Darania memperhatikan Azka diam-diam, sedangkan Soni, terus memperhatikan Darania. Begitu juga Arya dan Nadia memperhatikan ketiganya.
Ehmmmm
Suara Bu Arisa, membuyarkan lamunan semuanya.
Azka tertunduk, tak berani melihat Darania atau pun Soni. Hatinya menyerah pada keadaan. Sedangkan kenyataan belum pasti. Darania berpaling, tak ingin terlihat Azka atau pun Soni. Soni terdiam, menyadari kalau kedua insan ini, sedang jatuh cinta. Mereka tak menyadari perasaannya masing-masing. Nadia dan Arya hanya tersenyum melihat cinta segitiga di antara Azka, Soni dan Darania.
Soni melihat jam dinding di ruang tempat Nadia di rawat, menunjukan jam 09.00 malam.
"Ka, antar gue kembali ke Resto yuu!" ajak Soni, membuyarkan lamunan mereka.
"Oh, Ok," ucap Azka, menganguk melihat jam dinding di ruangan Nadia.
"Ra mending kamu pulang bareng mereka. Biar kamu ada yang antarkan. Aku tidak tenang kalau, kamu pulang sendiri. Terima kasih sudah datang malam-malam, untukku," ucap Nadia sambil tersenyum.
"Bolehkan, Dara ikut kalian?" tanyanya lagi.
"Boleh dong, Iya kan Ka," ucap Soni.
"Bo boleh, kita anterin Dara dulu, Baru kita ke Resto," ucap Azka sedikit ragu. Berjalan menuju parkiran. Namun sebelum itu, Azka pamit pada semuanya untuk mengantar Soni dan Darania.
Darania mengangguk mengikuti saran dari Nadia. Ia merasa serem harus pulang sendiri, malam-malam. Bukanya takut hantu, lebih tepatnya, takut pada manusia yang berbuat jahat padanya.
"Ayo Ra," ajak Soni, melihat Azka sudah berangkat duluan.
Darania pun pamit pada semuanya untuk pulang. Menyusul Soni yang sudah menuju parkiran.
"Mas sepertinya, Dara tertarik pada Mas Azka!" seru Nadia, saat Darania tak ada di ruangannya.
"Aku harap juga gitu, semoga Mas Azka juga suka sama Dara."
"Entah kenapa, ibu ngerasa sudah kenal lama Dara, Nad?" tanya Bu Arisa, merasa tak asing melihat wajah Darania. Padahal ini, pertemuan pertamanya dengan Darania.
"Ibu kenal Dara dimana?" tanya Nadia penasaran.
"Ga tau juga, Melihatnya, barusan seperti melihat temen kecil Azka. Saat Azka di titipkan di rumah Tante Arita yang di Solo. Kamu, ingat tidak saat, kamu masuk rumah sakit selama sebulan. Tulang kakimu patah akibat jatuh dari pohon. Sampai pohonnya sama Eyang Kakung ditebang, takut ada yang celaka lagi!" seru Bu Arisa mengingatkan Arya tentang kejadian di masa kecilnya, yang menurut ibunya, begitu bandel.
"Iya aku ingat Bu," ucap Arya tersenyum malu sama Nadia.Masa kecilnya nakal dan bandel.
"Lah, pantesan saja, dari kecil sudah bandel, sampai besar masih bandel," ucap Nadia, sembari mencubit pinggang Arya.
"Aww, Aduh sakit sayang, lepas dong! Itu kan dulu, sekarang aku baik. Kalau tak percaya bisa tanya sama Ibu!" serunya, meminta pertolonga pada Ibunya.
Nadia melepaskan tangannya di pinggang Arya, Ibu Arisa tersenyum melihat anak dan menantunya. Namun Bu Arisa yakin, kalau Dara, itu Nia. Teman kecil Azka saat di solo. Saat itu, Azka menangis meraung-raung tak ingin pulang ke Salatiga begitu Ayah dan ibunya menjemputnya.
"Mungkin saja gadis itu Nia. Teman kecilnya yang ingin dia nikahi saat sudah besar nanti," pikir Bu Arisa mengingat, Nia teman kecilnya.
Bu Arisa, teringat dengan ucapan adiknya, Arita tentang Azka yang begitu dekat dengan Azka. Nia berada di rumah teman Ibunya, Irani. Di Solo, Nia sedang diobati oleh Irani, yang rumahnya tak jauh dari rumah Rudi, suami Arita adiknya Arisa. Penyakit aneh, Nia sering pingsan dan kejang-kejang tanpa sebab. Ia juga sering kesurupan, berteriak-teriak tak jelas. Nia begitu ditakuti oleh anak-anak lain seumurnya. Nia sedang di obati oleh Irani yang seorang Paranormal, dan sudah dua tahun, ia dititipkan di sana.
Flashback.
Saat itu Azka di titipkan pada Arita, ia masih tinggal di Solo bersama Suami dan Mertuanya. Arya jatuh dari pohon, harus diawat sampai sebulan di rumah sakit. Karna, tulangnya patah.
Saat itu Azka tidak mau dititipkan pada Arita.
Ia ingin menemani Arya di rumah sakit. Namun Dokter melarang Azka,untuk masuk rumah sakit. Umur Azka saat itu, masih tujuh tahun. Ibu Arisa sedang mengandungn Arta. Ia tak bisa mengurus Azka saat Arya di rumah sakit. Dengan terpaksa dititipkan pada Arita, karna pada saat itu, Arita belum mempunyai anak.
"Ibu Kakak tidak mau pulang sama Tante Arita, Kaka mau di sini, menemani Ade Yaya," rengek Azka, tak mau pulang di bawa tantenya.
"Tidak bisa sayang, Kakak tidak bisa di sini? Dokter melarang anak kecil tinggal di sini, Kakak sehat tidak boleh diam di rumah sakit, tempat orang sakit sayang," ucap Bu Arisa tak tega melihat putra sulungnya. Mau tidak mau, Azka harus ikut Arita, usia Arya masih empat tahun.
"Ibu jahat, bu tidak sayang Kaka," ucapnya menangis merasa sakit hati karna, ibunya malah memilih Arya adiknya dari pada dirinya.
"Maaf sayang, Ibu sayang Kaka sama Ade Yaya . Lihat kaki de Yaya, di gantung begitu, ( sambil menunjuk kaki Arya yang digantung tiang dekat ranjang )," ucap Bu Arisa, meneteskan air matanya, tak tega.
Azka terus menangis, mengamuk tak mau ikut tantenya. Namun Om Rudi suami Tante Arita, terus menenangkan Azka sampai ia tertidur. Karna cape, dipangkuan Om Rudi.
"Tolong jaga Azka yah, Arita, Rudi aku percayakan pada kalian, Aku tak bisa menitipkan Azka pada Ayah dan Ibu, mereka sedang sakit, dan tak enak meminta tolong pada mereka."
"Iya Mba, kita akan jaga Azka dengan baik, Mba Fokus saja rawat Arya di sini bareng A Asep ( Ayahnya Azka dan Arya ). Azka aman sama kami," ucap Arita sambil tersenyum.
"Mba tidak perlu khawatir," ucap Om Rudi.
"Nanti aku jemput sama A Asep, kalau Arya sudah pulang dari rumah sakit."
"Iya Mba, tak perlu khawatir."
Azka tertidur saat dibawa Om Rudi dan Tante Arita ke Solo dengan mobilnya. Azka tertidur sangat pulas sampai tak sadar kalau ia, sudah di bawa ke Solo bareng Om Tantenya.
Sebenarnya Ibu Arisa tak tega, menitipkan putra sulungnya. Namun apabila di sini, siapa yang menjaga Azka?Ayahnya kerja sedangkan Ia sendiri harus menjaga Arya. Ia menangis
saat Azka di bawa adiknya. Sedari tadi Ia, menahan air matanya agar tak keluar. Baru kali ini, Azka jauh darinya. Selama ini Azka tak pernah jauh-jauh dari orang tuanya. Mereka selalu berkumpul bersama. Namun karna, kenakalan Arya, dengan terpaksa dititipkan pada adiknya, Arita. Wanita hamil itu, terus menangis teringat putra yang mengamuk tadi. Ia berharap di tempat adiknya, putra sulungnya tak menyusahkan Om dan tantenya di Solo. Arita masih tinggal bersama mertuanya. Dan semoga saja, putranya baik-baik saja di sana.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
ho ' oh
2021-05-11
0
Ririn
ceritanya bagus, tapi kebanyakan author yg bercerita daripada percakapan
2020-05-20
0