat ini.
"Maksud lo apa pakai pakaian kaya gini? hem? Lo mau goda gue?" cecar Cakra.
Mengerut tak mengerti alis Helen saat ini, "Sama sekali tidak terlintas di otak saya pemikiran kotor seperti itu!" tukas Helen dengan balik menatap tajam Cakra.
"Niat banget ya lo, udah berhasil berapa kali lo nguntit gue? Dan sekarang mau goda gue iya?!" cecar Cakra yang masih berpikiran negatif terhadap Helen.
"Maaf tuan, tapi saya juga tidak tau kalau ini rumah anda." Helen berucap.
"Sudah berapa kali saya jelaskan kalau saya tidak ada niatan untuk mengikuti anda!" imbuhnya dengan suara berbisik.
"Kau pikir aku akan percaya dengan ucapan mu itu!" Sahut Cakra dengan senyum miringnya.
"Terserah Tuan saja, yang penting saya sudah mengatakan apa adanya!" geram Helen, gadis itu sudah kepalang emosi, ia menarik nafas kemudian kembali berucap.
"Dan juga Tuan tenang saja, jika pun saya hamil, sedikit pun saya tidak akan meminta tanggung jawab dari anda!" Terdiam seketika Cakra saat mendengar penuturan gadis yang ada di hadapannya itu.
DHUBRAK!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments